Bab 5

45 3 0
                                    

Hari ini ada jam kosong. Dua jam. Makanya Sherina membawa sekotak kue kebangsaannya,kaastengel, serta satu akua gelas. Diletakkannya kotam kue itu dimeja,disusul buku Open the Earth's Hidden Secrets. Buku yang heboh banget dan gasabar ingin cepat-cepat dia tamatkan. Tapi kesibukannya lansung terhenti waktu tak sengaja ia melihat Davi sedang memperhatikan kotak kuenya.

"Nggg... ini buat gue kok,bukan buat lo. San gue juga... gak bermaksud nawarin lo,bener!" kata Sherina buruburu,takut dikira ikutan carimuka.

Davi jadi menahan tawa. Apalagi begitu dilihatnya ternyata Sherina benarbenar melahap semua kuenya tanpa menawarinya sama sekali. Lekat ditatapnya gadis yang tenggelam dalma buku sambil sibuk mengunyah itu. Mengamati sikapnya,mempelajari sifatnya,dan mendadak, satu rencana muncul di kelapa Davi.

*****
Sejak kejadian itu,cewek-cewek jadi pada ngeri kalo mau overacting didepan Davi,kecuali yang kulitnya betulbetuk badak. Atau mungkin yang awal evolusinya memang dari badak. Contohnya si Wulan itu.

Meskipun sempat kena bentak,Wulan pantang mundur. Cewek itu betulbetul "Penyandang Cacat". Tidak bisa mendengar, tidak bisa melihat, tidak bisa bicara, itu masih mendingan. Cacatnya Wulan ini termasuk yang sudah kronis. Dia tidak bisa malu.

" Sekasar-kasarnya cowok,kalo kitanya tetep sabar,mereka pasti akan luluh juga" begitu Wulan punya teori. Yang mendengarnya jelas jadi pada mangap.

"Elo gila banget sih. Emangnya lo gasakit hati, dibentak kayak kemaren?Gue yang denger aja mau marah!" desah Sherina sambil geleng kepal

"Oh,itu masih mending Sher. Berarti masih ada komunikasi."

Sherina ternganga. Juga semuanya. Terus denga. yakinnya, benarbenar berani mati,Wukan duduk di bangku Davi. Tanpa bertanya-tanya apakah ada yang lagi butuh atau tidak.

Sherina geleng-geleng kepala dan segera keluar kelas. Meskipun sebentar lagi bel bunyi,daripada menyaksikan adegan Wulan dilibas Davi,mending dia minggat.

Satu sosok dikejauhan yang baru turun dari bajaj, membuat Sherina buruburu nenghampiri.

"Vay!Kok tumben lo telat?"
"Iya sher,abisan semalem ada tamu,baru mulai ngebungkusinnya jam 9,selesai udah kewat midnight" jawab Vaya,sambil menurunkan kantonh plastik. Sherina buruburu menolong

"Kenapa ga nelfon gue?Langsung ke koperasi nih?"
"iya"

Duadua nya melangkah menuju koperasu sekolah sambil menenteng kantong plastik di kedua tangannya.

"Lo gakekelas Sher?udah lewat 10menit"
"Gue ngeri vay"
"Kenapa?"
"Biasa,si Davi"
"Oh. Siapa lagi yang dia babat?"
"Wulan"
"Oh,biar aja kalo Wulan sih,dia emang badak"
"Bukan itu masalahnya. Davi tuh gapunya perasaan,taugak? bentak-bentak orang seenaknya. Gapeduli tempat,gapeduli banyak orang."
"Mungkim dia kesel banget kali"
"Gue pengen pindah duduk vay,tapi dimana ya? gaada bangku yang enak"
"Davi aja yang lo usir. Itukan tempatnya Ryan. Kalo tibatiba Ryan masuk gimana?"

Sherina sontak terbelalak.
"Ohiya!Yaampunn! Kenapa gue bisa lupa sama Ryan ya?Abis lama bener si tu anak gamasuk masuk,gue juga belom tau kaki tu anak udah sembuh apa belom. Katanya sih dipasangin pen. Tapi vay,masalahnya.... ngomong ke Davi nya itu yang gue ngeri"

"Pelan-pelan. Pokoknya jangan keliatan kalo lo itu udah ga betah duduk sama dia."

Itu memang jalan keluar yang terbaik. Tanpa terkesan bahwa sebenarnya Sherina ingin menghindar,Davi harus tau bahwa bangku yang sekarang dia tempati itu ada penghuni nya. Ryan, yang sekarang lagi di-opname. Memang masih lama sih masuknya,tapi kan tetep aja tuh bangku ada yang punya.



Thanks for reading!!
Jangan lupa vote+comment yap!!
Kritik dan saran juga boleh kok

SHERINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang