07

51 1 4
                                    

Heee guys sorry author telat update seminggu :( life happens but it's okay, at least cerita ini (untungnya) masih bisa update lagi. Enjoy!

"Calon kapten futsal mah, emang, begitu," balas Patricia.

Elric tersenyum puas. Maklum, jika Elric bermain futsal, Patricia hanya bisa mengagumi dari kejauhan. Entah dari balik pagar, dari jendela kelas, atau dari tempat manapun. Patricia tidak bisa menjadi anggota cheerleader sekolah, sehingga kemungkinan melihat Elric berolahraga semakin kecil. Lagipula, akrobatik bukanlah hal yang paling disukainya.

"Nanti sore, nonton nggak lu?" tanya Elric.

"Nonton apa?"

"Hari olahraga guru. Kata temen-temen gua di kelas 12, biasanya sebelum ulangan umum, para guru ngadain lomba olahraga. Cuci mata sekalian buat lu, daripada belajar matematika wajib?"

"Seriusan ada?"

"Iya. Temen-temen gua pasti nonton, tuh. Nanti guru-guru dibagi tiga kelompok : kelompok IPA, IPS, dan Bahasa. Lomba olahraganya ada basket, voli, dan futsal." Elric tampak tertarik. Tentu saja. Biasanya para lelaki menyukai olahraga.

"Tapi nanti nilai gue jelek, dong? Harusnya kan belajar."

"Udah, nonton aja. Sekalian, daripada merenung sama aljabar."

"Yang pintar sih, gampang, ngomongnya."

Mungkin Patricia ada benarnya juga. Lebih baik bersiap untuk ujian, jika kita kurang yakin, walaupun ada banyak orang yang akan menonton lomba olahraga yang sudah cukup terkenal itu.

Chris menemui Alex.

"Lu udah retest?" tanya Alex. Ia akan mengerjakan soal yang sama setelah istirahat selesai. Biasanya waktu istirahat digunakan untuk meminta bocoran soal ulangan matematika, tetapi untuk apa? Alex tidak butuh itu. Lagipula, kejujuran di atas angka, bukan?

"Udah."

"Berapa soal?" satu-satunya pertanyaan yang ditanyakan Alex mengenai soal yang belum pernah ia kerjakan.

"Empat, essay semua. Mirip-mirip ulangan, tapi kayaknya rata-rata kelas gue hancur lagi, deh." Hancur seperti biasanya dan tidak perlu dibahas lagi.

"Yah, nasib, kali. Eh, mau nonton guru olahraga, nggak?"

"Boleh. Seru juga kali, ngeliat Miss Grace pake baju mini gitu, mencerminkan kepribadian dia," Chris memasang muka sok seduktif.

"Heh, dasar matanya kemana-mana."

"Canda doang," Chris tertawa.

"Tumben, biasanya lu memecahkan misteri dengan petunjuk terbatas."

"Santai juga perlu, kali."

"Mau nonton apa lu? Voli? Basket? Futsal?"

"Voli, deh. Yang dijamin sepi. Gue pengen lihat smash."

"Ya udah, ayo."

Bel istirahat berbunyi dan murid-murid kelas XII MIPA 4 masuk ke kelas dengan membawa kertas contekan retest matematika dari kelas sebelah. Darren masuk ke kelas, lalu membagikan kertas soal, lengkap dengan lembar jawabannya.

Tiga puluh pilihan ganda.

Darren melipat tangannya di depan kelas, lalu tersenyum licik.

"Gagal menyontek, ya?" tanyanya sambil tertawa, lalu mengelilingi kelas untuk mengambil kertas contekan dari kantung rompi setiap murid yang sekarang sudah terlihat frustrasi dan kebingungan menjawab soal-soal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 18, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang