Kenneth's POV
Seminggu sudah setelah aku mengakui perasaanku di hadapan Keira, seminggu setelah aku tanpa sengaja menyakiti Alleira, dan seminggu setelah aku memutuskan hubunganku dengan Jasmine secara sepihak untuk pertama kali. Karena selama ini, akulah yang berada di pihak yang diputusi, Selain kasus Gabby tentunya.
Lalu... sudah seminggu juga Alleira menghindariku.
Dia sudah tidak pernah lagi pergi sekolah bersamaku, melainkan dengan Nicholas. Dan selama istirahat, Alleira selalu menghilang, entah itu bersama Nicholas, atau sendiri.
Singkatnya, Alleira memutuskan komunikasi, dan hubungan dengan Keira dan juga diriku seminggu ini.
Jujur, aku dan Alleira tidak pernah selama ini bertengkar atau tidak bicara. Kami tidak pernah membiarkan masalah hingga berlarut-larut.
Aku bahkan mencoba menghubungi ponsel Alleira yang langsung tertuju ke kotak suara, pesan singkatku juga tidak pernah lagi di balas.
Setidaknya jarak ini seakan semakin menguatkan keyakinanku atas perasaanku terhadap Alleira. Aku sangat kehilangan sosok Alleira dan itu membuat emosiku labil.
Semuanya selalu terlihat salah olehku, bahkan aku sering mencak-mencak dan melampiaskan emosiku pada Keira, Kelly, Mommy, atau Daddy.
Aku bahkan marah saat Mommy menangis menonton drama korea disampingku, alhasil, Mommy jadi bengong sendiri melihat kelabilan emosiku.
Seminggu ini juga, tidak ada satu orangpun yang berani mendekatiku atau mengajakku bicara, terutama Keira yang memang tahu alasan kelabilanku.
Tok
Tok
Tok
Tidak kujawab ketukan pintu itu. Aku bisa menebak kalau yang mengetuk pasti adalah anggota keluargaku yang sedang mengantar raga untuk menjadi amukan emosiku.
"Boleh om masuk?"
Aku menoleh begitu mendengar suara bariton yang familiar, namun pertama kali kudengar di ambang pintu.
"Om Alvero?" Gumamku. Aku melihat om Alvero menyunggingkan senyumnya padaku sesaat. "Masuk, Om."
Om Alvero masuk dan duduk di kasurku. Dan aku memutar kursi belajarku, mendekatkannya ke sudut kasur, mendekati om Alvero.
"Gimana kabar kamu?" Tanya Om Alvero. Wajah om Alvero terlihat khawatir dan lelah, tapi tidak mungkin kan kalau om Alvero mengkhawatirkanku? "Sudah lama kamu gak kerumah dan nantangin om catur. Om sampai harus bawa catur ke sini buat nantangin kamu." Om Alvero tertawa renyah, aku hanya menyunggingkan senyumku.
"Kalian berantem?" Tanya Om Alvero kemudian. Aku tahu siapa 'kalian' yang om Alvero maksudkan.
"Tidak." Jawabku pelan, karena aku sendiri tidak yakin.
"Om... sejujurnya juga bingung kenapa om bisa ada disini. Tapi om benar-benar gak tau harus mencari siapa." Ucap Om Alvero pelan sambil menunduk dan menghela nafas panjang. "Tapi sepertinya hanya kamu yang bisa membantu Om saat ini. Itupun kalau kamu masih... peduli sama Alleira."
Jantungku kembali berdegup dengan cepat begitu mendengar nama Alleira disebut. Tapi ada apa? Perasaanku sama sekali tidak enak saat ini mendengar keseriusan dari om Alvero.
"Alleira kenapa, Om?" Tanyaku.
"Kamu tahu kan kalau Alle belakangan ini dekat banget sama Nicholas?" Aku mengangguk. "Om sebagai ayah, Khawatir..."
"Memangnya kenapa, Om?" Tanyaku lebih mendesak.
"Alle, belakangan ini selalu pulang malam. Hari ini juga dia belum pulang." Ujar om Alvero, nada bicaranya terdengar sedikit menyesal, raut wajahnya juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Is It LOVE? [#DMS 3.1]
Teen FictionSebelumnya baca "Fated" terlebih dahulu ya!! ^^ STORY DI PRIVATE, FOLLOW DULU AGAR BISA BACA!!! Aku menyukai setiap perhatian yang kak Kenneth berikan padaku, hiburan dikala aku sedang sedih, dan dirinya yang bisa diandalkan kapan saja. Dan aku mera...