Bab 06

1.6K 169 39
                                    

Nana, gadis berambut ikal pendek setengkuk itu terus berlari sambil mengangkat gaun yang dia pakai agar dia bisa lebih leluasa bergerak. Dia ingin sekali merobek gaun itu agar dia bisa leluasa bergerak, tapi sekali lagi ... itu bukan gaun miliknya seperti yang dikatakan Ash tadi.

Setelah berhasil kabur dari pria yang tidak dia kenal, Nana terus berlari ke luar dari rumah sakit. Dan betapa terkejutnya dia saat melihat orang pertama yang sudah meninggalkan dia bersama pria yang dia tinggalkan di dalam rumah sakit semegah ini.

"Dia pikir kakak mau memberikanku uang untuk membayar biaya di rumah sakit sebesar ini, apa?" gerutu Nana sambil terus berlari sambil sesekali melihat ke belakang dan berharap pria tadi tidak mengejarnya.

Sial sekali rasanya. Padahal Nana datang ke pesta itu untuk makan dan minum sepuasnya, tapi ... karena dia terlalu senang disuguhi minuman bermerek dan berharga mahal dengan rasa yang sangat nikmat, dia jadi terlena ... sampai dia lupa kalau kakaknya juga akan datang ke tempat itu.

Gah! Padahal dia ke sana hanya ingin tahu bagaimana orang-orang kaya melakukan pesta. Tapi dia malah tergoda saat masuk melalui pintu belakang dan dibuat kagum oleh rumah orang kaya tersebut dan kaki bodohnya malah membawanya masuk ke sebuah ruangan tempat istri dari pemilik rumah itu menyimpan hampir seluruh koleksi gaun miliknya.

Karena penasaran dan merasa gaun itu terlalu banyak untuk dibiarkan terlantar, akhirnya Nana memutuskan untuk mengambil satu dari sekian banyak gaun yang tergantung di ruangan tersebut. Memakainya dan berbaur bersama undangan yang ada.

Dengan penuh semangat, dia mulai mengambil banyak gelas wine yang disuguhkan pelayan pada tamu undangan setelah dia ikut masuk ke dalam pesta tersebut sebagai tamu yang tidak diundang, makan kue-kue enak dan berdansa seperti para putri raja selalu lakukan.

Dan sekarang, setelah semua kejadian ini, sungguh ... dia sangat takut mengetahui bagaimana wajah kakaknya nanti.

"Sudah puas berjalan-jalannya?"

Nana mengehentikan langkahnya saat dia mendengar suara itu lagi. Dia pikir dia sudah meninggalkan pria bermata keemasan itu di kamar terakhir dia meninggalkan gedung rumah sakit di belakangnya. Tapi ... kenapa orang itu ada di sini? Di depannya?

"Ba-bagaimana bisa kau ad-?"

"Tidak baik kalau anak gadis berjalan sendirian tengah malam seperti ini." Ash bicara sambil tersenyum, berjalan mendekat ke arah Nana yang mundur beberapa langkah darinya dengan wajah pucat.

Pria itu memang terlihat sangat tampan dengan rambut hitam dan tinggi semampai yang indah. Bahkan tubuhnya yang terbalut tuksedo khas para bulter pun terlihat indah saat dia kenakan di sana pun Nana tidak melihat goresan atau kerutan berarti seolah pria itu benar-benar menjaga penampilannya sebaik yang dia bisa. Tapi, ada yang tidak biasa pada pria itu.

Meski wajah dan penampulannya terlihat baik-baik saja, namun sepasang bola matanya terlihat berbeda dari orang kebanyakan. Sepasang bola mata pria itu berwarna keemasan, berkelat indah di tengah gelapnya malam namun Nana melihat itu sebagai kengerian.

"Tunggu, aku bisa jelaskan semuanya," Nana mencoba membela diri, "kau tahu ... aku tidak membawa uang untuk membayar biaya rumah sakit sebesar ini, jadi ... jadi aku-"

"Hmn?" Ash mengguman sendiri, menaruh tangannya di dagu sambil melihat penampilan gadis di depannya sangat tidak kontras dengan apa yang dia katakan. Ash menelisik gadis berambut ikal pendek setengkuk di depannnya, "kalau anda tetap menolak membayar biaya rumah sakit, sayakan dengan sangat terpaksa mengantar anda pulang untuk meminta biaya ganti rugi pada keluarga anda karena tuan saya tentu tidakakan menerima penghinaan seperti ini." Ujar Ash kontan membuat Nana bergidik ngeri.

Tentu saja, jika dia pulang dan bertemu kakaknya, kakaknya akan tahu kalau Nana menyelinap, mencuri dan menyamar hanya untuk bisa masuk ke dalam pesta mewah orang lain, lalu sekarang jika dia tidak melakukan keinginan pria di hadapannya ini maka dia akan dijebloskan ke dalam penjara. Tidak! Tidak! Nana tidak mau kalau masa mudanya harus dia habiskan di dalam pengapnya penjara.

Melihat bagaimana wajah Nana yang ketakutan, Ash hanya terkekeh dengan sebelah tangan yang masih menempel pada dagunya.

"Jika anda merasa tidak bisa membayar semua kerugian yang sudah anda timbulkan untuk tuan saya, saya ada cara lain untuk membuat anda membayar semuanya." Ash menawari.

Mendengar penawaran yang diberikan Ash, wajah muram Nana berubah dan sepasang mata indahnya kembali berbinar terang.

"Ap-apa? Akan kulakukan kalau itu bisa membuatku menjauh dari kalia-maksudku ... kekacauan ini."

Ash menaikan sebelah alisnya sambil kembali tersenyum, perlahan dia menurunkan tangannya dari dagu kemudian melipat keduanya di dada.

"Baiklah kalau anda memaksa," ujar Ash, "karena saya menyukai propsorsional dan keseluruhan bagian dari tubuh anda, saya akan memberikan kontrak untuk anda tandatangani, kemudian anda bisa terbebas dari semua kejahatan yang anda sebut kekacauan ini." Lanjut Ash tanpa menghilangkan senyum di wajahnya.

Panik, entah yang dirasakannya benar atau tidak. Tapi Nana merasa orang di depannya sekarang sangat berbahaya.

Dada gadis ini naik-turun mengatur udara yang masuk dan keluar dengan cepat, keringat yang turun dari dahinya pun perlahan mengganggunya. Dia ketakutan, tapi dia tidak bisa melarikan diri. Sepasang mata berwarna keemasan milik Ash menatapnya sangat tajam. Itu seperti bukan mata seorang manusia, tapi sepasang mata yang biasanya dimiliki oleh seekor hewan buas yang sangat mengerikan. Bahkan wajah tersenyumnya sama sekali tidak menggambarkan kelemahlembutan.

Nana mengigit bibirnya gugup, dia memang tidak punya pilihan. Satu sisi kalau dia pulang sekarang kakaknya pasti akan membunuhnya untuk insiden malam ini, sementara tawaran yang diajukan pria di depannya sekarang mungkin tidak terlalu buruk.

Hanya bekerja dengan sebuah kontrak, bukan?

"Tapi tunggu dulu, tubuhku...?" ulang Nana untuk kalimat yang dia dengar dari Ash, "apa maksudnya dengan tubuhku? Kau ini bukan sindikat penjual perempuan, kan?" tanya Nana sambil memeluk tubuhnya seolah ingin menyembunyikan setiap bagiannya dari pria itu. Namu yang dilakukan Nana malah sukses membuat Ash tertawa sangat kencang.

"Hahaha ... sayang sekali, pekerjaan Tuan saya lebih terhormat daripada mejual perempuan ke luar negeri untuk dipekrjakan di rumah prostitusi atau dijadikan pelacur dengan bayaran murah agar bisa dinikmati oleh beberapa orang sekaligus."

"Lalu maksudmu apa, dengan mengatakan kalau kau tertarik dengan tubuhku itu apa?"

"Anda ini cerewet sekali, ya?" Ash mulai jengah, "kalau anda tidak mau pun tentu bukan masalah bagi kami, mungkin anda akan merasa lebih baik jika harus membayar seluruh biaya kerusakan yang anda timbulkan dari pada harus tinggal di kondominum mewah milik Neo Arguandral dan memenuhi kontrak dari saya."

Ucapan Ash seperti penawaran terakhir yang harus Nana ambil. Hanya saja dia tidak pernah tahu orang seperti apa yang akan menjadi majikannya nanti. Entah dia tidak seperti bayangannya atau ternyata Neo Arguandral itu adalah seorang hidung belang yang menyekap wanita-wanita lugu, muda dan cantik sepertinya hanya untuk dinikmati sendiri?

Sambil menelan semua ketidakpastian itu, Nana hanya bisa meneguk ludahnya paksa.

"B-baiklah, aku terima tawaranmu." Dia tidak punya pilihan.

"Cukup cerdas." Ucap Ash kembali membuyarkan pikiran Nana, "kalau begitu, anda bisa ikut dengan saya karena besok anda sudah harus mulai bekerja."

Nana mengerjap beberapa kali. Semudah itu? Hanya seperti itu? Pikirnya....

"Bagaimana dengan bayarannya?" Nana mencoba bernegosiasi. Setidaknya, mungkin dia bisa mendapat hal lain diluar tempat untuk tinggal dan makanan sampai hutangnya terbayar.

"Jika anda beruntung, anda akan mendapatkan sesuatu yang lebih pantas dari yang saya tawarkan." Jawab Ash masih dengan senyumannya yang menurut Nana mengerikan.

"Kenapa perasaanku tidak enak...?" Gumam Nana menyesali keputusan yang dia ambil.

Egoist✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang