J-HOPE 제이홉

274 22 4
                                    

Lee hyorin-jung hoseok

"Hob-ie, diamlah, aku sedang mengerjakan tugas ini. Kau bukanya membantu malah menyusahkan saja."

dasar pacar ku yang satu ini hanya pandai mengganggu saja. Memang apa salahnya untuk diam sih, dari pada meloncat2 dan bernyanyi2 yang entah apa itu judulnya.

"Oppa, berhentilah bersikap seperti ini. Lebih baik kau pulang oppa, aku memintamu menemaniku bukan menggangguku."

"Seperti itukah, baiklah jika aku hanya mengganggumu. Maaf"
Hoseok oppa langsung berubah air mukanya. Bukan itu yang kuinginkan.

"Ta.. tapi maksudku tidak seperti itu oppa, mengertilah,,,

"Aku sudah mengerti Hyorin, Kau ingin aku pergi bukan? Aku sangat paham maksudmu."

"Ti.. tidak oppa. Tunggu!!!!"
Aku terlambat. Agggghhhhh, bukan seperti ini yang ku maksud. Aku hanya ingin dia diam.

Mungkin aku terlalu kasar padanya. Oh my,,,,, mungkin hoseok oppa sedang datang bulan. Hei, apa yang kubicarakan ini.
.
.
.

Sudah seminggu aku tak bertemu dengan hoseok oppa. Pesan dan panggilan ku tak ada balasan sama sekali darinya.

Semarah inikah dia. Apa aku harus menemuinya, eoh. Bahkan seminggu ini dia tidak kuliah. Aku khawatir padanya.

Ku putuskan untuk kerumahnya. Mungkin dengan menemuinya secara langsung dapat meredakan emosinya.

Kini aku sudah didepan rumah hoseok oppa.

Knock knock...

'Apa disini tidak ada orang? Kemana penghuni nya?'

Kucoba untuk menghubunginya namun nihil. Tak ada jawaban apapun. Dia tak mengangkat telfon ku.
Ini sudah dua jam aku menunggu di depan rumahnya, tapi kemana penghuni rumah ini sebenarnya. Kemana hoseok oppa dan orang tuanya.

Aku tak tahan. Ini sudah sore sebaiknya aku pulang saja. Aku lelah dengan menunggu berjam jam di sini.
.
.
.
Hahhhhhhh
Helaan nafas yang berat keluar dari mulutku.
Ketika ku buka pintu apartemenku, perasaan ku sedikit terkejut karena pintu apartemenku yang selalu terkunci ini malah tak ada kuncian sama sekali.

Bahkan lampu ruangan sudah menyala. Sedikit rasa takut ku mulai muncul. Setelah ku kunci kembali pintu apartemen ku dan berbalik,,,,

"Annyeong Hyorin!!!!!"

Huh, betapa terkejutnya aku saat ini. Teman teman ku, tapi apa yang mereka lakukan disini, dan darimana mereka dapat kunci apartemenku.

"Saengil chukha habnida,
Saengil chukha habnida,
Saranghaneun Lee Hyorin,
Saengil chukha habnida
Saengil chukhaeyyo hyorin. Semoga panjang umur."
Oh my,,, aku terhura ehh terharu.
Lihatlah mereka, senyum mereka, begitu tulus bahagia.

"Heiii, apa ini. Inikah sebabnya kalian menjauhiku, eoh?"

Tiba2 hoseok oppa maju dari antara teman2 ku.

"Eummm Hyorin-ahh"

Dia nampak canggung.

"Oppa, maafkan aku kasar padamu tempo hari. Aku tak bermaksud kasar padamu. Jeongmal mianhae"
Aku hanya bisa menunduk menyesali kesalahan ku.

"Hei hei, kau tak salah Hyorin ku sayang. Itu memang aku memancingmu untuk marah padaku."

Tiba2 Hoseok oppa berlutut di depanku. Betapa terkejutnya aku ketika dia menyodorkan sebuah kotak berwarna biru dengan cincin bermata merah nan cantik. Aku yang tengah berdiri ini hanya bisa menutul mulut dengan tangan karena terkejut.

"Aku tak pandai merangkai kata2 indah untukmu Hyorin, tapi aku hanya dapat berkata
WILL YOU MARRY ME?"

"Apa yang bisa ku katakan. A,, aku,, aku tak tau harus bilang apa."

"Kau tak perlu mengatakan apapun. Cukup dampingi aku hingga kita mempunyai cucu dan cicit."
Hoseok oppa memakaikan cincin itu di jari manis ku kemudian bangkit memelukku yang hanya bisa terpaku.

"Jeongmal saranghagoyo nae Hyorin."

"So sweeettttt" malunya aku mereka meneriakan nya secara serempak.

Your love  with Your bias (bts ff)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang