"Lu lama banget, sih? Gue udah ngerjain 5 soal matriks juga, tapi lu belum datang."
"Ya bagus, lah. Bisa ngerjain soal. Pasti udah ada yang beli kan, jawaban lu?"
"Udah, lah. Gua kan acuan yang mereka bilang pintar."
"Lu kasih berapa harganya tadi?"
"Ceban. Kasihan, ulangannya kemarin dapet 31. Gua tahu sih, anaknya kemalasan. Bukannya belajar, malah main basket. Sudah tahu gurunya Darren, lagi, ngasih soal seenak jidat. Paling entar nyontek gue, terus salah salin. Bego, hahaha," ledek Alex.
"Jiah! Harusnya lu mahalin biar dia rajin. Sekalian duit buat kita juga, hahaha"
"Ah, dasar lu mata duitan. Gua tebak. Lu mau gua kasih jawabannya gratis nih?"
"Pake nanya. Ya iya, lah. Capek tahu ngerjain matriks. Nggak jelas, nggak guna. Gurunya juga sama aja laknatnya."
Orang itu adalah Chris Williams, teman Alex yang menjemputnya tadi. Sebenarnya seharusnya mereka pulang bersama, namun ia memutuskan untuk bolos sekolah. Entahlah, ia kadang malas dan ingin tidur di rumah, mencari udara segar di taman, dan melakukan hal sejenis itu.
"By the way, lu udah ketemu informasi tentang Elric belom?" tanya Alex. Elric adalah seorang koleganya yang hilang dan belum ditemukan. Entahlah, mungkin ia kabur seperti biasanya. Elric adalah siswa kelas 10 yang baru saja memasuki sekolah yang sama. Wajar saja kalau emosinya masih bisa dibilang cukup labil.
Namun sepertinya kepergiannya tidak disebabkan oleh kelabilan emosinya, namun karena hal yang lain. Hal yang penting. Elric tidak pernah ingin meninggalkan markas – rumahnya, kecuali ada hal yang amat penting atau mengancam.
"Belum. Ah, paling dia pulang sendiri. Nggak mungkin dia berpisah dari kita," katanya optimis. Hari itu, siswa-siswi kelas 12 pulang lebih sore dari pada anak kelas 10 dan 11. Teman-teman Alex dan Chris sudah menunggu di rumah. Sebenarnya bukan menunggu mereka, tetapi menunggu Elric, lebih tepatnya.
Rumah mereka tidak terlalu kecil, namun tidak terlalu mewah. Rumahnya berisi sebuah dapur, ruang makan, 2 kamar mandi, 1 ruang tamu, 3 kamar tidur, dan sebuah taman tempat biasanya mereka bermain bulu tangkis, futsal, basket, atau petak umpet. Bodohnya mereka, bermain petak umpet di lapangan yang kosong dimana mereka akan terlihat jelas dari kejauhan.
"Hai, Lex. Darren ngasih tugas apa tadi?" Bryan Simpson, temannya, bertanya. Mereka selalu membicarakan Ko Darren tanpa menggunakan sapaan "Pak", seakan-akan mereka sudah kehilangan rasa hormat mereka kepada guru yang paling dibenci seisi sekolah itu. Selalu siap dalam keadaan apapun? Bullsh-t! Baginya, tes matematika yang ia buat selalu mudah karena ia sudah tahu bagaimana cara mengerjakannya.
"Matriks 30 nomer. Very easy, lah, easy test and easy money, yo!" Alex berlagak keren. Sebenarnya ia sudah tahu bagaimana cara mengerjakan semua soal itu, tinggal menuangkannya ke dalam kertas, lalu menerima sumber nafkah sekunder bagi kehidupannya dan teman-temannya.
"Yoi, Lex. Eh, ngomong-ngomong, lu udah ketemu informasi lagi belum, tentang kloning?" tanyanya.
"Belum. Setan itu yang bikin, yakali, mana mungkin manusia mau jadi sempurna. Buat gua sih, nggak usah menyempurnakan apa yang dikodratkan nggak sempurna. Lagipula, kalau kita sudah benar-benar sempurna, bagi gue, hidup ini nggak bakal jadi seru. Nggak ada tantangan," Alex mencuri kata-kata Chris yang sedang terdiam. Tampaknya Chris sependapat dengan kalimat itu. Bold statement, menurutnya.
Siapapun pembuat kloning itu, Chris sangat membencinya. Salah satu alasannya adalah kesempurnaan yang seharusnya tidak ada. Apalagi manusia-manusia versi unggulan itu pasti akan merajalela di bumi ini dan menjadi robot bagi manusia, melakukan segala pekerjaan manusia. Manusia akan menjadi malas, menggunakan kursi terbang sebagai pengganti jalan kaki, menggunakan hologram untuk berbicara dengan teman sebelah, tidak punya pekerjaan, dan tidak punya alasan hidup. Bahkan mungkin manusia akan terlalu malas untuk membuang sampahnya sendiri dan menyebabkan timbunan sampah di bumi ini yang tak tercegah sehingga manusia harus hidup di luar angkasa selamanya menggunakan kursi terbang sebagai media komunikasi dan aktivitas mereka dan tidak bisa melakukan apa-apa, seperti apa yang ada di film-film. Pencipta versi unggulan manusia itu harus dimusnahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Five
FantasySerum pembuat kekuatan super sedang dikembangkan di kalangan masyarakat. Ya, benar. Cukup memasukkan serum itu ke dalam tubuh kita, maka kita bisa memiliki kekuatan super. Bayangkan saja, manusia bisa terbang, membaca pikiran, dan lain-lain. Tentu s...