Kontrak

1K 57 0
                                    

Karoyj menenteng tas putih dengan beberapa bahan-bahan masak didalamnya. Sorot matanya menangkap dari jauh segerombolan orang sedang berlarian mengejar target dengan jaket denim dan masker didepan. Pikirannya menerawang jauh. Ada buronan? Ah tapi itu tidak mungkin. Ia menghiraukan orang orang itu dan langsung berjalan santai --ingin-- memasuki cafe yang tak jauh dihadapannya. Belum selesai ia Melangkahkan kakinya, Ia sudah jatuh tersungkur. Karoyj terkejut. Ia menatap seseorang yang menatapnya. Sepertinya, ia sedang mengatakan sesuatu yang terdengar samar samar.

Tiba-tiba, ia menarik Karoyj kedalam sebuah cafe yang baru saja ingin ia masuki. Matanya membuat lebar. Tidak percaya dengan apa yang terjadi. Sedangkan orang itu? Hanya melihat kearah luar jendela cafe yang  hampir seluruhnya kaca bermotifkan gambar-gambar anime. Orang itu menghela nafas lega setelah mengetahui segerombolan orang-orang tadi pergi menjauh. Karoyj menatapnya kesal. Ia terus memberikan pandangan seperti --meminta penjelasan-- kepada orang aneh ini.

"Ah, maafkan aku atas kelancanganku tadi." Ia tertawa canggung dibalik masker hitam pekat nya. Karoyj menangkap sesuatu yang tidak beres. "Siapa namamu?" Tanya orang itu. Karoyj sepertinya harus berhati hati.

"Karoyj. Karoyj Wa Yi. Panggil saja Kar." Ujar Karoyj sok cuek. Orang itu hanya mengangguk mengerti. "Dan, namamu?" Tanya Karoyj.

"Karry." Ujarnya.

"Baiklah, Kar. Maafkan atas kelancanganku tadi. Aku tidak bermaksud menabrakmu dan menarikmu secara paksa kedalam cafe ini" Karry berkata panjang lebar. Karoyj sepertinya tak tau harus mengatakan apa.

"Ah, ya. Tak apa. Lagian ini juga tempat kerjaku dan ingin masuk kedalam cafe ini juga." Ujar Karoyj tersenyum canggung.

"Kau ini sebenarnya siapa?" Tanya Karoyj penasaran. Karry terkejut dan seperti memikirkan kata yang akan dilontarkannya.

"Aku hanya seorang pelajar dari Chongqing Middle School yang tadi sedang diadakannya lomba berlari yang diadakan oleh panitia osis." Ujar Karry kikuk. Karry melihat ekspreksi wajah Karoyj yang bingung dan tatapan matanya malah bertambah penuh selidik.

"Chongqing Middle School? Aku juga disana. Dan sekarang kan sedang diadakan libur 10 hari." Ujar Karoyj. "Kau berbohong?!" Tak hanya pandangan matanya. Nada suaranya juga berubah. Karry rasanya aliran darahnya tiba tiba turun. Ia berusaha berpikir mencari topik pembicaraan yang lain.

"Wayi!" Ujar seseorang bersurai pirang memanggil Karoyj dari jauh. Iris mata biru itu menatapnya lekat-lekat. "Sedang apa disana?"

Karry menghembuskan nafas lega. Aliran darahnya kembali normal.

"Oh, ya. Sebagai ucapan permintaan maafku, aku mengundangmu makan malam di alamat xxx. Tentu saja, itu diadakan jam 7. Jika bingung, kau bisa tanya kepada salah satu receptionist disana." Ujar Karry. Ia bangktit dari duduknya. "Sampai jumpa nanti malam." Ia kata-kata terakhir yang terlontar dari bibir tipisnya. Karoyj hanya tercengang.

"Hah, dia orang yang aneh. Tapi, sepertinya, aku pernah mengenalnya dan pernah mendengar namanya disekolah" Gumam Karoyj. Kemudian, ia menghilangkan pikirannya tentang pria berponi yang baru ia temui tadi.

"Karoyj, dimana belanjaan tadi?" Tanya seseorang yang tadi memanggil Karoyj. Alove Vexia. Karoyj terkejut. Ia baru teringat tentang belanjaannya tadi. Belanjaannya....
"Ah, iya! S-sebentar! Aku akan mengambilnya!" Ujar Karoyj cengengesan dan berlari menuju pintu masuk cafe ini.

-Point Of View Karoyj-

Aku berjalan memasuki ruangan yang dipenuhi musik-musik klasik sesuai dengan tempat yang dijanjikan oleh Karry. Aku berjalan linglung. Terbesit dibenakku, Diruangan ini, hanya aku yang berpakaian tidak seperti yang lainnya. Aku menghampiri sala h satu receptionist dengan pandangan ragu.

"Apakah disini ada tamu yang bernama Karry?" Tanyaku. Receptionist itu mengecek buku daftar tamunya dan mengangguk.

"Pria berpostur tinggi dengan rambut berponi, nya?" Tanya Receptionist. Aku mengangguk. "Tapi, mohon maaf. Anda kekasihnya, ya?" Tanya Receptionist itu... sekali lagi. Aku kikuk. Baru sekali ini ditanya seperti ini.

"Ah tidak, hanya teman." Ujarku.

"Baiklah, nona. Dia ada di ruangan 219 diatas" Ujar Receptionist itu sopan. Aku mengangguk dan mengucapkan terimakasih kepadanya.

Aku berjalan menaiki anak tangga untuk mencapai lantai dua. Aku masih teringat perkataan Receptionist tadi. Untungnya saja tadi aku sedang tidak terbawa suasana. Kalau sudah terbawa.... ah mungkin aku sudah mengoceh

Akuberhenti didepan pintu bercat kan wood itu. Diatasnya terpampang nomor '219'. Aku memberanikan diriku. Aku menghela nafas untuk menghilangkan kegugupan yang melanda hatiku.

Aku memutar knop pintu 'kaca' itu dengan penuh percaya diri yang dipaksakan. Didalam, terlihat, tiga orang pria dengan seseorang pria gemuk sedang berbincang-bincang didalam. Aku tidak yakin jika ini ruangannya. Tetapi, diujung dari tiga orang pria itu tampak Karry yang sedang duduk. Aku berdehem. Sorot mata semua orang menatap kearahku. Aku gugup. Kegugupan itu kembali melanda. Bahkan, lebih parah dari yang tadi.

"Oh, kau, Ayo kemari." Karry menegurku dengan suara bass-nya yang berwibawa. Aku canggung, Aku mulai berjalan mendekati meja itu. Mencari tempat duduk yang agak jauh dari orang-orang ini.

"Jadi, kau orang yang dibicarakan Karry?" Seseorang dengan wajah babyface bertanya denganku dengan senyuman lebarnya yang khas.

"Eh? Ya... mungkin." Ujarku dengan sengaja menghaluskan nada kalimat terakhir agar tidak terdengar.

"Aku pikir kau tidak datang." Ujar Karry melihatku.

"Siapa namamu?" Tanya pria gemuk yang duduk didepanku.

"Karoyj Wayi. Anda bisa memanggil saya Kar atau yang lainnya" Aku memberikan senyuman ku yang paling ramah. Ia hanya mengangguk.

"Jadi begini, selain kami mengundangmu untuk makan malam sebagai permintaan maaf Karry, kami juga ingin minta tolong denganmu." Ujar pria itu dengan serius. Aku bingung.

"Minta tolong apa?" Tanyaku. Aku mengerutkan keningku.

"Hanya kerja sama." Pria itu mengatakannya lagi. Seseorang 'babyface' tadi menatapnya tajam. "Cepat beritahu saja!"

"Ah baiklah, Roy." Ujar pria itu mengalah. Aku semakin tidak mengerti. Kerjasama? Kerja sama apa? Itulah yang ada dibenakku."Menanda tangani kontrak bahwa anda dengan Karry sedang menjalani suatu hubungan." Ujar pria itu.

Aku terkejut. Tidak percaya dengan apa yang baru ia ucapkan. Mata kecilku membulat sempurna.

"Bagaimana?" Tanya pria itu. Aku tak bisa menjawab apapun. Rasanya, mulutku sudah tidak bisa untuk berbicara apa apa. Terlalu kaku jika dijawab.

"A..a..apa? Kenapa harus aku?" Tanyaku meminta penjelasan. Rasanya, aku ingin pingsan sekarang.

"Karena kau gadis yang sudah dikenal dengan Karry. Dan kalian juga kan satu sekolah." Ujar pria itu.

Aku tak bisa berbicara sepatah katapun. Aku melirik Karry yang bersikap kikuk.

"Kumohon, hanya kau yang bisa membantu kami untuk menghilangkan skandal dan rumor yang tidak benar itu dari para wartawan bajingan itu!" Ujar pria itu memelas kepadaku. Hanya aku? Yang benar saja! Tapi... melihatnya aku tidak tega juga. Jika aku tidak mau, karir mereka pasti hancur. Jika aku mengiyakan, sudah ditetapkan aku sudah membantu orang yang sedang berada diambang kehancuran. Aku berpikir sejenak. Dan akhirnya, aku menghela nafas.

"Baiklah, aku.... aku menyetujuinya." Ujarku dengan berat. Terlihat, dari wajah pria itu maupun diwajah tiga pria tadi berbinar-binar.

"Benarkah? Terimakasih, Kar! Aku sangat berhutang budi kepadamu! Besok, kau akan kujemput dicafe tempat kau berkerja part-time. Sekali lagi, Terimakasih, Kar. Kau sudah menyelamatkan kami semua." Ujar Pria itu tersenyum lebar dan membungkuk tanda terimakasih kepadaku. Ada rasa senang dihatiku dan ada juga rasa yang begitu berat yang aku rasakan. Tapi, aku sudah membuat keputusan. Aku akan membantu mereka. Dan lagipula, ini hanya hubungan palsu.

Aku tersenyum kecil kepada mereka semua.

R. With Unknown Artist [TFBOYS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang