Three

128 15 0
                                    

Motor Rizal mulai memasuki wilayah Apartement mewah. Aku melongo setengah tidak percaya, apa tidak salah lihat? Difikiranku tidak ada terbesit Apartement semewah ini. Atau jangan jangan ini miliknya? Aku jadi takut. Bagaimana jika berniat jahat? Bagaimana dia ingin menyelakaiku? Bagaiamana jika----- Aisssh jangan berfikiran buruk Adella.

Motornya berhenti setelah terparkir rapi. Aku masih diam dalam posisiku. Gilaa! Bahkan dia parkir di tempat Vvip yang disampingnya berjajar kendaraan pribadi Luxury. Mataku masih belum bisa lepas untuk meneliti setiap inch dari Apartement ini. Bahkan jika itu hanya tempat parkir nya.

"Sampai kapan Lo nggak mau turun?"Aku terlonjak, reflek aku setengah meloncat turun dari motor. Astaga kenapa kakiku seperti jelly sampai sampai satu tangan Rizal memegangiku yang sempat linglung. Rizal mendengus sebal, wow sepertinya dia akan marah. Karena setelah aku mampu menguasai diri, dengan satu gerakan pasti dia turun dari motornya dan menatapku tajam.

"Aku minta maaf"Alamak ditatap seperti itu berhasil membuat nyaliku benar benar ciut. Maafin Adella bundaaaaaaa!

"Jangan bikin diri lo terluka dong Dell? Kalau lo loncat tadi terus jatuh gimana? Motor ini kan boncengan nya tinggi. Iya kalau jatuh aja gak masalah. Kalau sampai patah tulang gimana? Lain kali gue bakal marah banget kalau lo ceroboh"Adudududuh rasanya aku ingin terbang. Nada suara dan ketegasan nya dalam mengatakan hal barusan sempat membuatku menganga.

"Ayo deh masuk aja, gue curiga lo kesambet karena banci tadi"Anjaaay bulu kuduku langsung meremang mengingat bagaimana rupa wanita jadi jadian yang tadi sempat menjungkir balikan mood ku. Tiba tiba Rizal tertawa melihat responku yang langsung reyot hanya mendengar nama sebutan mereka. Tak tega melihatku yang benar benar ketakutan, satu tanganya kembali mengusap pundaku pelan menyalurkan ketenangan. Adeeem adeem gimana gitu!

"Ini kita mau kemana sih?"

"Tolong anterin gue sebentar aja ambil barang di Apartement gue. Ntar kalau udah, gue langsung anterin ke Apartement Lo"Benar kan? Gak mungkin deh ini Apartement bang Alfa! Bang Alfa baru bekerja kurang dari setahun. Jika bos nya sudah berani memberi dia 1 jenis Apartement semewah ini, itu tandanya abangku sudah sangat berprestasi. Eh bukan berarti aku ngeremehin dia ya.

Sebuah Hall mewah langsung menyambutku. Rizal lagi lagi menggandeng tanganku tanpa permisi. Gapapa deh kalau yang gandeng itu dia. Kita berjalan masuk kesebuah Lift. Yatuhaaan bahkan Lift saja interior nya bagus sekali. Aku bisa mengaca di dinding dinding nya. Lift berhenti di Lantai teratas, Dan tara setelah pintu Lift terbuka pemandangan Mewah langsung disuguhkan. Hanya 5 kamar dilantai ini. Pasti perkamar memiliki fasilitas yang lengkap didalamnya, Mengingat hanya ada 5 kamar di satu lantainya.

"Vvip flat area"bacaku pada sebuah tulisan seperti anak kecil. Aduh aku jadi merasa tidak pantas suka dengan Rizal. Karena jika kita bersatu rasanya dia terlalu tinggi derajat nya dibandingkan aku. Rizal menggandengku kedepan salah satu pintu. Setelahnya dia mengeluarkan kartu dan menempelkan jempol nya ke finger print. Tuhkan pengamananya saja sampai seketat itu.

"Sebenernya gak harus pakai Finger print juga sudah bisa. Gue pakai itu biar cepet aja"gumamnya tanpa aku bertanya. Aku mengikutinya dari belakang. Ruang tamu adalah ruang pertama yang terlihat setelah kita melewati welcome room tempat mantel mantel disediakan. Aelaah berasa di luar negri deh kalau kayak gini.

"Tunggu bentar disitu, gue ambil barangnya dulu"Aku mengangguk lalu memilih duduk di salah satu sofa. Empuk ya? Wkwkwk aku memang dari kampung. Kalau kalian bilang aku kampungan wajar saja. Aku tidak akan ada alasan untuk marah.

Sepuluh menit menunggu akhirnya dia keluar dengan membawa Paperbag besar bertuliskan salah satu brand coklat tenar dipasaran. Itu coklat semua? Gila dari siapa dia mendapatkan semua itu? Pasti dari penggemarnya haha.

Where I StandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang