Zoya dan Ami sudah berada di lantai bawah. Menunggu kedatangangan squad laki-laki. Tak lama kemudian merekapun datang. Ami dan Zoya menghela nafas lega, pasalnya sedari tadi beberapa kali lampu sempat berkedip. Bagi Ami ini adalah sebuah pertanda buruk, sedangkan Zoya tetap berusaha berpikir positif.
'Mungkin lampu memang sudah agak rusak. Harus segera diganti besok.' ujarnya dalam hati.
Setelah mereka semua duduk, Zoya menaruh sebuah kertas kosong di meja—di hadapan mereka semua.
Zoya melirik kawan-kawannya, "Siapa dulu nih yang nulis?"
"Sesuai abjad aja deh," serah Ami melihat teman-temannya yang hanya diam.
"Ami, Denman, Dennis, Reno, dan Zoya," ucap Zoya sambil menulis nama-nama mereka di kertas tersebut.
"Okay, sekarang, silet jari kalian dikit. Terus, darahnya di tetesin ke nama kalian ya. Ingat, nggak boleh pakai darah orang lain." lanjut Zoya.
Denman membelalak, "Harus banget pake darah ya?"
Zoya memelototi Denman. Dan itu sudah cukup menjawab pertanyaan Denman.
Denman menelan ludah keras, "Aw!" jerit Denman melengking. Semua menoleh kearah Denman, ia terkekeh.
Mereka semua mulai ikut merobek sedikit kulit jari mereka hingga keluar setetes darah.
Selesai acara tetes-tetesan darah. Sekarang waktu mematikan lampu.
"Ada yang mau matiin lampu?" tanya Zoya pada squad laki-laki. Merasa tak ada jawaban, ia sendiri yang ambil langkah mematikan lampu. Namun belom sempat jarinya menekan cetetan OFF lampu, lampu sudah mati sendiri.
Ia yakin tadi jarak antara jari dan tombol lampu masih sekitar 5cm. Tapi mengapa lampu telah mati semua? Entahlah. Untuk kesekian kalinya Zoya tetap berusaha menenangkan diri sendiri.
Kini setiap orang sudah memegang peralatan seperti lilin, korek, maupun garam. Mereka telah berdiri di depan pintu villa yang pastinya terbuat dari kayu.
Ami melihat jam yang melingkar di tangannya, "Sekarang udah jam 23.59, satu menit lagi mulai." ingat Ami.
24.00
"Dennis, cepat ketuk pintu 22 kali. Jangan lewat satu menit!" seru Ami. Dengan cepat, Dennis mengetuk pintunya dan di hitung oleh mereka semua bersama.
Now, The Midnight Game is begin.
Zoya menyuruh mereka untuk keliling di lantai satu. Mereka semua mulai menelusuri setiap sudut. Angin berhembus dengan cepat. Lilin Reno mati.
"Shit," umpat Reno.
Ia mencoba menyalakan lilin dengan korek yang ia miliki. Namun, Dewi Fortuna sedang tidak berpihak dengannya. Sekarang, lilin Reno sudah mati. Pertahanan satu-satunya hanya garam.
Mereka sedang ingin berjalan ke dapur. Namun, bunyi tv menghentikan jalan mereka.
Tv tersebut menyala. Dengan warna hitam putih, seperti tv jaman kuno. Membuat suasana mulai tegang. Mereka semua berpegang satu sama lain. Apalagi Denman yang kini sudah semakin susah menahan pipis dicelananya.
Di belakang tv tersebut, Denman melihat sebuah sosok hitam. Namun, secepat kilat sosok tersebut menghilang. Anehnya, setelah sosok tersebut menghilang, ada hawa dingin 3 detik menyelimuti Denman. Lilin Denman mati namun, 3 detik setelahnya menyala lagi.
Syukurlah.
Seketika, tv tersebut mati. Di gantikan oleh lampu kedap-kedip yang berasal dari arah dapur dan juga suara panci yang bergemelontang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight Games
Mystery / ThrillerIni kisah tentang lima orang remaja yang sedang melakukan permainan miserius. Permainan yang mendulang bahaya bahkan kematian. Tapi, apakah mereka selamat dari permainan tersebut? Lantas, apakah mereka tetap waras selama permainan berlangsung? Dibua...