Chapter 2 [end]

202 13 14
                                    

Chapter terakhir dari cerita "Devil's Human Companion" . Jika anda ingin memberi saran silahkan tinggalkan jejak anda di kolom komentar

Happy Reading...

Luna berbaring di ranjangnya, asramah yang dia tempati sangat kecil hanya ada kamar tidur dan kamar mandi saja. Tidak ada tempat yang nyaman selain ranjangnya. Luna menatap langi langit atap asramahnya sampai dia menyadari kedatangan Pangeran Beelzebub ditengah-tengah ruangannya lalu menarik kursi di depan meja belajar mendekatkan diri disisi Luna.

"Paman iblis, apa tanggapan loe tentang cerita Kiai tadi?" Luna melirik Iblis itu yang duduk dikursi dengan santainya.

"nona, tidak ada lagi yang harus di tanggapi karena semua itu sudah jelas" Luna mengernyitkan dahinya mendengar jawaban paman iblisnya.

"jadi loe memang suka dengan wanita pezina?" kini luna bangun berganti duduk menatap Iblis itu intens namun Iblis itu sama sekali tidak terganggu. Iblis itu selalu saja tersenyum manis kepada manusia yang sudah menjadi takdirnya untuk ia hasut.

"yappss"

"jadi loe juga akan menyetubuhi manusia yang tidak berdoa sebelum bersetubuh?"

"itu favorite saya, jika kelak nona mempunyai suami dan tidak berdoa sebelum bersetubuh, saya akan menyetubuhi nona" Tarendra tersenyum smirk menatap sang nona.

"dasar MESUM!!" Luna menyambar bantal melemparkannya tepat di wajah Tarendra. Sergap iblis itu menangkap bantal itu dan dijadikan sanggahan kepalanya.

"Paman" luna kembali berbaring menginga-ingat ucapan yang disampaikan Kiai tadi.

"hmmm" Tarendra menghampiri nonanya menyusul berbaring di samping sang nona. Luna sudah terbiasa dengan hal itu, dia memiringkan tubuhnya menghadap Iblisnya yang juga berbaring disampingnya.

"seminggu lagi Ramadhan, apa itu artinya loe akan pergi?" iblis itu tersenyum mendengar ucapan nonanya, iapun memiringkan tubuhnya menghadap Luna yang sedari tadi menatapnya.

"bukankah setiap tahun sudah seperti itu nona?, mengapa? Nona tidak rela saya pergi?" Tarendara tersenyum menyeriangi. Favoritenya adalah membuat nonanya jengkel karena kata-tanya, dan setiap kali nonanya jengkel dia pasti akan memukul atau pelempar Tarendara. Pukulan Luna sudah menjadi candu bagi Tarendra, entah sejak kapan perasaan itu muncul. Tarendra bahkan tidak menyadari bahwa perasaan yang menggebrak jantungnya sudah berkembang biak. Tarendra pernah berusaha menyangkal perasaan tak lazim itu, namun ia sadar ia tidak dapat keluar dari jeratan yang dibuat oleh perasaan itu, dia semakin terjerumus.

"gue... gue ingin loe tetap di sisi gue"

Deubbb!

mata Tarendra terbelalak mendengarnya, ia tidak menyangka jika Luna akan menjawab seperti itu. Dia fikir setelah berkata seperti itu Luna akan marah dan langsung memukulnya seperti biasa.

Jantungnya langsung berdetak hebat, Ini di luar dugaan fikirnya. Tangan Iblis Bael itu memegang pipi Luna, Tarendra juga tidak tahu mengapa ia melakukan hal ini, dia hanya tidak ingin melihat Luna sedih seperti sekarang. Dia tidak bisa mengabulkan keinginan nonanya untuk tetap tinggal.

Sentuhan Tarendra sangat lembut, Luna memejamkan matanya menikmati usapan demi usapan ibu jari Paman Iblisnya. Nyaman batin Luna.

Devil's Human CompanionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang