Proses

99 3 0
                                    


"Apaaa??!!!!!"

Pekik Adzkhan sedikit berteriak seakan tak memercayai perkataan adik perempuan nya itu.

Tak hanya diam,Adzkhan pun segera mengambil tindakan ,ia menegcekek seluruh kamar itu,sampai di dapatinya jendela kamar Emre yang terbuka lebar.

"Lewat sini"

Gumam Adzkhan,lalu lanjut menyelidiki dengan penuh emosi dan kekhawatiran.setelah mengetahui fakta bahwa Emre diculik, Adzkhan terduduk lemah,ibu berjalan lemah menuju Adzkhan yag terduduk di lantai itu dengan tangisan yang tiada henti.

"Nak,kau polisi hebat. Tolong temukan adikmu"

Ibu berucap dengan suara yang bergetar disertai tangisan. Adzkhan pun memeluk ibunya erat.

"tenang bu,aku pasti akan menemukan pembunuh itu"

"temukan Emre nak,ibu sudah menyiapkan bekal untuk hari pertama ia sekolah"

Mendengar perkataan ibu,hati Adzkhan semakin hancur.

Adzkhan berlari keluar,namun langkahnya tiba-tiba terhentu saat Aysel memanggilnya. Aysel pun berlari menyusul Adzkhan yang sudah diluar Rumah.

"kak,apa kau bisa menangani kasus ini? Kau kan sedang tidak bertugas(cuti)"

Adzkhan menggeleng.

"aku akan menyerahkan kasus ini pada Arda dan Lira"

Mata basah Aysel menatap Adzkhan seolah tak yakin.

"tapi kau akan tetap bantu kan kak?"

Adzkhan tersenyum tipis lalu mengelus rambut adiknya pelan.

"Tentu saja sayang, Arda dan Lira akan menyelidiki menurut aturan,dan kakak akan tetap bekerja diam-diam agar Emre cepat ditemukan"

mata bengkak Aysel menyipit, Bibir merah jambunya memancarkan senyuman manis di wajahnya.

"Baiklah hati-hati kak! Utamakan keselamatan dirimu sendiri"

Adzkhan tersenyum lalu pergi.

Disebuah Ruangan tertutup,Prof.Elwood duduk tenang ditemani secangkir kopi hitam. Di tangan kirinya terdapat sebuah stopwatchyang nyala sedang di lempar-lemparkan kecil olehnya.

"Anak itu..."

Lalu ia mengangguk pelan.

Malam itu pukul 02:45 dini hari,seorang anak kecil berusia 7 tahun sedang menjelajah di alam mimpinya,ia tertidur dengan nyenyaknya. Tiba-tiba suara berisik kecil yang mengganggu itu membuat anak itu membuka matanya pelan,dilihatnya saar-samar jendela kamarnya terbuka. Ia pun bangun dan duduk sebentar berencana hendak menutup jendela itu. Namun saat Emre berdiri dan berjalan pelan menuju jendela,tiba-tiba mulutnya di bungkam dari belakang,mata Emre langsung terbelalak takut,ia pun berontak,namun karena hidungnya ditutup juga ia pun merasa sesak hingga kehabisan nafas,kemudian matanya tertutup badannya melemas.

Jam menunjukan pukul 05:10 sang ibu mengetuk pintu kamar Emre pelan.

"Emre sayang,ayo bangun sholat subuh dan persiapkan diri untuk hari pertama sekolahmu"

Terlihat dari wajah ibu sangat bahagia, ia pun memegang gagang pintu itu lalu membukanya. Dilihatnya tempat tidur yang kosong dan Gorden jendela terbang kesana-kemari mengikuti arah angina berhembus dari jendela yang terbuka itu.

"Emre...?"

Wajah ibu datar,

"Emre kau dimana nak?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 17, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Don't !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang