Pertemuan

86 1 0
                                    

Makin malam suasana diluar sana pun terasa makin ramai. Rasanya bosan juga hanya berdiam didalam kamar. Aku pun pergi kesalah satu cafe yang tidak jauh dari kosan ku.

Kerlap kerlip lampu kendaraan dan cahaya lampu penerang jalan menemaniku sepanjang perjalanan. Akhirnya sampai juga, sengaja aku pilih kursi didekat jendela agar aku dapat merasakan betapa ramainya kota Bandung malam ini.

Dari berbagai macam minuman yang ada didaftar menu, aku memesan secangkir coffee.

"Permisi ka, ini coffeenya". Suara pramusaji itu menyadarkanku dari lamunanku

"Oh iya, terima kasih". Balasku

Kerlap kerlip lampu kendaraan itu terlihat sangat menarik. Ramai sekali diluar sana. Tapi ada yang aneh, aku merasa ada seorang pria yang ada didalam cafe itu sedang memperhatikanku.

"Apa ada yang aneh sama penampilan aku?". Pikirku

"Lisa ya?". Sapa pria yang dari tadi memperhatikanku

"Eh iya, tapi maaf kamu siapa ya?". Tanyaku

"Aku Eza lis, masa kamu lupa sih". Jawabnya

"Rezza? Ini kamu? Kok beda banget sih. Aku sampe ga ngenalin kamu lho". Balasku kaget

Ternyata dia Rezza, temanku saat SMA. Dia berubah, mungkin karena sudah lama juga kita tidak saling bertemu. Dia cinta pertamaku, yang sampai sekarang pun aku masih belum bisa melupakan dan mencari penggantinya. Dia yang membuatku seperti ini, yang lebih menyukai kesendirian.

"Kamu apa kabar Lis?". Tanya dia yang mengagetkanku

"Kabarku baik, kamu sendiri gimana Za? Oya, kamu kenapa ada di Bandung? Bukannya kamu sekarang kerja di Jakarta?". Tanya ku balik

"Aku lagi liburan Lis, kangen juga sama suasana Bandung". Jawabnya

Pikiran ku melayang tinggi, mengingat semua kejadian saat masa-masa sekolahku. Semua sangat menyenangkan, sampai hari itu tiba. Dimana aku dan Rezza harus berpisah.

Diujung JalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang