Vanya POV
Aku terduduk malas di bangku panjang yang berada tepat di pojok lorong putih ini. Hiruk-pikuk keadaan di sekitar tak membuatku mengangkat tubuh tegap karena rasa kantuk yang begitu mendominasi pikiran. Bau bekas alchohol yang menusuk di sela indera penciuman pun tak sanggup membuat mata ini terbuka bahkan bau itu bagaikan sebuah nyanyian penuntun tidur untukku.
Namaku Vanya Gardenella, saat ini aku sedang menjadi seorang residen di sebuah rumah sakit swasta di Jakarta. Kehidupanku memang kadang sangat membosankan, karena aku diharuskan untuk berjaga hampir 24 jam tiap harinya di lingkup yang sama. Aku memang bertemu dengan bermacam-macam rupa namun yang mereka keluhkan terkadang membuatku jengah.
Sayangnya, ini adalah kehidupan yang memang harus kujalani karena perjuangan yang kulakukan untuk sampai tahap ini tidak mudah. Peluh keringat selalu menjadi teman setiaku di kala yang lain berteman dengan sekawan.
"Vanya!!" teriakkannya membuatku sedikit tersadar dari tidurku yang mungkin tidak dikatakan sebagai tidur yang sesungguhnya.
"Kamu kok malah tidur-tiduran di sini, kasihan itu punggung udah kecil nanti remuk lagi," ujar lelaki itu sambil mengelus puncak kepalaku mesra.
Nandan POV
Aku dapat melihat siluet nyata seorang wanita yang sedang menahan penatnya bekerja. Berada di dekatnya seperti ini membuatku ingin sekali memeluk tubuhnya, hanya untuk menyalurkan rasa bahagia karena dapat menatap tepat di manik matanya.
Terkadang aku merasa kasihan padanya, karena harus menguras banyak tenaga untuk keselamatan orang-orang yang bahkan tak dia kenal. Namun aku selalu bangga padanya karena dia sosok yang tak mudah menyerah, sekali dia menginginkan sesuatu maka apa pun akan dia lakukan.
Ah! wanitaku memang selalu menduduki tempat terhangat di dalam relung hatiku.
"Kapan pertandingannya mulai, Nan? Aku ngantuk banget ini, semaleman aku jaga UGD belum tidur sama sekali pula. Harus banget ya aku ikut nonton pertandingan kamu?" rajuknya yang membuat menahan rasa gemas agar tak menyentuh pipinya.
Namaku Nandan Andira, aku adalah salah satu pemain basket yang berasal dari Jakarta. Sore ini Aspac yang merupakan team basketku akan bertanding dengan CLS Knight yang berasal dari Surabaya. Aku memang sengaja mengajak wanitaku-Vanya, agar dia dapat melihat kehebatanku di tengah lapangan basket yang tidak terlalu luas menurutku.
"Kamu harus ikut, Vanya. Udah hampir 2 tahun aku di Aspac tapi gak pernah sekalipun kamu dateng buat liat aku tanding basket. Aku sering lho dapet poin, three point malah. Makanya, kamu harus pake banget liat aku sore ini."
"Oh, jadi kamu ngajakin aku nonton buat pamer doang ke aku. Iya iya aku percaya kamu jagoan. Udah ya, aku gak perlu ikut kamu tanding sore ini kan aku udah percaya kamu ja-go-an," ucapnya sambil menekankan kata jagoan itu.
Tanpa berpikir panjang dan tak ingin membuang banyak waktu, aku langsung menarik tangannya untuk kubawa ke dalam mobil yang terparkir tak jauh dari pintu masuk.
"Kok pake kekerasan gini sih. Nandaan Andiraaa!!" teriaknya.
Vanya POV
Saat adu tarik menarik yang dilakukan Nandan padaku tadi, akhirnya sampailah aku di sebuah tempat yang menurutku cukup menarik. Semua orang berteriak histeris ketika salah satu pemain sedang mencetak poin demi poin.
"Cuma gitu doang teriakkannya kenceng banget," batinku dalam hati.
Tersadar aku dari lamunan panjang saat ada seseorang dari belakang menyematkanku sesuatu seperti kalung namun jelas bukan dari permata, terdapat kartu di sana. Dan aku terlonjak bukan main saat melihat tulisan di kartu itu Nandan Andira's women.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lantunan Rasa Cinta
RomansaKepingan-kepingan romansa cinta dari Vanya Gardenella dan Nandan Andira. Kupersembahkan untukmu semata. -Vanya Gardenella Aku lelah dengan semua perbedaan kita. Aku ingin menyerah, tapi aku bisa apa? -Nandan Andira Perbedaan kita memang terpaut memb...