Ditinggal

6.6K 413 15
                                    

Sebelum membaca jangan lupa vote n comment.

* * * *

Afika, si cewek tomboy dan jago olahraga.

Diva, si cowok dingin tapi hatinya hangat.

* * * *

Afika masih fokus memakan permen karetnya sambil membaca novel tak lupa dengan earphone yang terpasang di telinganya. Ia tidak menghiraukan orang yang duduk di sebelahnya.

Hal itu menarik perhatian Diva karena gadis itu sedang asik dengan dunianya tidak memperhatikan pria tampan di sebelahnya.

Diva yang merasa agak kesal karena tidak dianggap langsung menarik sebelah earphone Afika.

"Apasih! Gak jelas!" desis Afika lalu mengambil earphone-nya dan kembali membaca novel.

"Fanya, Rean. Sedang apa disana. Kenapa berisik sekali," ucap Bu Gini datar. Diva langsung menatap tajam Rean dan Afika menatap bingung Fanya.

"I-ini bu..., Rean-nya gang-" ucapan Fanya dipotong oleh Rean.

"Tadi Fanya nanya-nanya ke saya. No telepon saya, id line saya, pin bb saya, instagram saya, tw-" sekarang ucapan Rean di potong oleh Bu Gini.

"Gak sekalian sebutin aja semua sosmed kamu," ucap Bu Gini masih dengan wajah datar.

"Mau-nya sih gitu bu. Tapi ibu motong ucapan saya," ucap Rean santai. Anak sekelas berusaha menahan tawanya agar tidak lepas.

Wajah Fanya sudah memerah.

"Rean, Fanya! Keluar kalian dari kelas saya!" ucap Bu Gini marah.

"Tapi, bu-" Fanya berusaha membela diri.

"Gak ada tapi-tapian. Keluar kalian!" ucap Bu Gini yang masih kesal.

Muka Fanya semakin memerah menahan amarah dan rasa malunya.

"Makasih bu. Yuk, Fan!" Seru Rean kencang sambil menarik Fanya keluar kelas.

Setelah itu keadaan kelas kembali hening seperti semula.

"Bu," ucap Elena datar, memecahkan keheningan kelas dengan Sena yang menatapnya. Semua warga kelas langsung melemparkan pendangan ke arah Elena.

"Ya, Elena?" tanya Bu Gini masih dengan tatapan datar.

"Saya merasa terganggu dengan anak baru yang duduk di sebelah saya ini. Berisik," ucap Elena datar dan ketus.

"Benar itu Sean?" tanya Bu Gini datar sambil menatap Sena.

"Gak bu," ucap Sena tenang, "Lo tuh apaan, sih! Kalo gak seneng bilang!" ucap Sean ketus tapi agak keras sambil menahan amarahnya agar tidak meledak.

"Kan gue udah bilang barusan," balas Elena tenang tapi datar.

"Gak bisa bilangnya ke gue? Harus di depan semua anak gitu!?" bentak Sena.

"Terus lo mau-nya gue bilang apa?" ucap Elena.

"Sena ganteng jangan berisik ya, aku mau belajar," ucap Elena dengan manis, "Gitu? Gak akan pernah gue bilang begitu ke lo," muka Elena menjadi datar lagi.

"Tapi, gak bisa gitu lo bilangnya ke gue gak harus bilang ke semua anak! Lo tuh-"

"Ehm, masih mau ribut di sini?" tanya Bu Gini memotong ucapan Sena, "Keluar kalian ber-2 dari kelas saya," ucap Bu Gini datar.

Semua anak hanya menggelengkan kepala geli dengan kelakuan 2 anak baru yang membuat The Perfect Girls terkena ampasnya juga.

"Ada-ada saja. Baru sehari sudah ada 2 masalah," sinis Bu Gini.

Pelajaran pun berlangsung dengan tenang.

Lalu, Bu Gini ijin ke kamar mandi sebentar. Tiba-tiba Rega berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah meja guru. Kelas masih dalam keadaan hening. Rega pun mengeluarkan permen karet dari mulutnya dan ditempelkan di kursi guru dan Rega pun kembali ke tempat duduknya. Diva hanya menatap Rega dengan santai.

Tidak berapa lama Bu Gini pun masuk ke kelas dan menatap tajam semua murid.

Bu Gini tanpa ragu duduk di kursi guru. Saat ingin berdiri untuk menjelaskan materi bab yang sedang dipelajari secara lebih rinci, ia merasa ada benda yang menempel di celananya. Lalu, saat ia tau apa itu muka bu Gini pun langsung memerah.

"Siapa yang menaruh permen karet di kursi saya?" tanya Bu Gini dengan wajah yang merah padam.

Satu kelas pada diam. Bu Gini bertanya sekali lagi.

"Jika tidak ada yang menjawab satu kelas akan saya hukum! Sekali lagi saya tanya siapa!?" teriak Bu Gini membahana di kelas itu.

"Rega, bu." Afika dan Irifa menjawab dengan lantang. Diva sampai menoleh ke Afika yang duduk disebelahnya. Pandangan Bu Gini beralih menatap Rega.

"Benar Rega!?" suara Bu Gini mulai meninggi.

"Iya bu. Tapi saya di suruh oleh Irifa, Bu," jawab Rega dengan polos dan kelewatan santai.

"Rega! Irifa! Keluar kalian dari kelas saya!!" teriak Bu Gini.

"T-tapi Bu. Saya engg-"

"Yuk," ucapan Irifa dipotong oleh Rega yang sudah menarik tangannya keluar kelas.

Diva masih saja mengganggu Afika entah mengambil novelnya, mencabut sebelah earphone, atau dengan sengaja menyenggol lengannya. Afika berusaha sabar dari tadi hingga kesabaran habis.

"Lo itu apa-apaan, sih! Bisa tenang dikit gak, sih!" bentak Afika hingga ia menjadi tontonan kelas.

"Afika! Ada apa?" tanya Bu Gini datar.

"Dia, Bu! Murid baru itu mengganggu saya," ucap Afika marah sambil menunjuk ke arah Diva.

"Diva kenapa kamu mengganggu Afika?" tanya Bu Gini datar kepada Diva.

"Gak kenapa-napa, Bu. 'Gue' cuma gak ada kerjaan apalagi liat 'dia' yang asik baca novel sambil mendengarkan musik di earphone-nya dengan santai," ucap Diva santai tapi seperti menusuk bagi Afika. Satu kelas dibuat melongo mendengar Diva yang berbicara dengan kata 'lo' dan 'gue'

Muka Afika pun langsung memerah.

"Tapi Bu dia dari tadi ngeganggu saya terus," ucap Afika membela diri.

"Kalian keluar cari teman kalian yang saya suruh keluar dan hormat dibawah tiang bendera sampai pergantian jam pelajaran! Cepat!!" bentak Bu Gini.

Diva menyeret Afika yang ingin membela diri lagi. Tapi bukan mencari temannya malah membawa Afika ke parkiran mobil. Ia membuka kursi penumpang di sebelah kemudi lalu menduduki Afika di sana. Lalu, Diva membuka tempat kemudi dan masuk ke dalam mobil.

"Eh, keluarin gue!" bentak Afika saat Diva masuk ke mobil. Diva segera menutup pintu, memainkan iphonenya untuk membuka grup line yang menandakan adanya obrolan lalu mengetik sesuatu.

"Eh! Lo tuh apa-apaan sih! Lo mau nyulik gue! Gue gak takut ya! Sekarang turunin gue atau gue loncat!!" histeris Afika saat mobil sudah berjalan. Diva tidak menghiraukannya. Hingga telinga Diva panas di buat Afika.

Diva pun memberhentikan mobil di pinggir jalan dan menghadap Afika.

"Turun! Lo mau turun kan?" ucap Diva dengan dingin.

"Y-y-ya. Oke! G-gue turun kok!!" ucap Afika yang berusaha judes karena menahan gugup oleh tatapan Diva. Afika pun turun dari mobil.

Mobil Diva pun akhirnya melaju meninggalkan Afika yang berkeringat dingin dengan sikap Diva.

Dari dalam mobil Diva tersenyum tipis sambil melihat Afika dari kaca spionnya. Sebenarnya Diva tidak sepenuhnya meninggalkannya. Diva tetap mengikuti gadis itu sampai rumah dengan selamat sentosa.

.
.
.
.
.
N
E
X
T
.
P
A
R
T
.
V
O
T
E
.
A
N
D
.
C
O
M
M
E
N
T
.
.
.((thanks for reading))

The Perfect Girls (Remake)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang