Part 2

3K 21 2
                                    


Setelah hampir separuh jalan menuju kampus, Joe menghentikan motornya. Lagi - lagi ia menghembuskan nafas berat. Setelah berpikir untuk sejenak, ia kembali membalikan arah motornya. Tujuannya pasti. Halte bus yang tak jauh dari rumah. Walau kesel namun ia sadar, seumur - umur ia tidak pernah membiarkan Glori pergi kekampus sendirian.

Sampai di halte Joe merasa makin kesel sekaligus kecewa karena ternyata bis sudah berlalu. Memang belum jauh si, tapi mustahil ia mengejarnya hanya untuk meminta Joe agar pergi bersamanya. Memang alasan apa yang bisa ia pakai jika gadis itu menanyakannya. Akhirnya ia kembali melajukan motor kearah kampus, sengaja mengebut untuk mendahului bus itu. Perduli amat dengan Fadya, toh kemaren juga hanya basa - basi doank. Tadi juga ia hanya berniat untuk mengetes reaksi Glori saja.

Sesampainya di kampus, Joe segera melangkah kearah gerbang sambil terus berpikir. Kira - kira nanti ia harus menjawab apa jika Glori bertanya tentang Fadya. Dan belum sempat ia menemukan jawabannya, bus yang ditunggu muncul dihadapan.

Sampai bus kembali berjalan Joe masih tak menemukan sosok Gloria diantara para penumpangnya. Tiba - tiba ia merasakan firasat buruk. Dengan cepat di keluarkannya hape dari saku. Menekan tombol nomor 1, panggilan cepat yang sengaja ia seting untuk gadis itu.

"Maaf nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau....."
Joe segera menekan tombol merah saat mendengar suara operator sebagai balasannya. Pikirannya makin kusut. Ya tuhan, kemana perginya anak itu?

***********
Tak tau mau kemana, akhirnya Glori menghentikan langkahnya. Pikirannya kusut, sampai kemudian sebuah ide terlintas di kepala. Tanpa pikir panjang lagi segera di keluarkannya hanphond dari dalam saku. Begitu melihat id yang di cari, ia langsung menekan tombol calling. Semenit kemudian ia mematikan panggilan dan langsung menghentikan taksi yang lewat. Namun bukannya kekampus, taman kota menjadi pilihannya.

"Kenapa si gue harus berurusan lagi sama masalah 'cinta' yang bikin ribet?"

"Lagi? Maksut loe?" tanya Glori saat mendengar nada mengeluh dari mulut Fadly. Sepupu nya yang sengaja ia 'paksa' untuk menghibur hati yang galau.

Fady tidak langsung menjawab. Namun kepalanya mengangguk membenarkan. Tangan dengan santai memainkan 'kembang sepatu' yang ia petik sembarangan dari pohon yang tumbuh terawat di taman kota. Tempat yang kini di jadikan ajang curhat oleh Glori yang nekat bolos kuliah.

"Kemaren temen gue waktu masih SMA juga bingung soal kisah cintanya. Namanya Rangga, udah jelas - jelas dia cinta sama pacarnya. Eh malah kerena mantan cewek yang di suka muncul lagi dia jadi galau. Untung aja kisahnya happy ending. La sekarang loe juga sama. Udah jelas - jelas loe katanya suka sama sahabat sekaligus tetangga loe, eh malah di 'jodohin' sama temen loe sendiri. Kalau memang niat bunuh diri kenapa gak loncat dari tebing aja si?"

"Sialan loe," gerut Glori kesel. "Yang bilang gue pengen bunuh diri siapa? Lagian nie ya, masa ia harus gue yang ngomong duluan kalau gue suka. Mending kalau dia juga suka ma gue, la kalau enggak? Yang ada nie ya, bukannya malah happy ending justru hubungan kita malah jadi berantakan. Hu. Ogah deh."

"Terus sekarang maunya apa?" tanya Fadly lagi.

"Tau... hibur gue donk. Lagi galau nie. Kira - kira obat galau apa ya?" tanya Glori lagi.

"Baygon cair." #Ini Beneran Saran dari oma kan?. -,-'

"Pletak"

Sebuah jitakan mendarat telak di kepala Fadly atas balasan saran ngawurnya.

"Iya. Kalau minum baygon, galau memang menghilang, tapi nyawa juga melayang."

"Ha ha ha, itu pinter...." Fadly tergelak. "Lagian loe pake galau segala. Kayak manusia aja," sambung Fadly terdengar mengerutu.

My Love FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang