3. Challenge.

435 19 2
                                    

"Vi, handphoneku balikin"

"Vi? Handphonee..."

"Vi?"

"VI?"

"REVIA ANITA RAHAYU?!!"

"WEH, ANJAY APAAN WAR?"
Dengan segera aku menangkap handphone yang hampir terjatuh dari tanganku itu.

"Handphoneku, Viaa. Perlu nih," katanya sambil mengambil maksa handphonenye yang kupinjam, "emang kamu ngapain sih?"

Aku hanya diam tak berkata. Aku tak berani menjawabnya, karena kalau ku jawab mungkin dia akan mengungkit hal ini terus menerus.

"Wih! Really via? Kamu ngestalk kak Randra?"

Mampus aku.

"Eh, anu, itu, cuma iseng kok" kataku sambil berakting ala aktris pemenang oskar.

"Ckck, aku tau kamu suka dia kok, via," katanya sambil nyengir ke arahku, "haduhh, anakku sudah gede yahh, sudah cinta cintaan, aihh." Godanya sambil menirukan gaya emak emak yang tinggal di kompleks sebelah rumahnya.

Aku hanya diam, tak ingin membalasnya lanjut. Karena kalau berlanjut, topik ini dapat dibicarakan sampai kelulusan kami nanti kelas 12. Sejujurnya, aku hanya sekedar menyukainya dalam taraf yang "biasa" saja. Yah cuma sekadar ngefans sih. Tetapi sejak minggu kemarin, insiden yang kami sebut sebagai insiden "pengedar berjaket stabilo". Aku makin penasaran padanya. Kalau dia lewat secara tak langsung mataku pasti mengikutinya, dan dilanjutkan dengan sikutan dari mawar yang bikin pinggang nyut-nyutan.

Well, sedikit cerita. Terkadang aku bingung. Yang suka kak Randra itu aku atau Mawar? Karena jika kakak pujaan itu lewat pasti yang ribut sendiri adalah Mawar. Awalnya nyikut-nyikut sampai, sekarang ia menjadi frontal...

"WEH, REVIA! KAK RANDRA TUH!"
Ah iya, baru saja mau dikasih contoh. Orangnya sudah melakuin. Makasih, war:)

Aku menaikkan jari telunjuk di depan bibirku menandakan ia untuk diam. Dan ia tidak mengindahkan hal itu. Mawar masih saja menunjuk-nunjuk si doi dari lantai dua. Saat itu kak Randra lagi pelajaran olahraga. Akhirnya sang preman diam setelah aku mencubit pinggangnya, membuatnya kesakitan sampai terduduk.

"Njay, sakit banget Vi!" Eluhnya

Membalas, aku tak mengindahkan keluhannya. Aku tetap duduk bersila dengan buku novel di pangkuanku, diam. Mataku mengintip dari teralis balkon. Nampak kak Randra sedang melakukan pemanasan. Merengganggkan semua sendi- sendinya. Oh, sungguh menggo...

"Menggoda banget kann kakak Randra~"

What the..?

"Duh, gila! Pemanasan aja ganteng apalagi kalau jadi imam sholat nihh" lagi lagi suara cempreng serak itu bersuara.

Aku mengadah, menatap asal suara. Tampak Rina bersender di teralis balkon masih dengan menatap ngefans kak Randra.

"Gile euy! Nendang bolanya bikin deg deg an. Duh kakk, sini sama dede!"

Aku melongo mendengar tiap lontaran kata teman sekelas mawar ini. Rina memang di kenal alay, mungkin sebelas duabelas dengan mawar. Dan ia merupakan teman satu lesku saat ini. Orang orang biasanya memanggilnya voldyrina, yahh, karena wajahnya mirip voldemort? Tapi dia manis kok.

"Voldy diam! Malu maluin ah"
Kata Mawar sambil menarik roknya agar cewek berhijab ini turun.

"Apaan sih war? Lagi enak mandang nih!"
Balasnya sambil menarik kembali roknya

"Kurang kerjaan banget sih ngeliatin orang lagi olahraga." Celetusku.

Sontak kedua orang itu melayangkan pandangannya padaku.

"Apa?"

Vol- maksudku, Rina, menyipitkan kedua matanya duduk di depanku lalu mendekatkan wajahnya.

Eh buset deketnya kebangetan!

Ia menepuk pahaku keras, membuatku kesakitan dan mengelus bekas pukulan itu perlahan.

"Duh sesama fans kak Randra jangan gitulah!" Katanya sambil tertawa kecil, "tapi dia punyaku yah..."

Jika dunia yang kutinggali adalah dunia anime yang sering ditonton Mawar, kemungkinan besar sebuah perempatan akan muncul di sudut kepalaku.

"Halah jangan ngareplah..."

Aku kembali membuka novelku. Membaca kembali cerita yang sempat kutunda untuk dibaca. Sampai aku merasakan tepukan keras lagi di pahaku yang satunya. Aku meringis kesakitan novelku terlempar dari pangkuan dan jatuh tepat di sampingku.

Duhhh, kamprett kamu voldy!

"Duh, duh, duh, pokoknya dia itu punyaku yahhh. Gak mau tau." Peringatan sekali lagi darinya sebelum ia kembali berdiri untuk menonton kak Randra main futsal dan membentuk kedua tangannya menjadi bentuk hati dia atas kepalanya.

Mawar hanya menahan ketawanya melihat kejadian tadi. Tak hanya karena aku sepertinya ditantang Rina tapi juga karena pukulan di paha yang membuatku meringis--coret-- sangat meringis kesakitan.

Well, Rina maybe I accept your challenge.

***

Author Note

Hellow! Kini saya telah kembali dengan cerita sebanyak 600-an kata /cries/ /digampar/.
Mohon maaf untuk chapter 3 ini ceritanya sedikit (banget) lebih pendek daripada chap sebelumnya. Dikarenakan otak saya yang sedang rada kena block dan banjir tugas dari tempat tersayang bernama
Sekolah:).

Sekali lagi peringatan bagi reader : cerita ini bersifat long update dikarenakan penulis yang idenya seribu sekali muncul dan banjir tugas dari sekolah.

Oh! Dan satu hal lagi, karena pengetikan cerita ini dilakukan di Smartphone saya, kalau ada typo please kindly tell me dan saya akan memperbaikinya.

Sekian dari saya.
XOXO Danke!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 22, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AADR (Ada Apa dengan Randra)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang