Pelangi mendudukkan bokongnya di kursi salah satu tempat makan. Ia akan beristirahat disini. Asal kalian tahu saja, Pelangi pulang dengan berjalan kaki.
"Mau pesen apa, mbak?" Tanya pelayan itu sopan.
"Kue cubit red velvet pake topping marshmellow nya satu, terus minumnya susu vanilla anget aja, mba. Oh ya, kue cubitnya setengah mateng ya." Jawab Pelangi. Sang pelayan mengangguk lalu pergi.
Pelangi mengambil iPhone-nya. Menyalakan airplane mode lalu menghubugkan wi-fi disini ke iPhone-nya.
Lumayan hemat kuota, pikirnya.
Pelangi membuka Line lalu membuka grup chat dengan dua curut gesreknya itu.
Pelangi: seneng kan lo semua ninggalin gue
Bella: kan ada Iqbaal, Pelangii
Steffi: Tau
Pelangi: GUE PULANG JALAN KAKI DODOLLL!!
Steffi: DEMI APAAA!?!?!?!
Bella: kok? Emang Iqbaal gak mau?
Pelangi: Tadi dia nawarin, tapi gengsi lah pasti. Yaudah gue tolak, eh busnya kelamaan yaudah gue jalan kaki
Pelangi: Sekarang gue di warung mak enok. Makan kue cubit. Belom sarapan gue dari pagi
Pelangi: untung maudy gak pingsan
Steffi: najis maudy
Bella: u acian banget si cayangkuu
Pelangi: Temenin gue dong sinii
Steffi: gua gak bisa. Mau ke Bandung
Bella: gue emang mau kesana peleh. Nih lagi parkir
Pelangi: Gue tunggu traktirannya ya tai-tai kuu<3
"Bagi yak," Bella yang baru saja datang langsung mencomot kue cubit Pelangi yang bahkan baru saja datang.
Pelangi melotot tak terima, tapi detik selanjutnya ia tersenyum miring. "Mampus lu panas!"
Bella mengibas-ngibaskan tangannya ke mulutnya. Beberapa saat kemudian, baru Bella bisa menelannya.
Mereka mengobrol sambil terkadang tertawa karena sesuatu yang lucu. Bella yang sedang tertawa langsung berhenti saat melihat sesuatu.
"Itu.. Iqbaal sama Ana 'kan?" Pelangi memutar kepalanya, melihat objek yang dilihat oleh Bella. "Kemaren sama Vina, sekarang sama Ana. Playboy abiz."
"Heh, peleh. Udah berapa kali gue ingetin, Vina itu soadaranya. Kalo Ana ini baru pacarnya. Terus apa tadi? Playboy? Lah Iqbaal perasaan baru gandeng Vina ama Ana dah." Ucap Pelangi.
Bella mengangguk, tapi, tunggu. "Lo.. Barusan bela Iqbaal?" Tanya Bella sambil memincingkan matanya.
Pelangi terkesiap. "E-eng-enggak," Pelangi menggeleng idiot. "Udah ah. Apaan si."
Bella tertawa kecil. "Eh eh, liat deh, si Ana pergi sambil kayak kesel gitu woy. Iqbaal-nya malah kayak santai gitu lagi.
Pelangi melihat Ana keluar dari tempat ini dengan kesal, lalu matanya menatap Iqbaal yang sedang merokok.
Deg!
Matanya dan mata Iqbaal terpaut. Mulut Iqbaal mengeluarkan asap putih.
Pelangi melihatnya,
Didalam mata Iqbaal, terdapat kesedihan didalamnya. Bella yang melihat eyes contact antara Iqbaal dan Pelangi mempunyai inisiatif meninggalkan Pelangi.
Bella beranjak dengan perlahan lalu melangkah dengan pelan meninggalkan mejanya dan Pelangi.
Pelangi tersadar lalu mengalihkan pandangannya. Dan betapa terkejutnya ia saat Bella sudah tidak ada didepannya.
Drt.. Drt..
Bella: Selamat berduaan sama Iqbaal yakk!! HAHAHAHAHA
Pelangi: Tai lo sialan
Pelangi mendecak kesal dengan pandangan masih ke handphonenya. Tunggu, Pelangi mencium aroma sesuatu..
Ini aromaa..
Asap rokok.
Ya, asap rokok.
Pelangi mengadahkan kepalanya dan melihat Iqbaal sudah berada didepannya.
"AAA LO NGAPAIN DISINII!!" seru Pelangi refleks. Iqbaal langsung menutup mulut Pelangi lalu menatap semua pelanggan tatapan meminta maaf. "Mmmphhh!!"
"Heh, cempreng. Lo jangan malu-maluim gue dong." Ucap Iqbaal kesal.
"Mmmpphhh!!" Balas Pelangi tidak jelas. Tapi telunjuknya menunjuk-nunjuk tangan Iqbaal yang membekapnya.
Iqbaal melepas bekapannya. Lalu kembali duduk dengan rapih.
"Kalo lo mau duduk disini, buang dulu rokok lo! Gue gak mau kena virus ya." Ucap Pelangi.
Iqbaal memutar bola matanya lalu mematikan rokoknya. Tangan kanan Iqbaal terangkat memanggil pelayan.
Pelayan mendekat. "Ada apa, mas?"
"Kopinya sa-"
"Susu anget aja mas. Yang Vanilla satu. Itu aja, makasih." Potong Pelangi. Iqbaal menatapnya dengan alis bertaut. Pelayan mengangguk.
"Eh apaan si. Gue ga suka susuu. Kayak anak kecil aja." Iqbaal mendecak kesal.
"Tapi susu lebih sehat daripada kopi, Dhiafakhri."
"Terserah lo aja ya, Valeria."
Setelah itu Hening.
Sampai pesanan Iqbaal datang pun mereka tetap hening.
"Diminum tuh mumpung masih anget." Pelangi menunjuk susu itu dengan dagunya.
Iqbaal mengambil gelasnya lalu memutarnya. Mencium aromanya. "Ya Allah, Iqbaal. Minum aja sih apa repotnya. Enak kok enakkk." Gemas Pelangi.
Iqbaal mencicipnya sedikit. "Asem." Komentarnya.
"Eh palalu gendut asem. Manis lah itumah. Kalo asem itu gara-gara lo keseringan ngerokok. Makanya berenti ngerokok. Tobat. Juz Amma aja lo belom tentu apal kan." Cibir Pelangi.
Iqbaal mendelik kesal. "Iya, Mamah Pelangi."
Pelangi terkekeh kecil mendengar Iqbaal memanggilnya dengan Mamah Pelangi.
"Perasaan panggilan lo ke gue banyak banget deh. Mamah Pelangi lah, trus tadi pagi apa tuh, Mak?"
"Iya mak. Mak cempreng." Pelangi melotot. Iqbaal tertawa melihat reaksi Pelangi. "Yaudah gue panggil lu, sayang."
"Dih siapa lu."
"Calon pacar lo kan."
"Ngarep."
"Emang."
**
Jum'at, 25 September 2015
20:34 WIB.
a/n: i know this chapter is very very short. I'm sorry

KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi ✖ idr
FanficPelangi. Sebuah fenomena alam yang sangat indah. Semua orang menyukainya. Sangat menyukainya. Termasuk aku, gadis yang mempunyai banyak warna di hidupnya. ©2015 by cthxidr