Part 3

83 8 0
                                    

"Lo kenapa, Zoy? Gue rasa lo yang paling excited deh." tanya Reno.

Zoya terkekeh pelan seraya menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal, "Masa sih? Gue cuman penasaran aja sama gamenya. Iya kan, Den?"

Dennis hanya menganggukkan kepalanya. Tak bisa dipungkiri, dari antara semua anak, Dennis lah yang paling penasaran dengan Midnight Game.

Lagi dan lagi, perasaan buruk datang lagi dipikiran Ami. Namun, Ami berusaha menghiraukannya.

"Gak jelas banget sih gue mikir yang aneh-aneh. Semoga tidak terjadi apa-apa." batin Ami menyakinkan.

"Ah-lo! Sekarang masih jam berapa sih? Gimana kalo kita foto-foto dulu dibelakang? Kan kemaren di website gambarnya bagus banget tuh." usul Ami.

Denman langsung antusias untuk sesi Photo-Shoot seperti ini, "Ayo, Mi. Sekalian buat mastiin, aslinya sama gak kayak gambarnya!" ujarnya membuat Ami lega untuk pengunduran waktu.

Ami membatin. "Semoga mereka lupa waktu."

"Oke lah. Tapi ada yang bawa DSLR gak? Gue lupa bawa, elah!" Ujar Reno tak kalah antusias.

"Gue pasti bawa," Dennis  mengecek bagpack nya. "Tuh kan gue bawa My Babe Canon."

Ami berdiri pertama kemudian diikuti Zoya dan lainnya. Tapi sepertinya ada yang mendapat kesulitan disini.

Denman mengeluarkan suara berdeham dari tenggorokannya, "Guys, sepertinya gue mengalami kenaikan berat badan. Help me please?" pintanya dengan cengengesan seperti biasa.

Zoya mengulurkan tangan membantu Denman, tapi sepertinya Denman benar-benar mengalami kenaikan berat badan berlebih. "Man, lo makan apa aja sih hari ini? Anjir berat banget."

Reno inisiatif membantu dengan menjulurkan tangannya kearah Denman. Zoya menarik tangan kiri. Reno menarik tangan kanan. "Urgh. Gila lo, Man! Keberatan dosa nih lo! Udah ditarik dua orang aja gak cukup." keluh Reno. Disambut geplakan tangan besar Denman.

Tak mereka sadari, bahwa sedari tadi Dennis melihat sosok berjubah hitam dibalik tubuh Denman. Tangannya menarik tubuh Denman sehingga mereka kira Denman bertambah berat badannya. Dennis merasa hanya dia saja yang dapat melihat, karena tidak ada yang terlihat tegang seperti dirinya saat ini. Dan memang benar.

Untuk pertama kalinya ia melihat sosok hantu. Apakah ini hanya halusinasi saja? Karena semalam ia mencari tau banyak tentang Midnight Man di google dan sosok itu sama persis dengan yang dilihatnya tadi malam. Dennis berusaha menenangkan diri sendiri dengan prinsip 'Hantu itu tidak ada'.

Ami menyenggol Dennis, "Den, lo kan cowok. Bantuin Denman juga kek!" ketus Ami. Dennis masih tak bergeming. Merasa tak ada jawaban, jurus terakhir andalan Ami lah yang mampu membuat Reno ikut membantu. Sebuah tatapan tajam Ami.

Dennis memaksakan kakinya untuk berjalan kearah Denman. Jarak satu meter, berasa seolah berpuluh-puluh meter baginya. Saat Dennis baru saja menggapai tangan kanan Denman, mereka semua langsung ambruk seketika. Suatu hal yang aneh bagi mereka semua. Tapi tidak bagi Dennis, karena ia melihat sosok hitam itu telah pergi begitu saja.

Zoya memberi applause pada Dennis, "Jago juga lo, Den. Butuh berapa lama gue nge-gym biar punya oto segede lo." bangga Zoya sambil memegang lengan kekar Dennis. Membuat Reno geram dalam hati.

"Udah sih kayak gitu doang dibanggain. Gue tadi juga ikut bantu kok." sinis Reno.

Dennis terkekeh pelan, "Lo cemburu, Ren?"

"Ngapain gue cemburu? Dan buat apa gue cemburu? Maksud gue, ya gue gak cemburu." jawab Reno berantakan. Apalagi sekarang pipi Reno bersemu merah terlihat jelas karena ia berkulit putih.

Midnight GamesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang