Part 4

481 11 2
                                    

Part 4

Aku memasuki ruang rapat di Alfonso Coorp dengan dagu mendongkak angkuh. Perusahaan terbesar nomor keempat dalam bidang machine. Yang sudah sukses menjalani kontrak dengan perusahaanku. Hem... lebih tepatnya perusahaan kekek tercintaku. Atfauclair Coorp.

Sekilas aku melihat sosok pria asing yang duduk diseberangku. Well, setiap ada rapat tentang kenaikan dan penurunan saham, rapat besar-besaran, atau rapat kecil-kecilan seluruh dua puluh perusahaan didunia, bahkan atau ajang sindir-menyindir sekalipun. Aku hafal betul wajah-wajah para direktur-direktur muda didalam ruangan ini. Tapi tidak dengan sosok pria asing dihadapanku.

"Penaikan saham sudah merangkak 3% dari kemarin." Ucapku spontan tanpa basa-basi sambil duduk di bangku yang telah tersediakan untukku.

"Well, Nona direktur muda Atfauclair selalu to the point seperti biasanya." Galih berkata sinis kearahku.

"Sudah ciri khas-nya." Timpal Jack Alfonso sang tuan rumah sambil mengerlingkan matanya kearahku.

"Tuan rumah yang terhormat terima kasih atas pembelaannya." Aku membungkukkan badan sambil tersenyum manis ke arah Jack. Ku lihat kulit wajahnya menjadi merah. Entahlah, aku tidak peduli.

"Dan, Bapak Galih Handoko yang terhormat. Bisakah kita langsung ke intinya saja? Jujur saya sudah bosan." Aku menjawab dengan nada manja yang mengejek.

Sontak para direktur-direktur muda yang berada di ruangan itu menatapku tidak percaya. Mengingat keangkuhan dan kesinisanku dalam berbicara. Well, rasanya membuat satu sikap manja dengan nada mengejek tidak akan apa-apa mungkin. Galih hanya mendengus sebal namun menyunggingkan senyum mautnya. Yang akan membuat lutut para perempuan-perempuan meleleh seperti ice cream yang terkena cahaya mata hari.

Atau dengan bahasa alay anak jaman sekarang 'Seperti terbius pesona pria tampan keturunan dari dewa zeus?' Namun itu tidak berlaku bagiku. Karena setiap pria yang selalu gencar menebarkan pesonanya kepadaku, sudah ku tebas dengan tatapan tajam merendahkan yang aku layangkan kearah mereka. Kejam? Aku mengakui itu.

Para direktur-direktur muda di ruangan ini langsung bergumam tidak jelas. Namun, sedikit demi sedikit suara-suara ini menghilang, dan terganti dengan cahaya yang menyilaukan mata. Aku mengerjap-ngerjapkan kedua mataku, membiasakan diri, lalu mencoba membuka kedua mataku ini dengan perlahan. Tiba-tiba firasatku tidak enak. Entah kenapa. Aku merasa seperti bukan di dunia manusia. Seperti dunia asing. Dunia lain. Sensasi dingin menyeramkan menyeruak didepanku.

Aku menatap pria bermata hazel yang ada didepanku dengan nada angkuh dan sinis. "Siapa Anda." Ia hanya menyeringai. Seketika bulu romaku berdiri.

Sial ! mahluk macam apa dia !

Aku mengedarkan pandangan. Tidak ada orang lain lagi selain kami berdua. Dapat ku rasakan, tatapan matanya menusuk sampai ke pembuluh darahku. Entah, aku seperti berhadapan dengan sosok mahluk halus. Mahluk halus yang tampan dan mengerikan.

Aku bilang apa tadi, huh?

"Kamu itu tidak sopan." Akhirnya dia membuka suaranya. Suaranya terdengar serak-serak basah dan sedikit err... sexy.

"Siapa? aku?" Kataku polos.

"Umm... yeah... begitulah." Suaranya terdengar grogi. Aku hanya mengernyitkan dahiku. Dia mendeham.

Book Of MagaloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang