-La Vie En Rose-

1K 83 1
                                    

"What you must understand about me is i'm a deeply unhappy person" - Unknown

On mulmed: The Bella Rose

*~~~*

Chapter 3


KRING KRING KRING

Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi mengakhiri semua penderitaan Varo akan mata pelajaran Ipa yang paling dia benci. Bukan mata pelajarannya yang dia benci tetapi gurunya-lah yang dia benci. Dari awal masuk sampai akhir pertemuan gurunya itu hanya menceritakan tentang bagaimana hari-harinya yang dia jalani. Seperi tadi dia sampai ke sekolah dengan menaiki bus, atau seorang murid SMP yang tidak mempersilahkannya duduk di bus yang dia naiki, sampai insiden bagaimana dia bisa mengenal suaminya sendiri. Ya, guru Ipa itu sangat suka curhat setiap masuk ke kelas. Jadi jangan heran jika nilai Ipa anak kelas XII-2 itu mendapatkan nilai di bawah kkm.

Varo merapihkan barang-barangnya lalu pergi ke lokernya. Ketika ia sedang sibuk menaruh buku-buku ke dalam lokernya, suara loker terbuka dari samping yang membuatnya menoleh. Dan disanalah dia...Seorang perempuan berdiri tak jauh dari lokernya. Perempuan yang membuat hati Varo sedikit tertarik padanya.

Ketika sedang asyik menatap perempuan itu, mata Varo menangkap Felix yang sedang membawa sebuah ember berisi air. Entah gerakan darimana, kaki Varo melangkah ke arah perempuan itu dan memeluknya dari belakang. Hasilnya---

BYURR

Basah kuyup lah semua bajunya.

"Va-Varo?" mata Hazel terbelalak melihat Varo basah kuyup di hadapannya.

Varo terdiam dengan mata gelapnya yang menatap Hazel dengan tajam. Hazel menunduk menatap sepatu converse-nya. Ketika Hazel sedang menunduk, Varo beralih menatap Felix dengan tajam. Felix hanya bisa membuka mulutnya dan menggerakannya membentuk kalimat 'sorry'. Varo memutar kedua bola matanya lalu memberikan sinyal kepada Sera dan Adrian untuk pergi meninggalkan Varo dan Hazel sendirian di koridor itu.

Ketika teman-teman satu gengnya itu sudah pergi, Varo beralih lagi menatap Hazel yang masih diam menunduk. Perlahan Varo mendekati Hazel sampai punggung Hazel menyentuh dinding loker. Kedua tangan Varo ditaruh diantara kepala Hazel. Hazel lagi-lagi hanya bisa menunduk.

"Lo takut sama gue?" ucap Varo setelah sekian lama menatap Hazel. Hazel menggeleng pelan.

"Gue yakin tuhan menciptakan mulut untuk ngomong. Jadi kenapa lo gak pergunain dengan benar?"

"E-enggak. Gue ga-k tak--ut"

"Kalau ngomong itu tatap orangnya" Hazel mengangkat kepalanya dengan ragu namun matanya menatap ke dinding di belakang Varo.

"Lo udah mulai buta ya? Muka gue ada disini" Hazel mendesah pelan lalu mengalihkan pandangannya kali ini ke wajah Varo.

Yang Varo lakukan hanya menatap Hazel dengan lama. Dia menatap setiap inci wajah Hazel. Berusaha mempelajari kepribadian Hazel melalui wajahnya. Dan hasilnya? Tidak ada. Gadis yang di depannya itu sangat misterius.

Tatapan Varo tiba-tiba terhenti ke pipi kiri Hazel. Terdapat semacam goresan di bagian pipinya yang tertutupi oleh rambut panjang Hazel. Dengan rasa penasaran, Varo menyelipkan rambut Hazel ke belakang telinganya.

LA VIE EN ROSE (Life In Pink) | √ (PREVIEW)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang