Sherina harus ngomong begitu, supaya mau tidak mau Davi pindah tempat. Cari bangku lain. Dan itu berarti,Sherina bakal terbebas dari si ganteng yang misterius dan membuatnya takut itu. Akhirnya, suatu siang, setelah berhari-hari mundur-maju, Sherina nekat ngomong masalah itu.
"Hmm... Begini Dav,gue mau ngomong nih,tapi...."
"Penting?" potong Davi dengan nada dingin
"Penting! Penting!" jawab Sherina buruburu, Davi menatapnya, menunggu. Meskipun niatnya mau serius nekat,tetep aja Sherina langsung panik begitu sepasang mata dingin itu menatapnya lurus."Hmm... Tapi,lo jangan marah ya?"
"Tergantung omongan lo!"Mati gue! Sherina langsung menyesal udah berani nekat gini.
"Begini loh... Ngg,anu,bangku yang lo tempatin itu ada orangnya.. Mmmm,dia emang bakalan gamasuk lama,tapikan.. bangkunya tetep aja ada yang punya"
"Ohya?siapa?" Davi kaget.
"Ryan,sori Dav sebenernya waktu itu gue mau ngasih tau lo,cuma..."
"Gapapa,sekarang ryannya mana?"
"Di-opname. Kecelakaan"
"Dimana?"
"Rumah sakit Jakarta"Davi terdiam. Tibatiba dia pergi. Begitu saja. Sherina bengong. Buruburu dia mengejar cowok itu.
"Dav! Davi! Lo jangan marah dongg! Gue yang pindah deh. Elo disitu aja gapapa kok,nanti gue bilang Ryannya"
"Kapan lo mau bilang ke Ryan?" Mendadak Davi menghentikan langkah. Sherina seketika mengerem larinya,hampir menabrak tubuh jangkung Davi.
"Yahhh,dua hari lagi mungkin"
"Jadi kamis?"
"Iya"
"Oke!" Davi mengangguk. Dan lagilagi,dia pergi begitu saja.Sherina mendesis jengkel. Benarbenar gapunya perasaan. Mentang-mentang keren. Kini Sherina menyadari akibat omongannya tadi. Bukannya Davi yang pindah,malah dia yanh harus minggat, cari tempat baru. Sedih.
*****
Sore itu tibatiba saja Davi muncul diteras depan rumah Sherina. Ternyata cowo itu bawa mobil jeep.
"Jadi,mau besuk Ryan?" tanyanya langsung.
"Pasti! Ini mau ganti baju. Tapi,kok lo tau rumah gue?"
"Emangnya gue gapunya informan yang bisa ditanyain?"
Sherina terdiam.
Kemudian Davi berkata,"Gue ikut ya?lo keberatan?"Sherina menatapnya heran dan semakin tersinggung lagi.
"Gue pasti bilang Ryan kok Dav,kalo bangkunya ditempatin anak baru. Gausah khawatir deh.""Bukan itu,tinggal dia satu-satunya temen sekelas yang belom gue kenal."
Sherina menggigit bibir, menimbang-nimbang. Sebenarnya dia tidak ingin pergi berdua Davi, cukup dikelas dia ketakutan setiap hari. Tapi dia bingung menolaknya. Akhirnya setelah beberapa saat terdiam, Sherina menggaguk juga. Terpaksa, apa boleh buat.
Dan sepanjang perjalanan,lagi-lagi Davi tidak bersuara sama sekali. Hening. Sunyi senyap. Sherina terpaksa menahan sabar, menahan dongkol, menahan kesal, menahan marah, menahan kaki yang rasanya keprngen loncat saja keluar. Dan dia bertekad, dari rumah sakit nanti, dia mau pulang sendiri naik bis."Sudirman belok kanan,Dav"
"Gue udah kesana. Ngobrol sama Ryan malah."
"Apa!?!?" Sherina kaget.
"Sori." Davi menoleh sekilah "Gue nanya Udin"
"Kok lo gabilang?Terus ngapain lo ngajak gue keluar?"
"Jadi lo gamau pergi sama gue? Mau pulang sekarang?"Sherina terdiam. Bingung. Aneh banget si Davi ini.
"Maksud lo apasih?"
Davi tidak menjawab. Sepasang matanya menatap lurus ke ruas jalan.
"Dav?" ulang Sherina mulai jengkel. Ketima Davi tidak juga bereaksi. Sherina mengeluarkan ancaman.
"Kalo lo gamau ngomong juga,gue turun di lampu merah depan!"Barulah Davi bereaksi. Dia menarik nafas panjang, lalu membelokan mobil ke jalan kecil yang dihiasi rimbun pepohonan di sisi kiri dan kanan, dan berhenti di satu sisinya. Tapi kemudian lagi-lagi dia cuma diam. Menatap ke depan begitu lama padahal tidak ada apa-apa disana. Cuma gelap dan bayang pepohonan.
Namun Sherina sudah tidak mau bertanya lagi. Saking dongkolnya, dia kini pasrah. Sehari-hari di kelas saja Davi sudah lebih bisu daripada orang bisu.
Akhirnya Davi buka suara. Mungkin akhirnya dia sadar bahwa dia yang punya kepentingan, jadi dialah yang harus ngomong.
"Gue... pernah punya cewe,Sher. Dia....dia suka kebun teh."
Dahi Sherina mengernyit seketika. Tercenggang sekaligus tidak mengertu kenapa Davi cerita.
"Dan gue.. gue suka.. kebut-kebutan."
Davi terdiam lagi setelah mengucapkan satu kalimat terputus itu. Kening Sherina semakin keriting. Dia betul-betul tidak tahu hubungan antara pacar, kebun teh, dan kebut-kebutan.Thanks for reading!!
Jangan lupa vote+comment yapp!!
Kritik dan saran juga bolehh.