Four

31 5 0
                                    

Aku dan morita bertemu di kantin pada jam istirahat kedua seperti biasa. Baru beberapa menit kami duduk.
Riko datang bersama dua orang temennya bergabung di meja kami. Meja di kantin memang panjang-panjang, bisa menampung sepuluh murid untuk duduk bersama sekaligus. Ternyata yang di aja riko makan bareng kami itu anak-anak kelas dua. Dia mengenalkan mereka pada kami berdua. Yang lebih kecil bernama Titus, yang gemukan bernama bondi.

"Mereka bisa jadi koordinator suporter kalau kau tanding nanti, Ras. Mereka punya pasukan yang menakjubkan."ucap Riko sambil menepuk pundak Titus dan Bondi. Dua cowok itu asyik mengangguk- angguk sambil tertawa. Mereka bertiga kemudian pergi untuk memesan makanan.

"Suporter? Memangnya mau ada apa? Kau mau ngapain sih?" Morita menatapku heran.

"Pak kenny memasukanku ke tim basket untuk pertandingan antar sekolah. Tapi masih sebulan lagi kok,"
Jelas ku.

"Oh ya? Bagus dong. Ntar aku nonton deh," janji Morita.

"Beneran?"

"Iye. Pasti kau butuh pendukung. " ucap Morita.

"Kau gabung aja dengan kami nanti," colek Riko ke Morita.

Besok sorenya sepulang sekolah kami semua yang tergabung dalam tim basket berkumpul di ruang olahraga menunggu arahan pak kenny. Ada sekian belas anak yang bergabung, Laura salah satunya. Namun tak terlihat tiga teman setianya itu. Aku berjalan masuk dan mengambil tempat dekat seorang anak kelas dua yang duduk di ujung paling kiri.

"Selamat sore, Anak-anak!" Seru pak kenny begitu dia masuk ruangan.

Serentak kami membalasnya. "Selamat sore, Paakk!"

"Kalian semua tahu kenapa saya menyuruh kumpul di sini?" Tanyanya. Kami menganggut- anggut.

"Satu hal penting yang saya ingin katakan pada kalian, sebelum memulai latihan dan bertanding basket ini adalah kalian harus mengenal teman satu tim kalin. Seperti yang sudah sering saya ajarkan, kenalilah teman-temanmu sebelum kalian mengalahkan lawan kalian. Saat kalian bekerja sebagai sebuah tim, tak ada 'aku' lagi di sini. Yang ada hanya tim! Kalian bermain sebagai tim, menang kalah juga untuk tim. Jika kalian tidak bisa memahami hal itu dengan baik, saya jamin kalian tak bisa bermain olahraga beregu apa pun dengan baik. Karena itu saya tak akan menolerir adanya keegoisan atau perseteruan di dalam tim, dalam bentuk apapun. Mengerti?"

Semua anak pun mengangguk setuju.

"Nah, sekarang kalian boleh berjabat tangan dengan teman setim kalian. Kenali dan ingat nama-namanya. Mulai saat ini, di setiap latihan sampai berakhirnya pertandingan, ingat, kalian adalah satu tim."

Kami pun sibuk berjabat tangan dan memperkenalkan diri ke semua teman satu tim kami. Tak terkecuali dengan Laura. Ketika kujabat tangannya dia sengaja melengos tak mau menatap wajahku. Aku hanya tersenyum kecil. Inilah ujian yang sebenarnya. Musuh di luar mudah untuk dihadapi, tapai musuk dalam selimut alias teman sendiri, siapa yang menduga?

Cewek disebalahku bernama Avi. Tubuhnya cukup bongsor mengingat dia masih kelas dua SMP. Selain Avi dan Laura, aku mencoba mengingat nama-nama teman basketku yang lain, siapa saja ya tadi? Bella, Zee,Vivi, Freya,April ,Ratna, Angel, Sandy, dan Prita. Kami adalah gabungan antara kelas tiga dan kelas dua.

Akhirnya kami sepakat berlatih seminggu tiga kali sepulang sekolah. Waktu yang tersedia kurang dari sebulan dan harus bisa kami manfaatkan sebaik-baiknya jika ingin jadi juara, begitu kata pelatih kami. Kami mendengarkan semua ucapan pak kenny dengan serius dan menyetujui dengan patuh.

"Oke, anak-anak, latihan akan dimulai besok sore. Tak ada yang boleh telat kecuali ada alasan kuat yang bisa saya percaya." Pak kenny pun membubarkan kami.

Pak kenny cukup keras dan disiplin menerapkan semua ajarannya itu, dia melatih kami bagaimana menghindari dan menahan benturan yang sengaja dilakukan musuh. Hasilnya? Tubuhku cukup memar-memar setelah latihan fisik itu.

"Kau ini mau maen basket atau ikut pelatihan militer sih?" Morita menunjuk lenganku yang memar biru keesokannya, setelah latihan di atas matras itu. Dia menatapku ngeri.

Aku tertawa. "Pak kenny tak mau main-main. Kami semua dijadikan tim berani mati!"

"Apa itu nggak berlebihan?"

"Kupikir pak kenny ingin membuat stamina kami kuat, bukan sekedar bisa bermain memasukan bola ke keranjang. Dia tahu apa yang dia lakukan kok. Kalau kami jadi juara, aku tak akan heran."

Morita mengangguk. "Semoga kalian bisa menang. Aku akan berada di baris terdepan saat kau main nanti. Eh, kemana Riko?"

Aku mengangkat bahu. "Tau deh. Dia sibuk dengan gengnya, kali."

"Kami semalam chatting."

"Oh ya? Cieeee...ada apa nih?"

Wajah morita memerah. "Nggak ada apa-apa kok..Ngobrol-ngobrol aja."

"Oh, ngobrol. Tapi kenapa wajahmu merah gitu sih?" godaku tanpa ampun.

"Tadinya sih ngebahas tentang kelakuan Laura. Tapi akhirnya kami ngobrol ini-itu. Emangnya nggak boleh ya? Kau cemburu?" tanya morita.

Aku terbelalak. "Cemburu dengan Riko? Nggak deh...Emangnya kau naksir dia?" Aku balik tanya.

Morira sebentar terdiam. "Dia baik."

"Iya. baik, lugu, dan lumayan tampangnya. Tapi kau nggak menjawab pertanyaanku."

Morita memajukan tubuh. "Jangan ketawa ya. Aku belum pernah naksir cowok. Aku kan belum pernah pacaran. Jadi aku nggak tahu apa aku naksir dia... Aku cuma kasihan dengar cerita dia dengan Laura," bisik morita.

"Kaupikir aku pernah naksir cowok?" Balasku dengan berbisik juga.

Kami saling pandang beberapa detik sebelum kemudian tertawa bersama.

"Kupikir cuma aku orang paling kuper di sekolah ini."

Aku menggeleng cepat. "Nggak lah. Lagian kita kan masih terlalu kecil untuk masalah gituan. Iya, kan?"

Morita menatapku dengan berkedip-kedip. "Mungkin kita bisa melakukannya saat SMA nanti. Siapa tahu ada teman cowok yang oke untuk ditaksir."

"Ya, Mor, kan beberapa bulan lagi kita sudah di SMA. Siapa tahu kau dan Riko resmi jadian pas kita sudah SMA?" godaku.

"Iiiihhhh...apaan sih. Kami kan baru kena," Morita mencubit tanganku. "Awas kau berani menggodaku saat ada dia, aku akan memusuhimu!"

"Nggak bakal," janjiku.

Morita tersenyum. Aku tersenyum. Satu hal yang menyenangkan jika punya sahabat adalah kau bisa berbagi rahasia dengannya. Dan sebagai sahabat yang baik tentunya aku takkan membocorkan rahasia yang dipercayakan padaku, kan? Karena selain menyimpan rahasia, menjaga kepercayaan adalah hal penting untuk memelihara persahabatan tetap utuh.

Haiii! Maaf yaa baru update lg😔😉. Soalnya lg males aja buat ngetik hehe

Selamat Reading guys 💜
Voment'nya jg jngn lupa😚

 I Love You Goodbye!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang