Chase for Happiness

258 32 5
                                    

Embun pagi masih tampak terlihat dengan jelas di kaca toko, yang dibaliknya terlihat sebuah CD dan Merchandise dari Sleeping with Sirens band. Yap, mereka mengeluarkan album baru bertakjub "Madness" tahun ini.

Kriiing~

"Selamat pagi, selamat datang di Kellin CD's & Merchandise" kata Chi menyambut pelanggan pertama hari ini.

Orang yang duduk di balik meja kasir itu bernama Archibald Eamon atau biasa dipanggil dengan Chi. Seorang pengantin muda berkulit putih dengan tinggi 180 cm. Mempunyai rambut bergelombang sebahu berwarna coklat tua yang diikat kebelakang. Tidak begitu tampan, tapi entah mengapa dia bisa mendapatkan pasangan yang mempunyai paras yang begitu cantiknya. Ia bekerja sehari-hari sebagai kasir di toko CD dan Merchandise. Ia telah lama bekerja di situ, setidaknya delapan tahun terakhir ia habiskan untuk duduk di meja kasir itu. Tahun ini ia telah berumur dua puluh delapan tahun. Jadi setidaknya ia telah bekerja di toko itu sejak berumur dua puluh tahunan. Pekerjaan yang tidak begitu menghasilkan uang memang tapi setidaknya ia telah melakukan pekerjaan yang halal.

"Oy kak ini aku, Bliss," sahut perempuan itu.

Adiana Bliss, atau biasa dipanggil Bliss adalah adik perempuan dari Chi. Seorang siswi SMA yang berada di akhir tahun kelas tiga. Berkulit putih dengan tinggi 175 cm. Mempunyai rambut lurus sepunggung dengan warna coklat keemasan yang membalutnya.

"Eh Bliss, ada apa pagi-pagi kemari? Kamu engga sekolah?" tanya Chi.

"Eh gini kak. Anu..." Bliss terlihat sangat kebingungan.

"Kamu minta uang jajan? Bukannya tadi udah aku kasih uang jajan?" gumam Chi.

"Aduh kakak, aku engga minta uang jajan. Gini, tadi aku kepergok eh bukan kepergok, tadi aku cuman pegangan tangan aja," kata Bliss.

"Kamu kepergok pacaran lagi di sekolah? Udah berapa kali kakak bilang kalau jaga sikapmu di sekolah, udah berapa kali coba? Ini udah dua kalinya dalam sebulan lho kakak dipanggil ke sekolah. Kamu engga kapok? Kakak capek woy ngurusin masalah kamu, urusan kakak juga engga kamu aja. Kakak juga harus ngurus keluarga, ngurus toko ini, ngurus masa depan kamu juga. Ayolah, udah berapa kali kakak nasehatin kamu tapi kamu engga berubah juga," tandas Chi dengan muaknya.

"Maaf kak, Bliss janji gak bakal ngulangin lagi deh," ujar Bliss dengan air mata yang berlinang di matanya.

"Apa katamu? Janji? Udah deh, kakak udah engga percaya janji kamu lagi. Kali ini kakak engga mau ke sekolah. Urusin sendiri masalahmu, kakak udah bodoh amat sama kamu. Lagian kamu juga sekarang udah di akhir tahun kelas 3. Bukannya belajar biar lulus eh malah pacaran. Goblok tau engga! Hush, hush! Pergi sana, males kakak liat muka kamu lagi. Apa kata mama sama papa kalau liat kelakuanmu kayak gini sekarang," ucap Chi dengan wajah yang merah padam.

Bliss berlari ke luar toko dengan air mata yang masih berlinang. Pagi yang hening nan sejuk kali ini dihiasi dengan momen yang sangat tidak tepat. Sebenarnya ada sedikit rasa bersalah di hati Chi setelah tersadar apa yang barusan ia lakukan pada adik semata wayangnya. Chi ingin mengejar dan mengatakan minta maaf tapi sudah terlambat, Bliss sudah berlari terlalu jauh. Ia ingin melupakannya tapi tidak bisa, kejadian barusan masih terasa jelas dan segar di otaknya. Seperti bara api yang baru saja ditempelkan pada hati. Panasnya masih terasa menyiksa di hati maupun pikirannya.

Sebenarnya, akhir-akhir ini Chi mempunyai keinginan untuk berlibur layaknya orang-orang pada umumnya. Ia ingin berlibur ke luar negeri seperti pergi ke Hawaii, Paris, ataupun Jepang. Ia sudah cukup muak dengan rutinitas hariannya dan juga keadaan kota, serta keadaan sosialnya dengan masyarakat yang cukup rumit. Suasana kota yang sangat membosankan, tak ada tempat untuk berlibur, tak ada tempat untuk memanjakan mata. Kota ini bagaikan kerikil yang tak berguna, sungguh membosankan untuk tinggal disini. Apalagi masyarakat kota ini sangat menyebalkan, semua orang benar-benar tak peduli terhadap sesama. Chi hanya ingin merasakan kebahagiaan sekali dalam seumur hidupnya, ia sangat bosan dengan segala yang ia hadapi. Kemonotonan dalam hidupnya seolah menggerogoti hatinya yang semakin terkikis oleh keadaan kota ini. Hanya Tuhan yang tahu mengapa ia harus menciptakan kota layaknya sampah seperti ini.

Tapi Chi juga berpikir, bagaimana dia bisa sampai kesana? Keuangannya pun juga sangat terbatas. Untuk makan sehari-hari mungkin bisa diatasi, tapi untuk perjalanan yang sangat jauh? Untuk menyewa hotel ataupun villa? Biaya berlibur di sana juga tak semurah yang ia kira, dan bagaimana jika ia kehabisan uang di sana? Itu masih menyisakan tanda tanya yang sangat besar di hatinya. Ia berpikir untuk menggunakan uang yang sudah ditabungnya sejak kecil. Tapi itu tidak mungkin. Lagi pula apa keluarganya juga akan setuju dengan keinginanya? Menghabiskan sisa tabungan hanya untuk berlibur dan tanpa memikirkan masa depan keluarga. Kali ini Chi benar-benar kebingungan untuk memikirkanya. Mungkin setidaknya ia harus mencoba untuk bertanya pada mereka.

Kriiing~

"Eh, selamat pagi dan selamat datang di Kellin CD's & Merchandise" ucap Chi ketika tersadar bahwa ada pelanggan yang datang.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Akhir cerita part 1.

Mohon maaf jika cerita tidak sesuai dengan ekspetasi anda.

Hargai usaha Author dengan meninggalkan komentar ataupun vote, terserah yang terpenting jangan menjadi silent readers. ^^

Cheers~

Meet the PoseidonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang