5

147 16 3
                                    

Pintu kamar ruang inap ku terbuka. Kak Dafa keluar dari balik pintu dengan sekantung Snack di tanganya. Astaga aku disini jelas untuk berobat. Ini saja menunggu perawat mendapat perintah untuk memasang infus, masa iya dia malah memberiku iming iming makanan makanan itu. Ganteng sih iya! Tapi bego nya enggak ketulungan.

"Ngapain kakak disini?"Dia memajukan bibirnya tidak terima. Idih sok imut banget! Biar apa coba kayak gitu? Emang dia pikir bunda ku akan tertarik dan menjerit jerit manja seperti fans gadis gadisnya ?

"Ini siapa Dit? Kenalin dong ke Bunda sama Ayah"Aku memandang ke arah bunda malas. Bunda genit banget sih? Kalau kayak gini sih Kak Dafa merasa dibutuhkan. Tuh kan sekarang dia malah ketawa puas dengan senyum manis. Ralat maksutku sok manis.

"Ini kakak kelasnya Dita bun. Namanya gatau deh lupa"Ucapku malas dan seadanya. Kak Dafa mendelik tidak terima. Dia berjalan ke arah bunda dan Ayah lalu mengenalkan dirinya. Terserah deh aku lelah, rasanya aku ingin tidur untuk beberapa menit kedepan.

"Saya boleh minta tolong tidak?"wow apa apaan nih! Gara gara Ayah bertanya seperti itu, aku jadi tidak tenang untuk tidur. Masih dengan memunggungi mereka aku memasang telingaku untuk tetap mendengarkan pembicaraan mereka.

"Saya tadi kesini sama istri saya tanpa persiapan, kami terlalu panik waktu Abangnya Dita bilang kalau Dita masuk rumah sakit. Jadinya kami kesini tanpa membawa baju dan perlengkapan lainya, padahal kan Dita harus dirawat inap disini untuk beberapa hari karena dia harus Operasi Usus buntu"

"Jadi apa yang bisa Dafa bantu om?"Jawab Kak Dafa dengan suara sopan yang dia buat buat. Ew kak! Kamu gak pantes tau sok sopan kayak gitu.

"Temenin Dita sampai Abangnya datang. Saya sama istri saya mungkin kembali kesini nanti malam. Setelah beberapa pekerjaan saya dan istri saya terselesaikan untuk beberapa hari kedepan"Aku Langsung terduduk panik. Dan anjiiiiiir perutku langsung nyeri karena gerakan reflek barusan. Mereka melihatku terkejut, ketiganya langsung menghampiriku khawatir.

"Nggak mau bundaaaa!"Protesku masih dengan ringisan.

"Kamu emang berani disini sendirian? Katanya paling takut kalau di rumah sakit sendiri? Ini maghrib loh sayang"Aku terdiam sejenak. Pikiranku reflek berkelana ke dunia dunia ghaib yang mistis.

"Gak berani sih. Tapi kan nggak juga cuma berdua doang sama diaa bunda. Ntar kalau dia apa apain Dita gimana?"Kak Dafa melihatku tajam. Tanganya reflek mencubit pipiku gemas. Bukanya marah, bunda dan ayah malah ketawa ngakak melihatnya.

"Saya bisa menemani mereka juga, jika kalian perbolehkan"Sebuah suara dari arah pintu masuk mengagetkanku. Alamak kenapa mas ganteng kayak jelangkung sih? Datang tak dijemput pulang tidak diantar.

"Kamu apasih senyam senyum kayak orang gila gitu"Aku cemberut mendengar ledekan bunda. Bunda hanya tertawa menanggapinya.

"Nak Rizal memangnya tidak sibuk? Saya sih tidak apa apa. Menurut saya semakin ramai semakin bagus"aku merengek tidak jelas lalu memilih menenggelamkan diri kedalam selimut tebal yang menutupi seluruh tubuhku. Karena percuma protes jika mereka saja tidak mendengarkan.

"Yaudah kami pamit. Kami titip Dita ya Rizal Dafa? satu lagi fakta yang kalian harus tau. Dita dari kecil takut jarum. Jadi kalian setidaknya atisipasi apa yang harus kalian lakukan sebelum hal hal yang berlebihan terjadi"Aku menggerang dari dalam selimutku mendengar penjelasan bunda barusan. Dan Bam suara tawa mereka langsung pecah meramaikan ruang rawat inapku ini.

****
"Dibuka dong selimutnya. Nanti lo gak bisa bernafas del"suara lembut Rizal mengintrupsi sedangkan tanganya menarik selimutku pelan. Hal pertama yang kulihat saat selimut itu terlepas adalah senyum manis nya yang mampu membuat siapa saja meleleh.

Where I StandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang