A Fight For Love

564 45 1
                                    

Aku melihat pantulan diriku di cermin. Aku menghela nafas. Sekarang, hari dimulainya awal sekolah setelah sekian lama libur. Dalam hatiku, Aku menggerutu. Tak bisakah libur diperpanjang?!
Aku melihat kembali penampilanku. Disekolahku, ada peraturan wajib yang mengharuskan siswa memakai pakaian sangat rapi saat awal-awal masuk sekolah. Oleh, karena itulah aku sekarang memperhatikan sekali penampilanku. Sekolah yang aneh, kan?

"Pukul 06.15" Aku melihat jam tangan yang melingkar dipergelangan tanganku. Aku menyemangati diriku dan kemudian berlalu pergi dari kamarku.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Aku berjalan memasuki kelas dan melihat sebagian siswa sedang berbincang-bincang di berbagai penjuru kelas.
"Selamat pagi se--" Belum selesai aku berbicara, aku bisa merasakan seluruh siswa tengah memandangku seakan mereka ingin menerkamku. Aku agak risih.
"Ada apa?" Tanyaku bingung. Seluruh siswa tidak menjawab dan kemudian melanjutkan perbincangan mereka. Aku agak ngeri berada dikelas ini.
"Apa yang terjadi?" Aku bergumam. Tiba-tiba, seseorang menyapaku sambil berlari dari arah pintu.
"Karoyj!!!" Ujar orang itu mendekapku erat. Untung saja suasana kelas saat ini sangat ribut, jadi aku tidak perlu merasa malu.
"Ada apa, Fan-xiao?" Tanyaku kepada Fan-xiao. Gadis bersurai panjang itu membetulkan letak kacamatanya yang agak longgar.
"Kemana saja kau saat liburan?" Tanya nya cemberut. "Kenapa tidak pergi berlibur denganku?"
Aku tertawa mendengar pertanyaan Fan-xiao. Aku mencubit pipi chubby nya gemas. "Kenapa pertanyaanmu banyak sekali?" Aku masih terus tertawa. Fan-xiao masih tetap cemberut. Tiba-tiba aku terdiam, aku melirik kearah siswa siswi yang tadi menatapku horror. Aku menarik Fan-xiao kearah taman sekolah.
"Ikut aku"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Aku duduk dibangku panjang taman sekolah sambil menatap lapangan basket.
"Ada apa dengan murid itu?" Tanyaku tak menolehkan kepalaku kearah Fanxiao. Yah, kupikir lebih baik aku bertanya kepada wartawan kelas saja daripada bertanya kepada mereka.
"Murid? Murid kelas kita maksudmu?" Fan-xiao tak mengerti. Aku mengangguk.
"Saat aku memasuki kelas, murid perempuan emberiku pandangan mengerikan" Ucapku sambil membayangkan pandangan mereka. Mata yang tajam dan juga aura hitam disekelilingnya. Fan-xiao tampak berpikir.
"Kurasa, mereka sedang cemburu padamu" Ujar Fan-xiao membuat nada bicaranya seperti nada misteri.
"A-apa?" Aku semakin tidak mengerti. Aku menaikan alisku dan menatap Fanxiao. "Karena apa?"
"Suatu berita" Fanxiao membenarkan letak kacamatanya. Kacamatanya mengkilap tajam.
"Seperti yang kudengar pada saat acara have fun kelas 12-2, Aku mendengar pembicaraan murid perempuan terutama Liuying sedang membicarakan tentang kau dan anak kelas 12-1. Siapa ya namanya? Oh iya Karry!" Jelas Fanxiao menjentikkam jarinya saat mengetahui nama murid dari lokal sebelah. Aku tak tahu aku harus senang karena dia memberikan info atau kesal karena dia....
"Jadi, kau pergi ke acara have fun tanpa memberitahu ku, huh?!" Aku melipatkan tanganku kesal. Fanxiao hanya tertawa.
"Maaf...maaf, kudengar kau saat itu sedang pergi ke Xiamen" Fanxiao hanya nyengir. Aku melihatnya sebal. Kemudian, rasa sebalku menghilang seketika.
"Baiklah, lanjutkan infomu" Aku menatapnya lekat dengan pandangan memelas. Fanxiao mengangguk setuju dan mulai memberi tahu info rumor tentang dia. Dia memang orang yang paling tahu segalanya!
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Aku menyeruput orange juice yang kupesan. Aku melihat Fan-xiao yang memakan banyak sekali dumpling.
"Kau mau?" Tawar Fan-xiao. Aku menolak tawarannya.
"Tidak, terimakasih" Tolakku. Yaampun, Fanxiao. Dia adalah gadis yang sempurna tapi nafsu makannya terlalu besar.

"Hei, Karoyj. Lihat" Ujar Fan-xiao tiba-tiba. Ia menunjuk segerombolan murid wanita tengah berkumpul sambil berteriak histeris.
"Ada apa?" Tanyaku. Aku melihat kearah yang ditunjuk oleh Fanxiao.
"Bukankah itu Karry dan dua adik kelas kita, Roy dan Jackson?" Fan-xiao tidak percaya. "Lalu?" Tanyaku. "Kau akan kesana?"
Fanxiao mengangguk dengan wajah berbinar-binar.
"Aku akan memfoto mereka!" Fanxiao begitu bersemangat. Ia mengeluarkan handphonenya dan mengedipkan matanya kepadaku sebelum ia pergi mengejar tiga orang itu. Mulutku membentuk huruf O sempurna melihat kelakuan Fan-xiao. Apa...dia tadi membawa handphone?
Aku tak memperdulikannya dan menyeruput kembali orange juiceku. Tapi, entah kenapa aku malah merasa teriakan histeris murid perempuan itu semakin keras layaknya mereka berada didekatku.
"Mungkin hanya perasaanku" Batinku.
"Hei, nona~" Sapaan seseorang sukses membuatku tersedak. Aku melihat kearah sumber suara dan terkejut.
"A-apa?" Aku tak percaya. Kenapa Kaary, Roy, Jackson bisa ada disini? Tadi bukankah mereka masih berada dilapangan?
Mereka bertiga mulai duduk didepanku.
"Ada apa?" Tanyaku canggung. Aku sudah bisa merasakan Liuying sedang mengawasiku seakan akan dia ingin mengancamku.
"Heii~ Kenapa? Tak bolehkah?" Ucap Karry santai.
"A..anu bukan be..." Aku sengaja tidak melanjutkan perkataanku dan lanjut menyeruput orange juice.
"Aku tak menyangka kita akan bertemu" Sanggah salah seorang pria, Roy.
"Eh? Aku juga" Aku tersenyum canggung. Liuying kenapa terus melihatku sih?!
"Ngomong-ngomong, kemarin kau terlihat cantik loh" Ujar Karry santai. Aku terkejut dan Wajahku memerah. Aku menundukkan wajahku dan menutupi nya dengan rambutku. Yah...meskipun masih kelihatan.
Karry menyenggol kedua temannya ini.
"Benarkan?" Tanya Karry. Jackson yang daritadi hanya diam hanya mengangguk tanpa ekpreksi. Karry kesal.
"Cobalah untuk tersenyum sedikit, Seribu es" Ucap Karry kesal. Sedangkan Roy, ia tersenyum lebar.
"Ya, kau mengenakan busana abu-abu yang cantik. Maka dari itu kau juga terlihat cantik!" Ucap Roy. Kenapa mereka membicarakan ini.
Aku melihat kearah Karry dan Roy kemudian tersenyum. "Terimakasih" Ucapku.
"Ah, ya. Kenapa kau tidak pergi ke dorm kami untuk beberapa waktu?" Tanya Karry. Aku melihatnya.
"Eh? Itu...Akan kuusahakan meluangkan waktuku untuk berkunjung kedorm kalian" Ucapku.
"Kapan? Pulang sekolah nanti aku akan menjemputmu" Ucap Karry membuat keputusan secara tiba-tiba. Mataku membulat mendengarnya.

"E-eh?"

Mereka bertiga berdiri dan pergi meninggalkanku.
"Sampai bertemu lagi, Nona" Ucap Roy sebelum ia pergi meninggalkanku.
.
.
.
.
.
.
.
Bel pulang sekolah berbunyi.
Aku berjalan kearah lokerku untuk mengambil barang yang tertinggal.
"Karoyj Wayi,3453" Aku menggumam sambil terus mencari loker yg sesuai dengan gumaman ku. Aku membuka kunci lokerku dan mengambil beberapa barang yang yang kusimpan.
"Tak tahukah kau bahwa aku menyukaimu?" Ujar seseorang dibelakangku. Aku kaget. Suaranya sangat asing. Aku menutup kembali lokerku dan melihat kearah sumber suara.
"Yinwen?" Aku menggumam tak percaya melihat pria berpostur tinggi dengan kulit putih pucat sedang menatapku. Entahn tatapan apa.
"M-maksudmu?" Tanyaku tidak percaya. Yinwen berjalan mendekatiku. Aku melangkah mundur. Dia menatapku lekat.
"Aku menyukaimu, tapi kau kenapa malah berpacaran dengan Karry si anak sok itu?!" Ujar Yinwen. Dia mencengkram daguku. Aku takut.
"Apa maksudmu?" Tanyaku semakin tidak mengerti. Aku mencoba melepaskan tangannya tapi aku tak bisa. Karena tenanganya lebih kuat dariku. Tangan kekarnya malah memegang pipiku.
"Jangan berani macam-macam denganku!" Ancamku. Aku menatapnya tajam.
"Apa, huh?" Tanyanya kembali. Deru nafasnya membuatku ngeri.
"Kau telah membuatku sakit hati, Nona! Sakit! Jadi kau!" Yinwen menunjukku. "Kau akan merasakannya juga" Sebuah seringaian terukir dari wajah putih pucat milik Yinwen.
"Kau... jangan macam-macam denganku atau aku akan berteriak!" Aku mengancamnya dan berusaha melepaskan diri. Tapi dia malah menahanku. Dia mendekatkan wajahnya kepadaku. Nafasnya menyentuh wajahku. Aku memejamkan mataku pasrah.

BUG!!!

Aku mendengar sebuah pukulan mendarat diwajah seseorang. Aku membuka mataku dan mendapati Yinwen yang sedang jatuh terduduk. Aku kaget dan menutup mulutku karena shock.
"K-Karry?" Ucapku terbata-bata. Aku tidak percaya. Tangan kekat milik Karry mendarat dipipi Yinwen yang mengakibatkan wajahnya lebam.
"Apa yang kau lakukan, hah?!" Ucap Yinwen marah. Ia bangkit dan menarik kerah baju Karry.
"Kau seharusnya tidak melakukan itu! Cih, seberapa bodohnya dirimu!!" Karry kembali melayangkan pukulannya kepipi Yinwen. Hidung Yinwen berdarah. Aku shock melihat pertengkaran dua pria didepannya ini. Rasanya, aku ingin melerainya tapi entah kenapa aku takut.
"KAU!" Yinwen mengusap darah yang mengalir dari hidungnya. Ia menatap Karry tajam. Ia bangkit dan memukul Karry seperti kilat. Karry terjatuh. Sudut bibirbya berdarah.
"APA KAU TAK PUNYA MALU DENGAN PERBUATANMU BARUSAN, HAH?!" Kini Karry meninggikan suaranya. Karry bangkit. Yinwen hanya tertawa meremehkan.
"Perbuatan apa?! Kau seharusnya yang malu, dasar pecundang!" Yinwen hampir ingin melayangkan satu pukulannya lagi kepada Karry. Tapi aku segera berdiri ditengah-tengah dan berbicara dengan nada
"HENTIKAN INI!" Aku memberanikan diriku. Aku menatap mereka berdua tajam tak terkecuali Karry. Aku menatapnya sangat tajam sambil menghela nafas kasar.
Aku menarik tangan Karry menjauhi Yinwen yang terus mengejek dirinya dan Karry dengan sebutan Pecundang.
Aku menarik Karry keatas rooftop sekolah dengan wajah penuh kekesalan campur amarah.
.
.
.
.
.
.

Aku mengobati lukanya dengan peralatan P3K yang kupinjam sementara dari UKS.
Aku mengobati lukanya dengan obat merah dan juga kapas untuk menyeka darahnya agar tidak mengalir lagi. Karry meringis.

"Kenapa kau memukulnya?" Tanyaku serius.
"Aku hanya ingin melindungimu dari si pencundang itu" Karry menggertakkan giginya.
"Untuk apa? Aku bisa melindungi diriku sendiri. Lagipula, ingatlah posisimu. Kau adalah seorang public figure" Aku menatapnya khawatir. "jangan lakukan hal bodoh itu lagi"

"Itu karena...." Karry mengjeda perkataannya. Aku menatapnya serius.

"Aku menyukaimu."




R. With Unknown Artist [TFBOYS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang