Piano

7.6K 479 2
                                    

Vote n comment sebelum membaca ^^

CHAPTER 3

"Hai," sapa Rean dengan ceria. Fanya hanya melirik ke arahnya lalu kembali lagi fokus ke novelnya.

"Hmn?" gumam Fanya bertanya tanpa mengalihkan pandangannya dari novel.

"Em, nama gue Rean." Rean menyodorkan tangannya ke arah Fanya. Fanya hanya menatap tangan Rean dengan wajah malas.

"Gue udah tau," jawab Fanya masih menatap ke arah novelnya.

"Em, nama lo?" tanya Rean lagi

"Fanya," ucap Fanya masih membaca novelnya. Karena kesal Rean pun mengambil novel Fanya lalu melihat-lihat novel itu.

"Novel roman fantasi," guman Rean.

"Kembaliin!" ucap Fanya menahan suaranya agar tidak terdengar bu Gini yang sedang mengajar.

"Gak mau."

"Kembaliin gak!"

"Gak mau."

"Kembaliin!"

"Kalo lo mau novel lo balik. Besok hari sabtu, lo dandan yang rapi, gue besok ke rumah lo jam 7 pagi," tawar Rean disertai senyum licik.

"Gak mau. Gue gak peduli. Pokoknya balikin!!" Fanya tidak bisa menahan suaranya lagi.

"Fanya, Rean. Sedang apa disana. Kenapa berisik sekali," ucap Bu Gini datar.

"I-ini bu..., Rean-nya gang-" ucapan Fanya dipotong oleh Rean.

"Tadi Fanya nanya-nanya ke saya. No telepon saya, id line saya, pin bb saya, instagram saya, tw-" sekarang ucapan Rean di potong oleh Bu Gini.

"Gak sekalian sebutin aja semua sosmed kamu," ucap Bu Gini masih dengan wajah datar.

"Mau-nya sih gitu bu. Tapi ibu motong ucapan saya," ucap Rean santai. Anak sekelas berusaha menahan tawanya agar tidak lepas.

Fanya yang berada di sebelahnya menahan amarah karena sifat Rean yang sangat tidak sopan menurutnya.

"Rean, Fanya! Keluar kalian dari kelas saya!" ucap Bu Gini marah.

"Tapi, bu-" Fanya berusaha membela diri.

"Gak ada tapi-tapian. Keluar kalian!" ucap Bu Gini yang masih kesal.

Muka Fanya sudah memerah menahan amarah dan rasa malunya.

"Makasih bu. Yuk, Fan!" Seru Rean kencang sambil menarik Fanya keluar kelas.

Saat melewati lorong yang sepi, Fanya menghentakkan tangannya agar lepas dari genggaman tangan Rean.

"Lo tuh apa-apaan sih! Argh, gila banget sih lo. Gara-gara lo gue keluar dari kelas. Kenapa coba gue mesti berurusan sama lo! Kalo sampe anak-anak pada ngomongin gue, gue hajar lo!" Bentak Fanya di depan muka Rean.

"Lo berani hajar gue? Coba aja kalo bisa," ucap Rean dengan santai.

Fanya yang tidak bisa menahan emosinya pun pergi menuju ruang musik. Jika ia tidak pergi mungkin saja anak baru itu bisa kritis di rumah sakit.

Tapi, Rean malah diam-diam mengikuti Fanya ke ruang musik.

Rean mengintip Fanya dari pintu ruang musik yang sedikit terbuka.

Ia melihat Fanya yang sedang memainkan piano dengan tenang dan merdu. Fanya memainkan lagu yang belum pernah Rean dengar sekalipun.

Tanpa melewati kesempatan itu ia merekam permainan piano Fanya di iphone-nya.

Tanpa ragu, Rean pun masuk ke ruang musik. Tapi Fanya sama sekali tidak merasakan keberadaannya.

Saat lagu sudah selesai, tiba-tiba ada tepukkan tangan di belakang Fanya. Fanya menoleh ke belakang dan terkejut melihat Rean ada disitu.

"L-lo kok ada disitu? L-lo uda lama ada di situ?" tanya Fanya gugup sambil menundukkan kepalanya dan memainkan ujung roknya, kebiasaan Fanya kalau sedang gugup.

"Permainan piano lo bagus. Kalo boleh tau nama lagu yang lo mainin apa? Gue belum pernah denger," tanya Rean melembut karena melihat kegugupan Fanya.

"I-itu..., itu lagu buatan gue. Lo orang kelima yang melihat dan mendengar permainan piano gue setelah 5 tahun gue berhenti main piano," ucap Fanya yang masih menunduk.

"Em, gue baru dateng kok. Tadi mau ke toilet jadi cuma mau lewat aja," ucap Rean sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

Rean pun berjalan ke arah Fanya dan duduk di sebelah Fanya. Entah mengapa, Fanya secara tiba-tiba menyenderkan kepalanya di dada bidang Rean.

Fanya tidak tau mengapa jika berada di dekat Rean ia merasa nyaman dan tenang. Akhirnya, dalam waktu singkat Fanya tertidur dengan bersandar di bahu Rean.

Rean sedari tadi berusaha menenangkan jantungnya yang berdetak sangat kencang. Ia tidak tahu perasaan apa ini. Yang ia tahu ia merasa segalanya benar. Fanya yang tertidur di bahunya, hanya di bahunya itu benar.

Seingat Rean selama ia pacaran pun, ia tidak pernah merasakan perasaan ini sebelumnya. Perasaan aneh yang membuat hatinya menghangat dan bahagia disaat bersamaan.

Rean pun memutuskan untuk meng-line teman-teman satu gengnya di grup chat untuk mengatakan bahwa Fanya ketiduran di ruang musik karena habis bermain piano agar The Perfect Girl tidak khawatir.

Rean: woy, bilangin temen sebangku lo pada masing-masing kalo Fanya ketiduran di ruang musik abis main piano. Gak usah tanya-tanya nanti gue jelasin pas istirahat.

Sena: sip,

Diva: sip,(2)

Rega:sip,(3)

Rean pun mematikan iphone-nya lalu memperhatikan wajah Fanya yang polos.

'Lo kalo tidur manis banget kayak orang yang paling polos sedunia. Tapi kalo bangun galak banget. Gue lebih suka lo yang tidur, gak cerewet terus manis lagi. Tapi, gue juga bakal kangen lo yang galak dan cerewet', batin Rean.

Rean pun tidak tau mengapa ia bisa berkata seperti itu walau dalam hati. Ia juga ingin sekarang waktu berhenti berputar.

* * * *

Jangan lupa vote n comment

The Perfect Girls (Remake)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang