Part 3

411 11 0
                                    

Part 3

Aku terbangun dengan peluh yang  membanjiri wajahku. Ada  yang aneh disini, aku merasa asing dengan kamarku sendiri. Ditambah juga, pakaianku mengapa seperti zaman era kuno ? zaman kerajaan waktu dulu ? Dan aku merasa seperti mimpi, tapi mimpi yang sangat panjang... dimana aku bertemu dengan pangeran tampan yang menunggu kedatanganku.

Astaga... aku bilang apa tadi ?

Hahaha... sejak kapan Clianta menjadi error begini ? Pekikku.

aku sepertinya sudah melantur kesana-kemari hahaha...

Daripada memkirkan hal yang tidak-tidak, akulebih baik bergegas menuju kantor. Apalagi mengingat level kecerewetan sang pemilik perusahaan yang bisa membuat kedua gendang telingaku pecah karena mendengar celotehnnya.

Oh, aku tidak ingin hal itu terjadi !

Ku toleh  sebentar buku yang sempat aku beli tadi, sekilas...aku merasa ada yang ganjil, terlalu ganjil malah. Ku buka perliahan baju aneh yang sedang aku pakai ini sampai aku tidak mengenakan apapun, lalu aku berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan segala tetek  bengek keanehan yang sedang terjadi pada diriku ini.

Semoga, kewarasanku kembali seperti semula.

Saat ini aku sedang membaca proposal-proposal yang berada didepanku dengan malas. Jujur ya, lebih baik disuruh menjaga nenek-nenek atau kakek-kakek tua daripada mengurus perusahan milik kakek tercintaku ini. Ferry Atfauclair.

“Bagaimana General Manager Clianta Atfauclair?”

“Sudahlah Tommy panggil aku nama saja oke ?” Aku memutarkan kedua matanya pertanda jengah tidak terkira.

“Bagaimana Nona Clianta Atfauclair?” Tanya Tommy kembali.

Dia adalah orang kepercayaan Diamond Coorp. Atau lebih sering aku sebut dengan kata ‘suruhan Diamond Coorp’ Ia menatap tidak sabar kearahku. Aku kembali memutar kedua bola mataku tidak berminat. Aku dapat melihat keringat bercucuran di pelipisnya. Demi tuhan, aku senang sekali membuat orang tersiksa haha...

“Jadi saya putuskan. Saya menolak bekerja sama dengan Diamond Coorp.”

“Apa?” Tommy terhenyak. Ekspresinya benar-benar menggambarkan kekagetannya.

“Maaf tolong bicarakan kepada Bapak Direktur yang terhormatmu. Saya tidak berminat.” Aku menyodorkan proposal-proposal itu. Berdiri dengan senyum keangkuhanku dan membungkuk tanda hormat.

“Tapi... tapi... ini sudah kedua kalinya.” Sergahnya sambil terbata.

“Saya tidak peduli.” Jawabku sinis.

“Tapi... Nona mengapa anda selalu menolak untuk bekerja sama dengan Perusahaan kami. Anda sudah tahu pasti bahwa perusahaan kami adalah perusahaan terbesar ketiga didunia.”

“Ya aku tahu.” Aku memainkan handphoneku pertanda aku mengusirnya dengan secara halus. Bukannya pergi dia malah betah duduk dengan ekpresi yang masih tetap sama.

Ekspresi kaget tidak percaya. Aku memijit pelipisku yang entah kenapa terasa sakit. Sepertinya ada sesuatu yang tidak beres dengan otakku sekarang.Seperti ada memory yang hilang.

Hilang tanpa bekas sama sekali.

“Nona... tolong fikirkan kembali, apa anda tega kepadaku? Jauh-jauh dari Inggris berharap anda akan memberikan keajaiban ternyata pergi dengan harapan kosong.” Desah Tommy frustasi. Sambil memandang sendu kearahku.

“Oh... Tommy, sudah ku bilang aku tidak tertarik. Dan aku curiga kepada Direktur utamamu itu. Yang...” Aku sengaja memberi jeda atas perkataanku sambil menyimpan handphoneku ke atas meja. Dia mengernyitkan halisnya menunggu aku melanjuti perkataanku.

Book Of MagaloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang