-La Vie En Rose-

999 73 0
                                    

"What are we fighting for? Seems like we do it just for fun, in this stupid world, we play hard with our plastic gun" - Hailee Steinfeld (Rock Bottom)

On mulmed: Fresco Troublemakers

*~~~*

Chapter 4


Varo duduk di kursi kecil dengan kedua tangan menyatu terkepal dan ditaruh ke dagunya. Giginya terus-menerus mengigit bibir bagian bawahnya. Kakinya dihentak-hentakan sehinga membunyikan suara di kamarnya yang kosong itu. Tidak. Kamarnya tidak kosong. Justru terdapat tujuh orang yang sedang menatapnya dengan tajam di hadapannya.Mereka adalah Axel, Rio, Jacob, Adrian, Sera, Felix, dan Lexi.

Mendengar tidak ada yang memulai pembicaraan, Varo semakin gelisah dan mulai berdeham beberapa kali. Hasilnya? Teman-temannya itu hanya menatap Varo dengan wajah datar sedatar-datarnya tembok. Oleh karna itu Varo merasa dipojokkan oleh teman-temannya itu. Lihat saja, mereka duduk bertujuh di sofa panjang sedangkan Varo hanya duduk di kursi kecil sendirian di hadapan mereka. Seolah-olah dia sedang di-introgasi oleh teman-temannya itu. Atau memang dia sebenarnya sedang di-introgasi.

Varo mendengus "Oke, keluarin apa yang ada di pikiran lo semua"

Terdapat jeda lima menit sebelum akhirnya Axel berbicara untuk yang pertama kali "You wanna cancel our plan just because that little girl Var? Like seriously bruh...Do you even know her?"

Varo terdiam dengan pikirannya yang melayang-layang. Dirinya tidak tahu harus menjawab apa. Bahkan dia masih mencari alasan untuk dirinya sendiri. Mengapa dia mau semua rencana yang dia dan teman-temannya buat dibatalkan? Mengapa dia harus peduli kepada perempuan yang baru saja ditemuinya bahkan kurang dari 24 jam? Semua pertanyaan itu melayang-layang di pikiran Varo. Ada sesuatu yang membuat Varo penasaran akan Hazel. Entahlah...seperti ada sesuatu yang berbeda  dari diri Hazel dengan kebanyakan orang normal. Oh bagus sekali! Bahkan seorang Alvaro Phoenix Alfonso mulai merasa empati kepada orang asing!

"Dude" dengus Adrian mendengar tidak ada jawaban dari Varo.

"Gue gak bisa jelasin" kata Varo dengan datar.

"Kalau kayak gitu, kita gak bisa ngebatalin rencana kita untuk ngebully si Hazel-nuts" balas Felix tajam.

Varo menaikkan sebelah alisnya "Sejak kapan jadi lo yang nentuin keputusan?"

Felix tertawa sinis yang membuat semua orang di ruangan itu merinding. Inilah dimana salah satu sisi Felix keluar. Sisi jahatnya yang membuat semua orang takut padanya. Suara tawa sinisnya bahkan bagaikan dewi yang mengiringi lagu kematian.

"Karna gak ada yang bisa memberhentikan gue dari apa yang mau gue lakuin" kata Felix dengan seringaian devil-nya. Inilah yang Varo benci dari Felix. Disaat sisi mean girl nya keluar, maka Varo tahu bahwa dia tidak bisa atau tidak akan pernah bisa menghalangi Felix dari hal yang dia mau.

"Fel---"

"She's right Var. Kita gak bisa memberhentikan rencana kita gitu aja tanpa alasan yang jelas" potong Lexi.

Varo memutar otaknya untuk berpikir keras "Gue gak mau nyokap gue sampai tahu atas selama ini yang kita lakuin"

"Sejak kapan lo peduli akan hal ini? Kita bahkan bisa dengan lancar menutupi semua ini dari nyokap lo selama kurang dari tiga tahun" sahut Jacob.

LA VIE EN ROSE (Life In Pink) | √ (PREVIEW)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang