Biar Kata karung Berjalan

5.5K 242 21
                                    

Pilihan akan selalu memiliki resiko, tapi apapun resiko yang kita dapatkan, yakinlah pada pilihan itu yang mejadikanmu menuju suatu keamazingan hidup yang selama ini belum perna kau tahu. seperti itulah yang dialami seorang ALAINA FIRNASH, gadis 25 tahun yang baru menemukan keindahan dalam menjaga sesuatu yang akan tampak indah bila sesuatu itu dibingkai sesuai perintah Sang Illahi Robbi.

**

"Kamu itu nduk, mau cari yang bagaimana lagi ? sudah dikasih orang baik kayak gitu kok masih nolak. ibu gak ngerti nduk sama kamu. ibu capek dengerin gunjingan orang orang mengenai dirimu yang sampai usia 25 tahun belum menikah menikah juga. temanmu saja sudah menikah semua, bahkan ada yang sudah mempunyai 2 anak. ibu ini sudah tua nduk, bagaimana jika ibu dipanggil Gusti Allah menyusul bapakmu sebelum kamu menikah ?" keluhan seorang ibu setengah baya itu kepada anaknya.

"Sudah tho bu, mungkin memang Mas Rendi itu bukan jodoh Aina. Insyaallah, Allah pasti menyiapkan jodoh yang lebih baik lagi buat Aina. ibu ndak usah dengerin omongan tetangga. perkara jodoh itu urusan Allah, Aina sebagai hambaNya cukup bisa berusaha dan doa saja, setelah itu serahkan urusan jodoh sama Gusti Allah bu. Ibu jangan ngomong gitu ah, ndak baik. do'a kan saja anak ibu ini lhang cepat ketemu jodonya." mendengar kata kata anak perempuan satu satunya itu, Bu Hasna sudah tak mampu mengeluarkan kalimatnya lagi. perempuan setengah baya itu hanya bisa menghembuskan nafas berat saja memikirkan anak gadisnya yang belum kunjung kedatangan jodoh.

Tapi sesaat seperti tersadar, Bu Hasna kembali menatap Aina anaknya yang kembali focus pada mesin jahitnya dan melanjutkan menjahit pakaian pakaian pesanan pelanggan, yang selama 1 tahun terakhir ini menjadi penghasilan utama keluarganya.

"Tapi nduk, ibu tetap gak habis pikir. kenapa dirimu dengan bodohnya menolak lamaran dari nak Rendi itu. padahalan syarat nak Randi kan cuma mau kamu mengecilkan kerudungmu dan mengganti gemis lebarmu itu dengan pakaian yang lebih modis, supaya ndak terlalu besar seperti buntelan karung berjalan. toh dia juga gak sampai menyuruh melepas kerudung mu itu kan ? sekarang kan lagi senter senternya teroris nduk, mungkin nak Rendi takut kamu dikatain seorang teroris dengan kerudung dan jilbab lebarmu itu."

Mendengar suara ibunya yang kembali membahas kejadian 2 hari yang lalu tentang pembatalan lamarannya, membuat Aina menghentikan langsung gerakan pada mesin jahitnya.

"Ibu, Aina kan sudah bilang. Aina tidak akan mengecilkan kerudung Aina ataupun mengganti gemis Aina dengan pakaian yang katanya lebih modis itu, apalagi sampai menanggalkannya. Na'udzubillah, Aina ingin menyempurnakan hijab Aina bu, inilah yang diperintahkan Gusti Allah. jika memang mas Rendi itu adalalah calon suami yang baik buat Aina, pasti mas Rendi tak bakal menyuruh Aina melakukan hal yang seperti itu. kan selama Aina memakai gak pernah kan bu ada yang ngatain Aina teroris. dan yang terpenting Ibu percaya pada Aina" katanya kepada ibunya dengan suara yang tetap lembut dan senyuman ketulusan yang ditujukan kepada sang ibu yang telah melahirkannya kedunia ini.

Mengingat perjalanan hidupnya selama 25 tahun ini, dan 1 tahun lalu tepatnya dia mulai mengazamkan diri untuk pakaian taqwanya itu. seperti menjadi kekuatan tersendiri bagi Aina untuk tetap istiqomah mengenakan pakaian taqwanya ditengah tengah kehidupan yang asing bagi orang orang yang menggenggam teguh diennya. 1 tahun yang lalu dia dipecat oleh perusahaan tempat ia bekerja karena perubahan pakaian yang dikenakannya.

Tapi itu tak membuat Aina kembali pada pakaian nya yang dulu, dia tetap mempertahankannya hingga dia ditolak berkali kali dari perusahaan tempat dia melamar pekerjaan pasca dikeluarkannya dia dari tempat kerjanya. sampai penolakan lamaran oleh seorang laki laki yang juga dikarenakan masalah pakaiannya itu.

CLT (Cerita Langsung Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang