tujuh; mencair

2.8K 238 20
                                    

Iqbaal sudah berusaha menahan emosinya saat Milka memberi Pelangi semangkuk mie ayam. Dan kini, di jam pulang sekolah, ia harus melihat Pelangi berjalan berdua dengan Zaki entah kemana. 'Kan Iqbaal yang ingin menyiksa Pelangi, kenapa malah jadi dirinya yang kesiksa?

"Sok dingin sih, lo," ledek Tyo. Kakak kelasnya itu justru menyulut emosinya. Iqbaal berdecak kesal. "Diem, lo!"

Tyo justru tertawa yang membuat beberapa siswi menjerit tertahan karena tawanya. "Bian mana?" Tanya Iqbaal. Tyo menghentikan tawanya sebentar. "Biasa, les, itu anak menuju UN emang langsung berubah jadi makhluk rajin, mirip Oki!"

Oki adalah anak kelas sebelas yang suka banget sama buku. Rajin bolak-balik perpustakaan. Kesayangan guru-guru. Dia memang tidak culun sih, cukup bisa dikategorikan ganteng.

"Pulang, yok," ajak Tyo. Iqbaal menggeleng dan menyuruhnya untuk pulang lebih dulu. "Oh, yaudah, gua duluan." Tyo menepuk pundak kanan Iqbaal sekali lalu pergi.

Ia akan menunggu Pelangi, ingat, hanya menunggu, bukan mengantar pulang. Iqbaal menuju parkiran dan duduk di atas motornya sambil memainkan game di ponselnya.

Satu jam sudah lewat, Iqbaal melihat jam di pergelangan tangan kirinya. Pukul 4 tepat. Kemana Pelangi? Iqbaal mengerutkan keningnya sambil melihat ke arah lobby sekolah. Dan kerutan Iqbaal menghilang seiring munculnya Pelangi dan beberapa anak IPS. Mereka terlihat saling melambaikan tangan, dan satu persatu mulai pergi. Hanya tinggal Pelangi seorang.

Baru Iqbaal akan memakai helm, Ia melihat sebuah mobil berhenti di depan Pelangi. Gadis itu lalu masuk ke mobil, dan mobil itu pergi dari pelantaran sekolah. Dan Iqbaal tahu betul, kalau itu adalah mobil Zaki.

***

Dua hari setelahnya, semuanya masih sama, Iqbaal masih mengacuhkan Pelangi. Pernah saat itu mereka berpapasan, tapi Iqbaal sama sekali tidak berbicara pada Pelangi, menatap Pelangi saja tidak. Lalu, saat Pelangi buru-buru berlari ke arah lapangan karena olahraga, Pelangi tidak sengaja terjatuh saat hampir mencapai lapangan. Dan DISANA ADA IQBAAL! Tapi laki-laki tinggi itu tidak peduli, dia lebih memilih melanjutkan langkahnya dibanding membantu Pelangi.

Untuk saat ini, Pelangi sangat amat membenci Iqbaal. Menurut Pelangi, Iqbaal adalah sosok terngeselin, ternyebelin, sok-sokan, tertai, terkampret, tersongong. Tapi sayangnya, Iqbaal itu ganteng. Eh?

Kebetulan sekali, Pak Rio memberikan mereka jam bebas. Jadi mereka masih punya waktu empat puluh menit sebelum istirahat. Tentu, itu dimanfaatkan oleh para siswa-siswa XI.IPA-3. Mereka lebih memilih berleha-leha di kantin, daripada mengganti baju penuh keringat mereka.

Pelangi, Bella, dan Steffi duduk di meja yang dekat dengan tempat menjual mie ayam. Bella menegur Pelangi. "Ngi, makan ya? Muka lo pucet banget, udah sarapan belum tadi pagi?"

Pelangi menggeleng, untuk kedua pertanyaan Bella. Bella berdecak lalu bangkit. Ia akan memesan makan. Setelahnya, Bella kembali ke tempat mereka. Menunggu pesanan mereka. Selang beberapa menit, pesanan mereka datang. Lebih cepat dari biasanya karena kantin sedang sangat sepi.

"Bel?" Pelangi terheran, keningnya berkerut samar. "Nasi uduk buat siapa?"

"Menurut lo?"

Pelangi merengut. "Nggak lapeer, astagaaa."

"Ya, bodo. Pokoknya itu udah gua beliin, pake duit gue. Jadi, lo harus makan."

Steffi menelan mie ayamnya. "Ngi, nanti sakit, gimana? Makan ya, nggak usah abis nggak papa. Yang penting setengah udah kemakan."

Pelangi ✖ idrTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang