Kini dan Masa lalu

16.2K 574 5
                                    


27 April 2019

Pondok Indah, Jakarta

Sinar matahari yang cukup terik memasuki kamarnya karena gorden yang memang tidak tertutup namun bukan itu yang membuatnya terusik dari dunia mimpinya.

Rasa mual yang menjalar di bagian lambungnya membuatnya mau tidak mau harus membuka mata dan berusaha dengan cepat berlari ke kamar mandi untuk kembali mengeluarkan cairan alcohol yang semalam di tenggaknya.

Jovan membasuh wajahnya kemudian melepas kaos yang di kenakannya membiarkan tubuh bagian atasnya tidak terbalut apa pun.

Lama, ia hanya terdiam termangu memandang cermin yang memantulkan sosok dirinya.

Jovan tidak sedang berfikir apapun atau lebih tepat ia memang sedang tidak mau memikirkan apa pun untuk sejenak ia ingin menghilangkan semua beban yang sudah sejak 3 bulan ini di tanggungnya tapi ia tidak bisa meski beberapa detik bisa melupakan masalahnya namun usai itu seluruh masalahnya akan kembali memenuhi otaknya.

Jovan meremas kuat helaian rambutnya, berharap walau sedikit hal itu bisa meringankan beban fikirannya tapi hal itu pada akhirnya hanya akan berbuah sia – sia dan untuk kesekian kalinya ia akan kembali menangis.

-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.- Chapters Two -.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-

" Gugurkan anak itu lalu pergilah jauh dari kota ini sebisa mungkin, jangan pernah kembali " ucap Jovan penuh keangguhan pada gadis yang tengah menangis di bawah kakinya.

" Kenapa ? bukankah kau bilang kau mencintai ku ? " gadis itu menghiba, berusaha mengingatkan kekasihnya pada janji-janji dan ucapan manis yang selalu diutarakannya.

Jovan membuang wajahnya ke arah lain "Lo kira lo siapa ? harusnya dari awal lo tau, lo itu cuma mainan gua dan sekarang bagi gua lo udah enggak lagi menarik dan gua udah muak sama lo apa lagi bayi lo " Filla semakin menangis histeris

Jovan melemparkan sebuah amplop ke hadapab Filla yang tengah menangis di lantai itu.

" Gugurkan kandungan itu lalu pergilah, gua akan urus perpindahan sekolah lo " lanjutnya kemudian melangkah pergi meninggalkan Filla yang tengah menangis di lantai.

" Enggak , Van .. "

" Van , aku mohon jangan tinggalin aku ! "

" Jovan - Jovan "

27 April 2019

-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.- Chapters Two -.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-

Jovan membuka matanya panic dan dengan cepat mendudukkan tubuhnya di atas kasur.

Tubuhnya berkeringat, nafasnya memburu. Ia kembali bermimpi buruk.

Jovan menoleh kearah jam dinding yang terdapat di kamarnya itu.

Pukul 2 siang, ia kembali tidak datang ke kantor hari itu. Entah sudah berapa kali dalam bulan ini ia tidak masuk kerja dan Jovan tidak peduli juga tidak mau tahu lagi pula itu perusahaannya dan ada pula ia telah mempercayakan kepemimpinan sementar pada Bian, seseorang yang tidak akan pernah diragukannya.

Lambungnya kembali sakit. Maagnya mungkin kembali kambuh karena memang sejak semalam ia belum makan dan hanya mengisi perutnya dengan alcohol jadi tidak akan mengherankan jika dalam waktu dekat ini ia akan benar – benar masuk rumah sakit dan bodohnya Jovan berharap seperti itu.

Setidaknya mungkin dengan sakitnya walau sebentar Jovan benar – benar bisa melupakan masalahnya demi apa pun saat ini yang Jovan inginkan hanyalah beristirahat tenang tanpa harus di ganggu mimpi – mimpi buruk dari masa lalunya.

MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang