*Rafael pov
"Aryo, sudah berapa kali kamu nggak ngumpulin tugas ?"
"Euhh... 3 kali ?"
"5 kali ! Tugas yang soal paket bab mitosis miosis juga belum kamu kumpulkan"
Aryo meringis dan langsung memutar bola matanya saat tatapannya membuat kontak dengan mataku. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana seragamnya. Bicara soal seragam, anak ini tidak memakai dasi dan ikat pinggang.
Hh... aku jadi bingung harus menegur soal yang mana lagi
Seolah baru menyadari arah tatapanku, Aryo langsung mundur selangkah sambil mengerucutkan bibir
"Pak Alfa kalo emang minat sama saya jangan terang-terangan gitu dong"
"Sia- Aryo !" berangku
Aryo bukannya diam malah ngakak puas.
Aaahh... malas debat !
"Pulang sekolah kamu tinggal di kelas, kerjakan tugasmu. Saya temani" akhirnya ultimatum dariku turun
"Eeehh... ogah banget ah"
"Yang sini juga ogah, makanya kerjain yang bener"
"Kalau bapak ogah ya nggak usah sekalian deh pak. Atau bapak senafsu itu sama saya sampe nggak bisa nahan diri lagi ?"
"Dengar, senafsu apa pun saya sama kamu, saya nggak bakal ngurung kamu di kelas berdua saja dengan saya"
Aryo terdiam. Tiba-tiba saja kasak kusuk di kelas berubah senyap.
Ah... keceplosan yang benar-benar bego.
"Pak Alfa... awkward..." ringis Aryo memecah keheningan
"Yeah, awkward. Stop complaining and just do like what I told you!"
Aku bisa merasakan pipiku memanas dan kulihat Aryo mati-matian menahan cengirannya.
"Kalau mau ketawa, ketawa aja !" berangku akhirnya. Wajahku pasti merah padam sekarang.
"Eah.. Pak Alfa... pfft... jujur banget ya..." Aryo sudah bukan lagi berusaha menahan cengirannya. Dia sedang berusaha menahan tawa mati-matian.
Aku merasa bodoh tidak bisa bersikap layaknya orang dewasa. Dan apa-apaan ucapanku itu ?!. Memalukan !.
Tiba-tiba saja seisi kelas tertawa. Aryo pun tidak sungkan-sungkan lagi untuk ikut ngakak dengan yang lain.
Entah bagaimana rona wajahku sekarang, aku tidak tau. Aku hanya berharap bisa segera kabur dari situasi ini.
Aku sempat mencuri pandang ke arah siswi yang duduk di bangku belakang dekat jendela. Gadis itu menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Dia berusaha mati-matian menahan tawa sampai telinganya merah.
Melihat itu aku makin merasa salah tingkah
"Pak Alfa... lucuu..." ledek Alma
"Pak Alfa mukanya merah banget !" olok Reno kali ini
"Apaan... pak ?"
"Aduhduh... perutku sakit"
Ting Tong Ting Tong
Yus ! Finally bel penyelamat
"Aaahh... waktunya ganti pelajaran. Aryo ! Jangan lupa pulang sekolah kamu tambahan pelajaran !"
"Siap Pak !" jawab Aryo masih sambil ngakak.
Aku langsung ngacir tanpa peduli apapun lagi. Kurasakan wajahku masih panas.
Siaaaal... nggak dewasa banget siiih !
*Rea pov
Astaga, guruku ternyata masih bocah. Tingkahnya masih kekanakan banget. Yah, usianya memang nggak beda jauh dengan muridnya sih.
Tiba-tiba saja pundakku dijawil dari belakang memintaku menoleh.
"Re, Pak Alfa lucu ya, manis lagi. Boleh nggak ya dikecengin ?" bisik Aisha di telingaku saat aku hendak berbalik badan
Aku mencibir melihat Aisha yang tiba-tiba saja menargetkan guru barunya, Pak Alfa.
Aisha tipe gadis manis-mungil yang biasa menarik perhatian para cowok yang mudah kegatelan ingin menyimpan boneka semanis dan semungil Aisha di samping mereka.
Meski Aisha nengerti daya tariknya, Aisha hanya sebatas menggoda para cowok tanpa pernah menggaet seorang pun.
"Kebangetan lu ya, guru juga di-embat"
Aisha tertawa mendengar komentar setengah sinis sohibnya ini.
"Iye, iye, tau nih yang tetanggaan sama guru imut-imut"
"Hah ?! Sha !" Aku reflek mencubit pipi Aisha yang sedikit tembam memintanya untuk diam.
Aisha meringis saat mengusap pipinya bekas cubitan maut dariku. Aisha satu-satunya orang di sekolah ini yang tau kalau aku dan Pak Alfa bertetangga.
"Gimana kemarin buku sketch booknya ? Udah dikembalikan ?"
"Udah"
"Tumben nggak kamu keluarin dari pagi tadi"
"Males aja, nggak mood tadi"
Aku merogoh ranselku dan mengeluarkan buku sketch book kesayanganku dan mulai ber-doodle ria meski guru sejarahku sudah datang dan memulai pelajaran
"Pas pelajaran Pak Alfa aja kamu perhatiin" ledek Aisha dengan suara pelan tanpa sepengetahuanku
KAMU SEDANG MEMBACA
Alfarea
Romance"Sejak kecil aku terbiasa melihat benang merah. Benang merah itu mengikat jari kelingking seseorang dengan jari kelingking orang lain. Benang merah itu panjang dan sukar putus. Benang merah itu hanya aku yang bisa melihat" *** Alfano Rafael bisa m...