Part 2

100 13 1
                                    

Ternyata seorang wanita tua berparas cukup menawan untuk wanita seumurannya walau beruban telah menenggelamkan rambut hitamnya.

Denman menghela nafas lega, "Nenek siapa ya?"

"Jangan panggil saya Nenek. Apa saya terlihat setua itu? Panggil saya madam Eva," ujar si nenek ini. Yang lebih mengejutkan, suaranya tampak seperti anak remaja.

"Apa kuping gue yang rusak?" batin Denman.

Denman menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal. " Oke, Madam," ujarnya ragu.

"Oh-ya. Kalian pasti lelah kan? Apalagi jarak Villa dari sini masih jauh. Ajak teman-teman kamu masuk ke rumah saya dulu yuk," ajak Madam Eva seraya menunjuk rumah tua yang awalnya Denman kira tak ada penghuninya.

Denman berpikir dalam hati, "Lah? Ini Nenek kok bisa tau kalo gue sama temen-temen gue mau ke villa? Bahaya."

Tangan Denman mulai basah berkeringat  dingin, "Umh, Saya tanya teman-teman saya dulu ya, Madam."

Denman kembali  ke mobil dengan mimik wajah yang menurut teman-temannya aneh.

Denman mengetuk jendela mobil yang disambut oleh wajah Reno.

"Kenapa lo, Man?" tanya Reno. Reno melihat kegusaran yang di pancarkan oleh bola mata Denman.

"Itu—anu—tadi gue ketemu nenek-nenek, terus dia bilang kalau kita di suruh mampir ke rumah dia. Terus, gue bilang mau nanya temen-temen dulu," jelas Denman.

Reno, Dennis, dan Zoya sudah malas untuk keluar mobil. Namun—

"Yaudah yuk kita mampir dulu," ucap Ami seketika.

"Hah?!" mereka semua terkejut dengan ucapan Ami. Pasalnya, mereka tidak mengenal nenek-nenek tersebut. Bisa saja ia memiliki niatan jahat.

"Kita tuh harusnya bersyukur, nenek-nenek itu udah baik ke kita. Kita udah di suruh mampir ke rumahnya. Masa' sih kita tega sama perasaan nenek-nenek itu?" ucap Ami bijak.

Semua terlihat terkejut untuk ke dua kalinya oleh ucapan Ami.

"Tapi kita gak kenal sama dia, Mi. Kalau dia punya niat jahat gimana? Lo mau tanggung jawab?" cerocos Zoya.

"Ih! Tapi kalian tega udah membohongi nenek-nenek tersebut? Ingat kan tadi Denman bilang kalau dia tanya teman-temannya dulu? Kalau dia menunggu kehadiran kita gimana? Kasian," balas Ami kesal.

"Oke lah kita kesana. Tapi ingat ya Ami, cuma sebentar," ucap Dennis tiba-tiba.

Karena Dennis tahu, perdebatan ini pasti akan berlanjut lama.

Dari pada membuang waktu, sekalian saja ke rumah nenek itu. Terus langsung ke villa deh. Batin Dennis berkata. Lalu ia segera ambil langkah pertama, yang tanpa aba-aba diikuti oleh teman-temannya.

Dengan langkah kaki berat mereka keluar dari mobil, tak lupa menguncinya. Denman berjalan di depan menunjukkan jalan. Sedangkan Dennis berjalan di belakang, berjaga-jaga bila terjadi sesuatu.

Tak lebih dari 1 menit mereka sudah sampai di depan rumah nenek tersebut. 
Nenek tersebut sudah duduk enteng di depan terasnya. Dengan 5 gelas minuman yang sudah tersedia. Seperti sudah dipersiapkan sebelumnya. Aneh. Benar-benar aneh.

***

Perbincangan mereka dengan Madam Eva yang cukup lama sepertinya harus berakhir. Pasalnya, jarum jam telah menunjukan pukul 6 sore. Tak lupa  mereka berpamit dengan Madam Eva sebelum melanjutkan perjalanan menuju Villa. Ternyata dugaan mereka tentang Madam Eva salah besar. Ia cukup ramah, bahkan terbilang sangat ramah untuk orang yang baru dikenalnya.

Midnight GamesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang