6

208 22 6
                                    

"Lo gimana sih Adella, tega banget sih nggak ngasih tau gue kalau lo sakit"Adella tersenyum ke arah layar yang menampilkan wajah Reina. Mereka sedang tersambung melalui Skype. Adella tersenyum melihat Sahabatnya yang tampak menahan tangisnya karena merasa bersalah tidak bisa menemani Adella. Sedangkan gadis yang di khawatirkan hanya tertawa renyah seakan operasi yang 4 jam lalu dilaluinya bukan apa apa.

"Aku sudah sembuh. Lagipula aku tau kamu disana tidak untuk liburan. Jadi aku sendiri nggak mau bikin kamu panik Rein. Minta doanya aja supaya jahitanya cepet kering"Reina mengangguk disebrang sana. Tanganya menghapus air mata nya lega. Setidaknya dia bersyukur mempunyai pertemanan yang sehat yang saling mengerti dan melengkapi nya disaat membutuhkan.

"Lo lagi sendiri disana? Ayah bunda sama Bang Alfa mana? Coba lihat?"Adella mengigit bibirnya panik. Diruangan itu tidak ada mereka. Maksutnya orang orang yang disebutkan Reina. Mereka pamit untuk makan siang dan Sholat sebentar. Mau tidak mau Adella disini hanya berdua dengan Rizal yang sedari tadi serius dengan majalah Rumah sakit. Rizal sendiri sudah pamit pulang saat operasi berlangsung dan kembali sebelum Adella tersadar. Jadi pemuda itu bersedia menggantikan tugas mereka untuk menjaga Adella, selama Ayah, bunda dan abangnya mencari makan dan ibadah.

"Kok malah diam sih? Apa jangan bilang lo nggak ada yang jagain? Adella jangan bikin gue ke bandara dan pulang dengan penerbangan tercepat saat ini juga ya!"Adella diam, bingung ingin menjawab apa.

"Dia sama gue. Lo gak perlu khawatir"suara berat Rizal menggelegar menciptakan hening untuk beberapa saat.

"Lo sama Rizal? Bukanya baru kemarin kamu nangis karena dia?"Adella mendelik pada Reina. Beruntung gadis itu cepat cepat me unloudspeaker ponselnya. Reina mendengus sebal saat mata Adella masih saja mendelik kearahnya.

"Jangan ngomong aneh aneh please. Dia udah baik banget nemenin aku Rein"Rizal memandang Adella bingung. Bukan karena penasaran, tapi lebih kepada aneh. Aneh karena suara gadis itu berubah menjadi berbisik.

"Gue cuma gak mau lihat lo nangis kejer lagi. Please dong katanya lo mau move on?"Adella mendesah resah. Matanya sayu melempar pandangan ke arah Rizal yang ternyata sedang memperhatikanya. Awkward! Tidak ada sapaan walau mata mereka beradu. Pasalnya Baik Adella maupun Rizal, mereka sama sama bergelut dengan pikiran mereka masing-masing.

"Udah dulu ya Reinn! Aku mau nonton tv nih. Nanti hubungin aku lagi yaaa! Bye"ini terpaksa, dalam hati Adella meminta maaf karena memutuskan panggilan secara sepihak. Gadis itu tidak mau membuat Rizal terganggu. Panggilan nya dengan Reina jelas jelas seperti menggunjing Rizal. Adella takut pemuda itu tau dan merasa tidak nyaman.

***
Hening. Apa Rizal marah karena aku diam diam membicarakanya dengan Reina? Tapi anehnya dia malah berjalan menuju nakas dan mulai mengupas satu buah apel yang kelihatan segar.

"Kamu marah ya karena aku omongin sama Reina?"Rizal melihatku dengan satu alis terangkat.

"Emang iya lo ngomongin gue?"Dia nggak sadar atau pura pura bodoh sih? Mau marah tapi enggak tega. Apalagi lihat wajah nya yang ganteng itu. Omg fokus Adella!

"Lupain deh nggak jadi"dengusku sebal. Dia tertawa lalu memberi hasil kupasan buahnya padaku.

"Emang boleh ya habis operasi makan makanan keras langsung?"itu pertanyaan darinya sendiri. Aku mengedikan bahuku tidak tau dan sedikit tidak peduli. Ayooola apel ini sudah sangat menggiurkan untuk dilahap. Tapi tiba tiba saat sesenti apel itu hendak masuk ke mulutku, tanganya menahan tanganku dan merebut kembali Apel yang udah dia kupas.

"Kok diambil lagi? Kan aku mau makan apelnya"Rizal menggeleng tegas lantas langsung memakan Apel yang tadi sempat ia rebut dariku. Ih jadi iri deh, mau dong jadi apel....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Where I StandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang