lima; damai?

3K 284 12
                                    

Seisi sekolah dikejutkan dengan Pelangi dan Iqbaal yang datang bersama. Bukankah kemarin mereka masih seperti kucing dan tikus? Kenapa kini justru seperti sepasang kekasih?.

Setelah turun dari motor Iqbaal, Pelangi mencibik kesal melihat tatapan aneh dari siswa-siswa SMA nya, "Ngeliatinnya gitu amat sih."

Iqbaal yang mendengar ucapan Pelangi melihat sekeliling dan menemukan banyak penonton, "Yuk, ke kelas."

Tubuh Pelangi menegang ketika Iqbaal menautkan jari mereka, "Baal?" Iqbaal berbalik sambil mengangkat alisnya seperti bertanya apa?, "Tangan lo."

Iqbaal terkekeh, "Lo diem aja, ini sebagai permintaan maaf gue. Oke?"

Entah setan apa yang merasuki tubuh Pelangi, dirinya justru menurut dengan apa yang Iqbaal perintahkan. Steffi dan Bella saja sampai melongo melihat kedekatan mereka.

"Stef, itu Pelangi sama Iqbaal 'kan? Iya, 'kan!?" tanya Bella histeris. Steffi mengangguk lambat.

Tangan mereka masih berpegangan sampai mereka masuk ke kelas mereka. Seisi kelas yang tadinya gaduh tiba-tiba sunyi, ketika Iqbaal dan Pelangi sampai di ambang pintu kelas. Tentu dengan tangan yang terpagut.

Pelangi melepaskan tautan tangan mereka lalu duduk di bangkunya dengan menunduk. Memainkan ponselnya untuk menutupi rasa malunya. Setelah itu, terdengar suara grasak-grusuk masuk ke kelasnya. Pelangi mengadah dan mendapati kedua sahabatnya yang menghasilkan suara ribut itu.

"PELANGI!" panggil keduanya serempak dan langsung duduk di bangku mereka. "Lo—"

Naas, bel berbunyi sebelum semua pertanyaan dilontarkan oleh Steffi dan Bella. Pelangi mensyukuri itu dalam hatinya.

***

"PELANGII LO UTANG CERITA SAMA KITA!" Pelangi tidak menghiraukan ucapan kedua sahabatnya itu. Kini, ia sedang akan memesan batagor favoritnya.

Tiba-tiba sebuah bisikan terdengar di telinganya, "Kayaknya kita lagi jadi topik hangat ya." Pelangi tersentak dan reflek menghadap ke sebelah kanan, asal dari suara itu. Dan matanya langsung bertubrukan dengan mata indah Iqbaal.

Iqbaal yang tadinya cengengesan tiba-tiba mengatupkan bibirnya. Seakan terhipnotis dengan mata milik Pelangi. Masing-masing mereka seakan mencari tahu lebih dalam lewat mata itu. Sampai sebuah suara lalu disusul suara lainnya menghancurkan momen itu, "WOY LAPER NIH!"

***

Pelangi memakan batagornya dengan tidak tenang, bagaimana tidak? Kedua sahabatnya tidak berhenti menatapnya dengan tatapan jahil.

"Lu pada apaan sih," Pelangi menghentak kesal, "Tadi pagi dia nganter gua 'kan karena amanat dari bonyok."

"Tapi, tangan itu?" tanya Bella masih dengan tatapan jail.

Pelangi memutar matanya, ini semua karena Iqbaal, "Dia bilang itu sebagai permintaan maaf dia. Nggak jelas emang, danta banget."

"Halah, danta danta, seneng juga kan lu," ejek Steffi lalu tertawa bersama Bella. Karena kesal, Pelangi beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan kedua sahabatnya yang masih setia menertawainya.

Tatapan-tatapan para siswi di koridor seakan membunuhnya. Tatapan mereka begitu sinis, bahkan sampai ada yang terang-terangan membicarakannya. Pelangi berusaha bersikap tidak peduli, karena memang itu sikapnya.

Tatapan para siswa itu semakin mengintimidasi ketika sebuah lengan bertengger di bahunya. Siapa lagi jika bukan lengan seoarang Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan?

Pelangi ✖ idrTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang