Prolog

807 170 75
                                    

MULMED : Haris Akbar Randana

•●■•●■●•

Jalanan Ibukota tidak pernah sepi, ada saja kendaraan yang melintas entah itu sepeda motor, mobil ataupun truk. Seorang gadis berjalan pelan menyusuri jalanan Ibukota yang hanya diterangi lampu jalanan yang tidak begitu terang. Jangan tanya kenapa gadis itu keluyuran ditengah malam, apakah orang tua tidak memarahi gadis itu keluyuran di tengah malam seorang diri, jawabannya orang tua gadis itu hanya sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Pergi pagi pulang larut malam, hanya itulah kesibukan orangtuanya yang dilihat gadis itu. Meskipun gadis itu kekurangan kasih sayang orang tuanya, gadis itu tidak seperti anak-anak yang menjadi korban kesibukan orang tuanya masing-masing, gadis itu masih pada jalan yang lurus.


Mata gadis itu bergerak liar mengamati kegelapan di Ibukota, dan ketika mata hitam pekat itu memandang lorong gang yang lumayan ramai, ada pria bertubuh besar menyeret pria kurus dengan sadis. Seketika gadis itu berlari kearah gang itu, entah dorongan darimana gadis itu bisa mendekat ke pria bertubuh besar itu lalu menarik-narik tubuh laki-laki kurus itu.

"Bang lepasin dia!" teriak gadis itu.

Sebuah tamparan mendarat mulus dipipi gadis itu. "Pergi sana kamu anak kecil!"

Gadis itu menahan rasa perih dipipi kirinya. "Ayo, lu bisa bangun kan?" bisik gadis itu ditelinga laki-laki kurus itu. Laki-laki itu hanya mengangguk.

"Bang, itu bini abang nyariin" teriak gadis itu sambil tangannya menunjuk ke ujung lorong gang. Ketika pria bertubuh besar itu menoleh ke arah ujung gang, gadis itu langsung menarik tangan laki-laki kurus yang merintih kesakitan akibat tangan gadis itu menyentuh bekas goresan kaca yang diperbuat pria bertubuh besar tadi.

"Cepetan, lama banget sih lu!"

"Sabar, tangan gue sakit." rintih pria kurus itu. Gadis itu memilih mengacuhkan rintihan laki-laki kurus itu, dan memilih mendorong tubuh laki-laki itu ke gang sempit yang penuh sampah.

"Anjir, bau banget." keluh gadis itu sambil menjepit hidungnya dengan jari telunjuk dan jempol. Mendengar rintihan laki-laki disampingnya gadis itu menoleh kearah laki-laki itu. Matanya membulat sempurna melihat tubuh laki-laki kurus itu, penuh lebam dan gores-goresan dikulit yang lumayan putih menurut gadis itu

"Elu kenapa bisa kaya gini sih." tanya gadis itu pelan.

"Gue tadi mau ke kos an temen gue, tapi gue salah gang. Ya gini deh jadinya." jawab laki-laki kurus itu.

"Bego!" umpat gadis itu. Gadis itu kesal kenapa laki-laki disampingnya ini tidak bertanya dulu ketemannya.

"Kok elu nyalahin gue sih." elak laki-laki kurus itu. "Ohiya, nama elu siapa?" sambungnya sambil memiringkan kepalanya kearah gadis disampingnya.

"Adelia." jawab gadis itu ketus.

"Pendek amat nama elu."

"Bacot, masih sakit ga?" tanya gadis itu sambil memegang tangan laki-laki itu.

Laki-laki itu merintih. "Jangan megang tangan gue anjir, sakit."

Adelia langsung menghempas tangan laki-laki kurus itu kasar. " Sorry, sorry banget." seru Adelia bersalah.

Laki-laki mengangguk. "Nama panjang elu apa?"

"Adelia Faranisa Azni."

"Ohh. Kalo nama gue Haris Akbar Randana." Tangannya terulur kearah Adelia yang hanya menautkan alisnya bingung.

Adelia menerima uluran tangan Haris sambil tersenyum kecil. "Oke, gue pulang duluan ya."

"Hati-hati." teriak Haris pada Adelia yang mulai menjauh. Tangan Haris merogoh kantong celana jeansnya mengambil handphonenya lalu menekan speed dial nomor Nevan, sahabat karibnya. "Jemput gue Van, di deket gang kos an si Dito." kata Haris, dan langsung mematikan sambungan telponnya lalu memasukkan handphonenya lagi ke dalam kantong celana jeansnya.

Haris menghela nafas panjang lalu menyandarkan punggungnya ke tembok kasar dibelakang tubuhnya.

TraveloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang