Bab 04.

1.8K 192 22
                                    

Sepasang sepatu yang disiapkan Ash untuk dia pakai ke pesta perayaan ulang tahun pernikahan Rudolf Hans terlihat mengkilap disetiap ayunan langkahnya. Tuksedo lengkap yang dia pakai pun sangat elegan, senada dengan postur tubuh dan tingginya yang proporsional.
rambut yang tersisir rapi ke belakang pun menambah indah parasnya yang juga dihias iris zamrud yang berkilat tajam di setiap tatapannya.

"Selamat datang, bisakah saya melihat undangan anda?" Ujar penyambut tamu undangan yang berdiri entah sejak kapan di depan pintu masuk, memberi salam dan mengecek undangan yang dibawa oleh tamu-tamu yang datang. Dia tidak ingin ada satu orang pun tamu ilegal yang masuk tanpa undangan.

"Terima kasih dan selamat datang Mr. Arguandral."

Setelah selesai mengecek undangan yang dibawa oleh pria yang dia sebut Arguandral itu, dia pun membuka pintu—akses menuju ke acara yang orang itu hadiri.

Pria itu ... pria dengan iris zamrud yang berkilat tajam itu bernama Neo Arguandral. Bocah yang dulu kehilangan segala yang dia miliki namun kini, bahkan dunia pun ada dalam gengamannya.

Neo berjalan tanpa melilhat ke kanan maupun kiri, melewati beberapa orang yang dia lewati tanpa bertegur sapa seolah mereka tak saling mengenal satu sama lainnya. Tidak. Bukan karena dia tidak mengenal orang-orang itu tapi karena dia lebih memilih diam dan memperhatikan, dia tidak ingin terlibat dengan siapapun di sana.

Kini dia di sini, bersama orang-orang dengan kasta tinggi yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya.

Padahal dulu dia sangat miskin, sampai tak ada satu orang pun yang menghargainya. Bahkan orang-orang selalu memandangnya jijik hanya karena dia selalu berpakaian lusuh dengan penampilan kotor dan tak sedikit orang yang menganggap kalau dia tak layak untuk dikasihani.

Jangankan untuk diterima di tempat seperti ini, berharap mendapat tempat berteduh yang layak saat hujan pun dia tidak bisa. Tapi sekarang lihat dia,
dia bisa mendapatkan apapun yang dia mau. Bukan hanya sepotong roti untuk makan malam, bahkan tempat kumuh yang dia inginkan sebagai tempat berteduh pun, sudah berubah menjadi istana mewah yang diidamkan setiap orang.

Tidak ada lagi ladang jagung maupun gandum yang penuh ilalang juga serangga. Tidak ada lagi kandang babi atau mengangkut kotoran sapi ke ladang untuk dijadikan pupuk.

Tak ada lagi pakaian lusuh, robek dan bau. Tak ada lagi sapatu kebesaran dengan sol yang rusak. Tidak ada ... tidak ada lagi hal-hal seperti itu yang membuatnya dihina siapapun lagi sekarang. Bahkan, setiap orang yang bertemu dengannya mampu menundukkan kepala di hadapannya. Memujanya. Dan mencium sepatu kotornya tanpa dia minta.

Sepasang iris zamrud Neo memperhatikan seluruh ruangan besar yang sudah dipenuhi undangan yang datang malam itu.

Ruangan besar yang didekorasi sangat megah itu terlihat mengangumkan dengan interior mewah yang benar-benar mencerminkan kasta seseorang.

Terlihat ada beberapa patung yang dipahat oleh pemahat terkenal pada zamannya, mempercantik sisi demi sisi ruangan tersebut.

Di sana, ada satu patung yang membuat Neo terpukau. Sebuah patung yang di letakan di tengah ruangan, berkuran cukup besar dan terlihat menonjol dibandingkan patung lainnya yang sering dia lihat di musium-musium.

Itu adalah THE KISS.

The Kiss adalah patung terkenal yang dipahat oleh Auguste Rodin. Seorang pria dari Prancis yang berhasil memahat patung indah dengan kisah tragis yang ada di dalamnya. Patung yang juga menceritakan tentang syair Dante's Inferno.

Egoist✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang