"Ma ... kalo cemburu sama orang yang baik tanpa alasan kan salah, ya?"
"Jelas salah, lah," Mamanya Laras menjawab spontan, tapi saat menyadari sesuatu, dia menatap putrinya sambil mengerutkan kening. "Memangnya Laras cemburu sama siapa?" tanyanya.
Laras menerawang. Saat itu dengan manjanya dia meletakkan kepalanya di pangkuan mamanya yang sedang menonton televisi.
"Dikantor Laras ada orang yang jutek banget, Ma. Cowok. Galak banget sama semua orang, tapi sama Laras enggak. Baik banget malah. Itu lho yang suka bawain makanan buat Laras ...."
Mama Laras tersenyum simpul. Ah ... tentang si boss rupanya. "Terus?"
Laras mengerutkan kening sejenak, lalu menatap Mamanya. "Terus ada cewek, baik banget. Cantik lagi ... nah cewek ini adalah orang yang paling dekat sama cowok itu. Tapi biarpun mereka dekat, karena cewek ini adalah orang kepercayaan si cowok, si cowok itu enggak pernah kelihatan baik sama si cewek ...."
Mama Laras kembali tersenyum kecil. Pasti Anita yang Laras maksud. Karena putrinya itu memang selalu bercerita soal kantornya. Bisa dibilang, tanpa datang ke kantoenya pun, orangtua Laras sudah mengenal semua karyawan di kantor itu.
"Jadi dia cuma baik sama Laras, dan sama orang kepercayaannya juga dia enggak pernah baik?"
"Iya. Karena cowok ini kayaknya anti sama cewek cakep, Ma. Tapi kelihatannya dia enggak anggep Laras cewek. Makanya dia bisa baik sama Laras, pasti karena nganggep Laras anak kecil."
"Gitu? Terus?"
"Tapi, tadi pagi Laras lihat cowok ini lagi ketawa santai sama cewek cantik dan baik itu, dan Laras enggak ngerti, kenapa kok Laras ngerasa ada yang sakit di sini, " Laras menunjuk dadanya, "karena Laras enggak suka kalo cowok itu senyum juga sama cewek itu. Enggak cuma sama Laras."
Mamanya mendengarkan tanpa menyela, dan saat itu Laras mendongak untuk melihat wajahnya. "Laras jahat ya, Ma?"
Mamanya tersenyum, tetapi tidak menjawab.
Laras kembali menerawang. "Laras rasa, Laras egois banget ya, Ma?" Tanyanya lagi.
Mamanya membelai rambutnya dengan lembut.
"Iya. Itu egois namanya. Tapi ... Laras suka sama cowok itu?" Ia balik bertanya.
Laras bangun dari tidurannya dengan mendadak.
"Ih Mama, ya enggaklah. Dia itu boss-nya Laras, masak Laras suka sama boss-nya Laras?" Bantahnya.
Mamanya mengangkat alis. "Oh ... jadi boss-nya Laras? Siapa tuh? Pak Adrian,ya? Tapi ... kalo enggak suka, kenapa cemburu?" Tanyanya lagi.
Laras mengerjap. "Mmm ... Laras enggak ngerti juga sih ... apa karena Laras berubah jadi orang egois?"
Mamanya terlihat berpikir. "Mungkin. Tapi bisa jadi karena sebetulnya Laras suka sama boss-nya Laras itu. Laras pernah bilang kan kalo boss-nya Laras cakep?"
Laras mengerutkan keningnya. "Tapi enggak mungkin, Ma. Laras nganggep Pak Adrian kayak Papa Laras ... bukannya Laras suka!" Ia membantah dengan keras kepala.
Mamanya tersenyum. "Oh ...."
"Oh ...." mata Laras melebar. "Mungkin karena Laras anggep Pak Adrian papanya Laras, jadi Laras sayang sama Pak Adrian, dan maunya Pak Adrian sayangnya sama Laras juga ya, Ma?"
Mamanya berkedip cepat. "Mungkin juga. Bisa jadi, Ras," katanya sambil menahan tawa.
Laras terlihat berpikir. "Tapi Laras enggak boleh egois ya, Ma? Lagian rasanya enggak enak, ngiri ngeliat Mbak Anita disenyumin Pak Adrian. Mmmm ... mungkin itu juga ya yang dirasakan sama karyawan lain kalo lihat Laras disenyumin Pak Adrian?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Morning Sunshine (Sudah Terbit)
Literatura Feminina(Cerita dihapus sebagian) Saat cinta harus diuji.....saat kesetiaan dipertanyakan, saat matahari bersinar kembali di hari yang baru..... Adrian Smith, pria adonis dengan masa lalu suram, dipertemukan tak sengaja dengan gadis polos dan ceria, yang me...