Chapter 2 [Contract Marriage?!]

2.3K 219 13
                                    

"Kau ... harus mau menikah kontrak denganku."

║✿║CHAPTER 2 : START ║✿║

Hyerim mengembuskan napas dan mencengkram ujung kemejanya keras. Baru beberapa sekon lalu si resepsionis di hadapannya tadi memberi tahu di mana ruangan Luhan dan entah mengapa lelaki kulkas itu mau bertemu dengannya. Dengan langkah sedikit berat, Hyerim pun akhirnya masuk lift dan menuju lantai 6. Sambil melihat angka di atas lift, akhirnya lift sampai di tempat tujuan.

Langsung saja kakinya berjalan menuju ruangan paling besar di lantai tersebut. Hyerim membiarkan kepalan tangannya melayang di udara, helaan napas keluar dari mulutnya.


Oke! Sekarang!, gumam Hyerim dalam hati. Langsung saja kepalan tangannya menyentuh pintu tersebut. Menimbulkan efek ketukan beberapa kali.

"Masuk." Suara si monster yang terdengar dingin itu pun terdengar.

Hyerim pun memejamkan matanya dan menghembuskan napas untuk kesekian kalinya. Barulah saat dirinya dapat menata diri, tangannya terangkat meraih kenop pintu.

Benda mati berwarna putih tersebut pun akhirnya terbuka menampilkan interior ruangan kerja yang apik dan didominasi warna putih. Hyerim pun sudah merajut langkahnya kian mendekat ke arah si monster yang sedang sibuk dengan laptopnya. Dengan gugup, Hyerim berdehem guna membuat intensi Luhan teralih ke arahnya. Dan berhasil, kepala Luhan pun terangkat menatap Hyerim yang tengah menggigit bibir bawahnya gugup.

"Ada apa kau ke sini?" tanya Luhan dingin disertai tatapan matanya yang datar. Hyerim mulai meremas ujung roknya dan menunduk.

"Aku ingin minta maaf soal perihal yang terjadi tempo itu ..." Hyerim menarik napas sejenak, kemudian melanjutkan, "Aku tahu aku sangat lancang ...." —Walau aslinya kau yang seperti guguk, Hyerim menambahi dalam hati tapi langsung otaknya mengingatkan: kau-butuh-pekerjaan-minta-maaf-lah-dan-buang-harga-dirimu-demi-ayah-dan-Taehyung.

"Oh bagus! Bagus sekali kalau kau sadar, Nona Muda!" potong Luhan masih dengan nada sedingin es dan sindiran.

Hyerim ingin sekali menampar Luhan untuk kesekian kalinya karena tanpa etika memotong ucapannya. Tapi ingat! Hyerim harus menahan amarahnya agar niatnya hari ini selesai.

"Ya, aku sadar dan sangat sadar aku sangat lancang kala itu ...." —Sebenarnya tidak, sih, kau memang butuh tamparan.

Hyerim mendongak dan menatap Luhan. Detik itu pandangan keduanya bertemu untuk pertama kalinya. Mata hitam sayu nan lembut itu. Mengingatkan Luhan akan sesuatu yang mulai berkelebat dalam benaknya; memaksa kinerja otaknya berjalan mundur.

"Aku mohon maafkan aku dan ... bisakah dirimu ..." Hyerim menggantungkan ucapannya, sementara Luhan masih membeku kala melihat manik mata Hyerim yang mengingatkannya pada seseorang. "... mempekerjakan aku," lanjut Hyerim yang langsung membuang gas karbondioksida yang tadi rasanya mencekik dadanya.

Luhan mengerjapkan matanya dan berdehem, berusaha tidak terjebak kembali dalam larutan obsidian dara di hadapannya, dan mengangkat kepala menatap tajam Hyerim.

"Cih!" desis Luhan sambil memasang wajah merendahkan. "Setelah apa yang terjadi kau ingin aku mempekerjakanmu?! Mimpi saja sana! Aku tidak butuh pegawai perempuan yang ringan tangan sepertimu Nona," pungkas Luhan sambil mengibas-ngibaskan tangannya dengan sikap angkuhnya.

Oh ... ini sudah diduga oleh Hyerim dari awal. Maka gadis itu sudah siap mental dan mulai berucap kembali dengan nada memohon.

"Kumohon, ayahku ... ayahku ..., beliau sedang collapse. Aku butuh uang, Luhan-ssi." Sembari menangkupkan tangannya, Hyerim memandang Luhan dengan tatapan memelas dan pria itu menatap dirinya tidak peduli.

Beauty and The Beast [Luhan Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang