Langit dengan semburat orange menemani Haris yang sedang memandikan motor ninja-nya. Mendengar teriakan Jewa -adik sepupunya-membuat Haris bangkit dari jongkoknya, lalu masuk kedalam rumah dan rasa dingin dari lantai menjalar ditelapak kaki Haris membuat Haris mempercepat langkah menuju keset yang terletak didepan pintu kamar Difto -abang sepupunya-. Lalu dengan cara menyeret-nyeret keset itu dengan kakinya, akhirnya Haris sampai didepan kamar Jewa, pintu kamar anak berusia 11 tahun itu terbuka lebar dan si empu kamar itu sedang duduk di bawah pojokkan kasurnya dengan lutut ditekuk dan tangan yang dilipatkan diatas lutut.
“Ngapa elu? sampe teriak-teriak kek gitu tadi?” tanya Haris sambil mengoyang-goyangkan tubuh Jewa.
Lalu dengan perlahan Jewa mengangkat kepalanya, dan pertama yang membuat Haris terkejut ternyata adik sepupunya ini menangis. “Dia tega bang, ninggalin begitu aja saat gue sayang sama dia.” Jawab Jewa dengan sesengukan.
Haris menepuk jidatnya, --subhanallah--. Haris tidak menyangka ternyata adik sepupunya abis putus cinta dan sampai menangis seperti ini, buat apa coba elu nangis adek gue yang bego, itu cuma cinta monyet tolol, batin Haris sambil mendengus.
“Elu itu masih anak kecil, seharusnya belajar yang bener bukan pacaran.” Ceramah Haris..
Jewa hanya menggeleng-gelengkan kepalanya dengan air mata yang mulai mengucur lagi dari kelopak mata Jewa yang semakin lama semakin deras. Haris melongo melihat adik sepupunya, dan dengan kebingungnya Haris meneriaki nama Difto, dan nama Gifra –kakak sepupunya yang paling tua-.♢♢♢
Dengan kecepetan rendah Haris menjalankan motornya melawan terpaan angin malam dan genangan air bekas hujan tadi magrib, padahal ninja-nya baru ia mandikan tadi sore. Dengan agak malas dirinya tetap menuju apotik dan mencari tukang kacang ijo untuk adik sepupunya tadi yang menangis-nangis dan sekitar pukul 8 tadi suhu badan adiknya itu menjadi panas. Dan suasana rumah tantenya itu langsung heboh, lalu Difto menugaskan dirinya untuk membeli obat dan bubur kacang ijo, lalu dengan pasrah Haris hanya menggangukkan kepalanya dan langsung berjalan gontai kekamarnya untuk memakai jaket biru dongker-nya.
“Mas, bubur kacang ijonya satu ya dibungkus.” Ucap Haris kepada penjual bubur kcang ijo itu.
“Iya mas. Sabar ya.” Sahut Abang tukang kacang ijo itu. Dan Haris hanya mengangguk lalu memilih menarik bangku plastik untuk menunggu bubur ijonya jadi.Baru saja Haris menundukkan kepalanya melihat Handphone yang dari tadi bergetar-getar dengan notif pesan spam an dari Dandi, bangku plastik disebelah berbunyi seperti ditarik seseorang, lalu dengan pelan Haris menolehkan kepalanya ke kanan pandangan yang pertama dilihat Haris, seorang Adelia dengan seorang cowok. “Anjir, ternyata dia punya cowok, kok nyesek ya?” batin Haris. Dan Haris hanya bisa bengong melihat sepasang manusia yang berbeda gender itu bergandengan tangan.
“Ehh Haris, ngapain Ris? Beli bubur juga?” tanya Adelia sambil menepuk pundak Haris. Haris yang tadinya bengong kek kucing beranak langsung tersentak gara-gara tepukan dipundaknya.
“Hah?” jawab Haris terbingung-bingung.
Adelia memutar matanya kesal Haris tadi tidak mendengarkannya saat berbicara tadi, “Elo beli bubur juga?” dengan nada agak keras mengulangi pertanyaan nya tadi.“Menurut elo?” jawab Haris santai.
“Lah? Kok elu gitu sih?” sahut Adelia yang bingung dengan sikap Haris.
“Gue duluan.” Ucap Haris tanya menjawab pertanyaan Adelia, lalu langsung mengambil bubur ijonya yang sudah dipegang tukang bubur lalu menyerah duitnya lalu bergegas meninggalkan Adelia yang memandangnya bingung.
“Bangsat, kenapa hati gue nyesek tolol!!” teriak Haris sambil menedang botol kaleng di depannya dengan keras.
Lalu dengan cepat Haris menyalakan ninja-nya dan langsung memutar ninja-nya kearah jalan an yang sedikit sepi dengan menaiki gas annya . dengan dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Travelove
Teen FictionAwalnya mereka bertemu disaat yang tidak pas, ketika Haris dihajar preman di gang sempit dekat sungai. Tapi setelah kejadian itu Haris dan Adelia menjadi dekat. ••••••••••••• Cover by Grasiaar