BaB 05

1.2K 172 13
                                    

Perlahan, gadis itu mulai membuka matanya saat Neo masih duduk di sudut sofa pada kamar rawat inap VIP yang dia pesan.

Di malam yang sama, saat dia baru saja menemukan sedikit celah untuk masa lalunya, tiba-tiba gadis ini datang dan menabrak Neo.

Bukannya minta maaf untuk perlakuan tidak sopannya, gadis itu malah pingsan dan membuat Neo harus membawanya itu ke rumah sakit. Bukan hanya itu, jas mahal yang Neo pakai pun harus dia relakan basah oleh wine yang ikut tumpah hingga gelas itu pecah dan menggores sepatu yang sudah dipoles sangat mengkilap oleh Ash sebelumnya.

"A—aku ada di mana?" gumam gadis itu saat berhasil membuka mata dan mendapati dirinya berada di ruangan penuh dengan nuansa putih juga uap yang dihasilkan oleh alat pelembab ruangan yang ditaruh tepat pada nakas samping ranjang tempatnya berbaring.

"NHS Tayside Hospital. Dan sudah dua jam kau tidur."

Mendengar suara dari orang yang tidak dia kenal sama sekali, gadis ini langsung terlonjak dan terduduk seketika di ranjang. Menatap Neo yang entah sejak kapan ada di sana—di sofa itu—duduk sambil memandanginya yang sedang tidur. "Si—siapa kau?"

"Orang yang sudah dengan sukarela membawamu ke rumah sakit setelah pakaiannya kau rusak." Jawab Neo santai.

Tidak mengerti, gadis berambut ikal pendek setengkuk ini hanya menautkan sepasang alisnya saat Neo berkata demikian. Tapi ketika dia sadar kalau Neo hanya memakai kemejanya tanpa jas, gadis ini ingat apa yang dia lakukan sebelum kepalanya terasa seperti berputar. Juga tentang jas yang tersampir di sofa yang sama di mana Neo duduk.

"Umn ... itu, aku...."

"Karena kau sudah sadar, kau bisa bayar biaya rumah sakit ini dan tolong ganti jas yang sudah kau tumpahi wine di sana itu, " Tunjuk Neo pada jas miliknya yang tersampir di punggung sofa sambil berdiri.

"Ap—apa?"

"Dan kalau sudah selesai, kau bisa titipkan jas itu pada resepsionis rumah sakit ini, biar nanti orang suruhanku yang mengambilnya." Tambah Neo.

"He—hei. Aku tidak bilang kalau aku mau melakukan perintahmu!"gadis itu turun dari ranjangnya, bergegas menghampiri Neo dan menyentuh lengan kemeja pria itu. Tapi tenaga yang dia keluarkan terlalu besar sampai-sampai lengan kemeja yang dipakai Neo robek dan memperlihatkan otot lengannya yang kekar.

Bergeming. Hanya itu yang dilakukan Neo saat sadar kalau gadis yang dia tolong malah membawa bencana untuknya. Bukan hanya jas miliknya yang rusak terkena tumpahan wine, bahkan sekarang kemeja-nya pun robek.

"A—aku tidak...,"

Tak ada respon apapun dari Neo. Pria beriris zamrud itu hanya melihat bergantian pada pakaiannya yang hancur dan gadis arogan yang ada di hadapannya sekarang.

Dia memang sering bertemu wanita, mendapat banyak rayuan hanya untuk dapatkan uangnya, tapi gadis ini ... entah apa yang diinginkanya dengan berbuat begini? Membuatnya kacau? Sungguh tidak pernah terpikir olehnya jika dia harus berurusan dengan wanita arogan semacam ini.

"Minggir!" Ucap Neo dengan nada sangat datar dan tatapan dingin yang menusuk. Membuat gadis itu gemetar, bergeser satu langkah ke belakang, membuat gaun yang dipakainya nyaris kembali terinjak dan membuatnya nyaris jatuh lagi tapi dia berhasil mengendalikan dirinya agar tetap berdiri tegak untuk menatap takut pria dihadapannya saat ini.

"Tidak!" ucap gadis itu lantang, "aku tidak mau pergi sebelum kau tanggung jawab!"

"Hah?" Neo menganga.

"Ga—gara-gara kau aku ada di sini! Dan gara-gara kau juga aku dipermalukan di pesta ulang tahun pernikahan Rudolf Hans malam ini!"

Neo tak lagi merespon apapun. Dia hanya menjilat bibirnya karena sebenarnya dia tidak paham arah pembicaraan gadis di depannya ini. Barusan itu bukannya sudah jelas kalau dia meminta gadis itu untuk membayar biaya rumah sakit yang sudah dia dapatkan juga membayar biaya ganti rugi untuk jas yang dia rusak? Lalu kenapa sekarang gadis itu malah meminta ganti rugi untuk hal yang tidak dia mengerti.

Menghela napasnya panjang, Neo merasa kalau gadis ini akan membuat masalah lebih banyak untukny—

"Wah, wah, wah...," Ash menyentuh dasi yang dipakai Neo, membenarkan letaknya yang sedikit miring dan mengencangkannya hingga terlihat rapi seperti saat dia memakaikannya sebelum Neo ke luar dari rumah, mengabaikan lengan kemeja Neo yang sudah terkoyak oleh tenaga gadis berambut ikal di antara mereka, "anda tidak boleh sekasar itu pada perempuan, Tuan. Apalagi dia gadis yang sangat cantik." Lanjut Ash sambil tersenyum.

"Si—siapa kau? Sejak kapan kau ada di sini?" tanya gadis itu histeris.

Dia tahu kalau sejak tadi dia hanya melihat pria itu di sana. Tapi tiba-tiba ada orang lain di antara mereka. Seorang pria dengan paras yang sama tampannya dengan pria pertama yang dia lihat setelah dia membuka matanya.

"Saya? Sejak tadi saya berdiri di sana," tunjuk Ash pada sudut tepat di sebelah Neo, "anda saja yang tidak terlalu memperhatikan saya di sana sejak tadi."

"Ti—tidak mungkin, aku tidak melihatmu di sana tadi. Aku—aku hanya meli—"

"Aku tidak mau berurusan dengan anak kecil, bawa dia pulang ke rumahnya. Setelah itu pastikan kau menemuiku Ash." Potong Neo, melirik gadis itu sejenak kemudian bergerak menjauh dari tempatnya berdiri.

"Baik."

"Hei, kubilang tunggu? Kau harus tangg—" Ash menahan gadis itu dengan menginjak gaun yang masih dia kenakan. Kelakuan Ash sukses membuat gadis itu nyaris kembali tersungkur, tapi beruntung dia bisa kembali mengendalikan tubuhnya agar tidak mencium lantai di bawah sana.

"Bisa beritahu saya di mana anda tinggal, Nona?"

"Apa-apa sih kau?! Bagaimana kalau aku jatuh dan wajahku rusak."

"Apa wajah anda sudah rusak?" tanya Ash dengan nada mengejek.

"Grrr! Kau itu ... lepaskan aku!" perintahnya sambil mencoba menarik gaun yang diinjak oleh Ash, tapi tidak berhasil. Ash hanya diam, tersenyum, tanpa melepaskan kakinya dari gaun tersebut.

"K—kau ini siapa, sih?" dia mulai kesal.

"Namaku Ash."

"Ash...?" ucapnya ragu, karena sebenarnya bukan jawaban itu yang diinginkan Nana. Dia hanya ingin mendengar siapa bukan bernama apa, "lepaskan aku atau kulaporkan kau pada kakakku!" ancam gadis itu dengan kemarahan yang sudah memuncak. Tapi Ash malah tersenyum santai menanggapi.

"Baguslah, kalau begitu saya tidak perlu repot mengantarkan anda pulang. Silakan telepon saudara anda untuk menjemput anda di sini juga untuk membayar semua kerugian yang anda berikan pada tuan saya."

Membeku. Gadis itu seperti mencoba mencari alasan untuk tidak melakukan hal tersebut. "P—ponselku, tidak ada," ujarnya kebingungan, "orang itu ... orang itu pasti mengambil ponselku! Kau harus membantuku untuk bisa mengambil pon—"

"Sayang sekali, tapi sejak Tuan Arguandaral membawa anda ke rumah sakit ini, anda tidak memiliki identitas apapun." Gadis itu menelan ludahnya dengan wajah takut yang membuat wajahnya pucat.

"A—itu,"

"Saya juga sudah mengecek kalau anda adalah tamu ilegal di pesta ulang tahun pernikahan Rudolf Hans. Saya juga sudah tahu kalau gaun yang sedang anda pakai ini adalah salah satu koleksi Meer Hans, istri dari Rudolf Hans. Anda ju—"

Tanpa menunggu Ash menyelesaikan kalimatnya, gadis ini hanya menggigit bibir bawahnya lalu menarik gaun yang diinjak Ash sekuat tenaganya hingga robek, kemudian melarikan diri. Berlari sekencang yang dia bisa, tanpa peduli dia menabrak siapa di sana.

"Astaga ... tuanku pasti akan membunuhku kalau sampai dia tahu anda melarikan diri seperti ini, Nona." Ash menyentuh dahinya, menggosok sebentar dahinya hingga terlihat sedikit kemerahan sebelum akhirnya tersenyum hampa saat tahu pekerjaannya tidak akan mudah malam ini.

Egoist✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang