RETURN TO XIAMEN

599 39 1
                                    

Kepala ku pusing sekali. Kepalaku serasa dihantam oleh benda keras. Pandanganku berkunang kunang dan akhirnya aku serasa buta. Pandangan ku menjadi gelap gulita.
.
.
.
"Karoyj?" Samar-samar aku mendengar suara seseorang tengah memanggilku. Aku ingin bangkit, tapi aku tak bisa. Aku hanya bisa mendengar seseorang memanggil namaku untuk kedua kalinya.
"Karoyj, kumohon bangun" Suara seseorang itu terus terdengar oleh indra pendengaranku. Aku mencoba membuka mataku. Aku berhasil menembus kegelapan. Aku menyipitkan mataku mengurangi intesitas cahaya yang memaksa masuk kedalam mataku. Kulihat, Zhao jiejie sedang berada disebelahku sambil mengenggam erat tanganku yang terlihat pucat.
"Akhirnya, kau bangun juga" Zhao jiejie tersenyum bahagia. Ia menatapku senang. Aku hanya tidak mengerti. Apa yang terjadi?
"Zhao jie?" Gumamku.
"Apa yang terjadi?" Tanyaku pelan. Aku melihat sekelilingku.
"Kau tadi pingsan, Karoyj. Tapi, syukurlah kau kini sudah sadar" Ujar Zhao jiejie tersenyum. Tiba-tiba handphone nya berdering. Zhao jiejie meraih handphonenya yang ia letakkan ditas brandednya. Ia mengangkat telfonnya. Ia seperti berbicara dengan nada kesal. Aku memandangnya tidak mengerti. Tak berapa lama, Ia mematikan telfonnya.
"Siapa?" Tanyaku tidak mengerti. "Kau terlihat kesal saat menjawabnya"
"Biasa, Karry. Dia selalu tidak tepat waktu. Kau tidak perlu memikirkannya" Ujar Zhao jiejie lembut. Ia membelai surai pendekku. Aku tak menyangka, dibalik gayanya yang seperti anak remaja, Ia juga bersifat keibuan. Aku hanya tersenyum tipis dan mengangguk. Tiba-tiba, pintu ruangan ini didorong secara tiba-tiba. Aku terkejut. Begitupula Zhao jie. Ia melihat kearah pintu yang baru saja didorong dengan keras.
"Apa aku terlambat?" Ujar orang itu. Aku benar-benar tidak menyangka. Karry? Kenapa ia bisa ada disini?

"Sangat-sangat terlambat" Ujar Zhao jiejie sambil melipatkan kedua tangannya. Karry hanya nyengir dan kemudian bergegas menuju kearahku. Aku melihatnya.
"Kau tidak apa-apa, kan? Wajahmu pucat sekali" Ujar Karry. Dari mukanya menunjukkan kekhawatiran. Aku hanya tersenyum.
"Aku tidak apa-apa" Ujarku.
"Apa... kau pingsan karena press conference tadi?" Tanya Karry. Aku terdiam sejenak.
"Entahlah. Kurasa tidak" Ucapku mengira-ngira.
"Maafkan aku.."
"Untuk apa?"
"Karena telah membuatmu begini.."
.
.
.
.
.
.
.
Aku berjalan mengelilingi halaman rumah sakit. Aku menunduk menatap rerumputan yang sengaja ditanam oleh pihak rumah sakit. Untung saja aku diperbolehkan pergi oleh Zhao jie.

"Besok, rencananya aku akan pergi ke Xiamen" Ucapku pelan. Pandangan ku masih tetap tertuju pada rerumputan.
"Kenapa cepat sekali?" Tanya Karry tidak percaya. Ia menatapku.
"Memangnya kenapa? Aku rindu keluargaku. Dan juga seminggu lagi kakakku akan melangsungkan pernikahannya. Kalau begitu, bukankah aku harus pergi?" Aku menduduki bangku panjang rumah sakit. Aku melihatnya.
"Kau kan sedang sakit" Ujar Karry. Ia duduk disebelahku.
"Memangnya kau kira aku sakit apa? Aku kan hanya pingsan saja. Nanti malam juga sembuh, kok" Ucapku agak kesal.
"Pergi dengan siapa?" Tanyanya lagi.
"Aku akan diantar ke bandara oleh Velove" Ucapku. Karry mengangguk. Kami terdiam untuk beberapa saat.
"Apa... Tidak apa-apa jika kau pergi keluar ruangan tanpa menggunakan alat penyamaran?" Tanyaku melihatnya. Karry hanya terkekeh.
"Aku tak peduli jika wartawan itu datang menyorot kita" Ujar Karry.
"Bagaimana jika fans?" Tanyaku sekali lagi.
"Jika fans, aku akan memenuhi keinginan mereka yang masih dibatas kewajaran" Ujar Karry santai. Santai sekali...
"Kau benar-benar tidak khawatir ya? Kalau sasaeng fan-" Belum selesai aku berbicara, Karry meletakkan jarinya dibibir pucatku.
"Jangan bicara tentang hal yang tidak tidak" Ujar Junkai. Aku terdiam dan membeku.
"A..aku mengundangmu dan kedua anggota grup mu itu menghadiri pernikahan kakakku. Apakah kau bisa?" Tanya ku canggung. Karry mengacak rambutku.
"Tentu saja, aku akan pergi" Ucapnya. Aku tersenyum.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Sudah siap semua, Karoyj?" Tanya Velove. Aku mengangguk.
"Tentu, kuharap, kau tidak lupa untuk menghadiri pernikahan kakakku" Ujarku. Kami terkekeh. "Goodbye, I'll miss you, Karoyj" Ujat Velove tiba-tiba memelukku erat. Aku terkejut dan memeluknya kembali.
"I'll miss you too, Vexia Jangan berlebihan. Aku hanya seminggu kok" Ucapku. Velove melepaskan pelukanya kemudian menatapku. "Benarkah?" Tanyanya. Aku mengangguk.
"Tentu" Aku melirik jam yang melekat di dinding bandara.
"Aku akan pergi. Jaga dirimu, Vexia" Ujarku. Aku melambaikan tanganku kearahnya dan mulai memasuki waiting room.
.
.
.
.
.
.
.
Aku berjalan memasuki sebuah rumah bergaya minimalis tetapi tidak pernah melupakan kesan tradisionalnya. Aku mendorong pintu setengah kaca itu dengan sangat pelan dan mendapati keluargaku menyambutku. Tiba-tiba seorang wanita paruh baya mendekapku dengan sangat erat. Membuatku kesulitan bernafas.
"Ah! Qiu!" Wanita terus saja mendekapku sangat erat. "Kau kenapa tidak pulang saat liburan musim dingin?" Tanya wanita itu.
"Ah, itu. Maaf, ma. Aku saat itu sedang banyak tugas sekolah ditambah tugas ditempatku part time. Dan... Lagipula tidak ada pesawat yang bekerja di musim dingin, kan?" Ucapku mengada-ada. Aku mencoba memecah suasana saat ini. "
"Lihatlah, aku membawa oleh-oleh untuk kalian" Ucapku sambil mengeluarkan sebuah tas besar.
"Apa itu?" Tanya ibuku. Ibu mulai membukanya
"Kau membeli ini semua? Ah, kau seharusnya tak membelinya,Qiu. Akulah yang seharusnya memberimu oleh-oleh" Ujar ibuku. Aku hanya nyengir dan menghampiri kakakku yang sedang menonton tv.
"Jie!" Ucapku berlari menghampirinya dan memeluk lengannya yang sedang ia pakai untuk bermain handphone.
"Kau sudah pulang rupanya" Ucap kakakku melihatku tanpa ada ekpreksi apa-apa. Ah, sifatnya belum berubah.
"Ah, Xia-an jie. Sifatmu belum berubah" Aku mendengus kesal. "Aku tak menyangka jika ada laki-laki yang mau dengan wanita cuek sepertimu" Ucapku kesal. Aku melirik kearah handphonenya.
"Chat? Kau sedang chat dengan siapa, jie?" Tanyaku penasaran. Aku terus mendekat kearahnya.
"Jangan dekat-dekat" Ujar Xia-an sambil terus menjauh. Aku menggembungkan pipiku.
"Seharusnya, kau sudah tau dengan siapa" Ujar Xia-an tetap terfokus mengetik sesuatu di handphonenya. Aku mengangguk mengerti.
"Seharusnya kau bilang dari tadi, agar aku mengerti" Ucapku. Tiba-tiba, Ibuku membawakan secangkir teh hijau untukku.
"Eh, mama? Kenapa membawakan ini?" Tanyaku linglung.
"Sekarang musim semi dan suasana diluar sangat dingin. Bahkan dapat masuk kedalam rumah, Kau perlu menghangatkan diri" Jelas ibuku. Aku mengangguk.
"Xie-xie, Ma" Ujarku tersenyum. Ibuku juga tersenyum dan berlalu menuju dapur. Aku meraih teh hijau itu dan meminumnya.
"Kau sedang menjalin hubungan dengan salah satu artis, ya?" Tanya Xia-an secara tiba-tiba. Aku tersedak. Aku meletakkan teh hijau itu dimeja dan mencoba menetralkannya.
"Apa yang kau katakan?" Tanyaku. Aku melihatnya tidak percaya. Xia-an menunjukkan layar handphonenya. Aku tidak percaya. Beritanya juga ada di Internet?!
"Dilayar ini menunjukkan kalau kau sedang menjalin hubungan dengan salah satu artis bernama Karry Wang" Ujar Xia-an layaknya seorang detektif. Sha kua! Aku baru ingat kalau Xia-an jie tidak pernah melupakan info-info entertaiment!
"Itu rumor" Aku menjawabnya sok santai dan menyeruput kembali teh hijauku.
"Kenapa bisa terjadi rumor ini?" Tanya Xia-an jie. "Disini jelas ada fotomu dengan dia. Namamu, Karoyj Wayi, Juga ada disini" Aku terdiam tidak tau mau menjawab apa dari penggemar artis-artis ini. Xia-an tersenyum. Ia meng acak-acakan surai pendekku yang dari tadi memang sudah berantakan.
"Kupikir kau masih kecil. Kecil seperti anak tk. Ternyata,dugaanku salah. Tak kusangka kau ternyata sudah besar" Ujar Xia-an sambil mengacungkan jempolnya kepadaku. "Itu bagus!" Bagus apanya?! Aku mencoba mencari alasan lain.
"Aku ingin kekamar dulu" Ucapku. Aku bangkit dan berjalan menaiki anak tangga. Belum dua langkah, langkahku terhenti.
"Oh, ya. Xia-an jie! Kau tidak mengambil kamarku, kan?" Tanyaku.
"Tentu saja tidak! Mana mungkin aku menempati kamar dengan gambar-gambar anime seperti itu?" Ucap Xia-an .
"Yah bisa saja kau menempatinya dan mencopot semua gambarnya" Ucapku pelan sengaja supaya tidak didengar Xia-an jie. Aku menaiki anak tangga itu satu persatu.
.
.
.

.
.
.
.
Aku membuka tirai dan jendela kamarku. Membiarkan udara khas musim semi masuk dan hinggap dikamarku. Aku menghirup udara dingin ini dan memandangi pemandangan kota Xiamen. Aku memejamkan mataku sejenak dan melihat gedung-gedung tinggi di Xiamen. Ya, memang. Aku jarang pergi kesini. Terakhir aku kesini tahun lalu dibulan Juni. Sedangkan sekarang sudah bulan April.
Disaat aku sedang menikmati udara sejuk ini, Tiba-tiba handphoneku berdering.
Aku meraihnya dan melihat isi pesan yang masuk.

"Monday, xx 04 20xx
Fr: Karry (+862109199910)

Aku akan ke Xiamen pada hari Kamis. Aku sudah dapat izin dari manager dan memang, saat itu aku tidak ada jadwal. Berikan alamat rumahmu dan tunggu aku"

Aku terkejut melihat isi pesan. Mataku membelalak sempurna. S-serius?! Dia akan kemari hari Kamis....besok?! Ah, dia. Astaga. Tak bisakah dia memberiku waktu untuk bersenang-senang bersama keluarga? Apalagi bersama Xia-an jie yang mungkin akan jarang bertemu denganku lagi. Aku menggerutu didalam hatiku.

"Karoyj, Ayo cepat. Ibu telah membuat makanan kesukaanmu. Kita akan makan bersama" Aku menoleh kearah sumber suara. Terlihat, Xia-an jie sedang berdiri diambang pintu sambil melihatku. Aku salah tingkah dan segera mengangguk.
"B-baik, jie" Aku meletakkan hpku dimeja kamarku dan berjalan bersama Xia-an jie menuju meja makan.
.
.
.
.
.
.
.

R. With Unknown Artist [TFBOYS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang