- REACTION -

6.5K 525 29
                                    

Jimin POV

Aku melangkahkan kakiku menuju kantin, karena bel telah berbunyi.

Tidak ada lagi yang bersama denganku..

Kupesan makanan pada penjual kantin dan melihat ke sekeliling..

Tidak ada lagi yang mengisi hari-hari ku.

"Hey! Kemari!" Jungkook memanggilku dan aku tersenyum tipis.

"Kalian sudah lama di sini?" tanyaku sekedar membuka topik.

"Kau melihat Taehyung dan Yuki?" tanya mereka.

Mereka membuatku cemburu..

"Tidak. Aku tidak melihat mereka." kataku menunduk.

"WOW.. WOW.. Double WOW!!" kata Hope histeris.

Jangan bilang.. Jangan katakan..

"Ada apa? Mengapa kau seperti orang gila, histeris seperti itu.." tanya Suga.

"Itu. Mereka datang." kata Hope. Tubuhku membelakangi mereka.

Jangan datang. Jangan tunjukkan. Itu terlalu menyakitkan..

Aku memutar badanku dan melihat Taehyung dan Yuki, bergandengan tangan.

Hatiku perih, sangat perih. Rasanya seperti ribuan jarum menusuk pada satu titik, berulang-ulang.

"WOWW.. WOWW.. APA YANG TERJADI?" Tanya mereka semua histeris saat Taehyung dan Yuki berada tepat di hadapan mereka.

"Kalian berkencan?" tanya Jungkook.

Taehyung dan Yuki melihat satu sama lain. Taehyung tersenyum, ia menghadap Yuki, menundukkan badannya lalu menempelkan bibirnya pada yeoja itu. Yuki membalasnya, melingkarkan tangannya pada leher Taehyung. Tepat di depan mataku. Ia melepasnya perlahan lalu menghadap kami. "Ya. Seperti yang sedang kau lihat.." kata Taehyung.

"WUOOO.. KIM TAEHYUNG, KAU SIDAH BERANI, YA! CHUKAE!!"

Aku dapat melihat dengan jelas rona merah pada wajah Yuki.

Aku harus kuat. Jimin.. Kau harus kuat.. Kau bisa.. Bisa melupakannya...

Aku tersenyum melihat mereka. Tapi bukan senyuman kebahagiaan, hanyalah senyuman palsu yang terkesan di dalamnya.

"Siapa yang kalian beri tahu sebelum ini?" kata Jiyi menatap mereka intens.

Aku.. Tapi, mengapa aku tidak bisa menerima.. Menerima kenyataan yang ada..

"Jimin. Ya, kan?" Yuki mengedipkan sebelah matanya.

Aku mengangguk. Rasanya berat menerimanya tapi aku harus.

"Kau kenapa?" Jiyi berkomentar.

Aku ingin Yuki menyadarinya. Setidaknya, aku tak ingin mereka bersama.

"Memangnya aku kenapa??" tanyaku balik. Tidak ingin menjawab pertanyaannya.

Jiyi mendekatkan wajahnya padaku, "Kau sakit? Wajahmu pucat." Lalu ia mengukur suhu badanku dengan punggung tangannya.

"Jim, kau kenapa?" Yuki mendekatiku.

Jangan mendekat..
Jangan menjauh..
Tetap di sana...

Aku tersenyum tipis, "Jangan khawatirkan aku. Aku baik." kataku.

Yuki mengangguk.

Kau hanya menganggukkan kepalamu?
Tidakkah kau menyadari kau telah berubah?
Dulu, kau bahkan harus memastikannya sendiri.

Changes || KTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang