Second oneshoot. Sudah berbeda cerita dari part sebelumnya yang After Lost Contact ya.
Klik vote sebelum membaca :) biasakan seperti itu ya :)
---
Cinta tak pernah gagal jika dipelihara
Cinta bisa sempurna bila kau mau berkorban
Cinta itu anugerah, jangan kau sia-sia
Cinta itu mengerti, mengerti arti mengalahCinta bisa membuatmu menangis
Bisa membuatmu tertawa
Juga membuatmu belajar dewasa
Karena cinta surga dunia yang nyata
Anugerah luar biasa
Hargai cinta dengan perbuatanmuKalimat-kalimat tersebut mungkin benar adanya, tetapi tidak berlaku untuk aku. Bagiku, cinta hanyalah angan-angan yang tak bisa kurasakan kenikmatannya. Segala definisi tentang cinta, bagiku hanya kalimat bullshit belaka. Aku tak bisa menjadi pelaku utama dalam sebuah romansa cinta yang membuat sang pelaku menjadi orang paling beruntung sedunia.
Aku pun tak tahu, seberapa lama aku harus terkubur dalam segala mimpi yang semakin menyiksaku. Aku pun tak tahu, sampai kapan aku hanya menjadi orang ketiga di luar cerita.
Kadang kita menjadi orang yang tertawa paling keras dan memberikan hujatan paling pedas pada nasib kita sendiri.
***
Nayla memfokuskan pandangannya pada layar televisi yang tertempel di dinding bagian atas. Ia mencoba mengacuhkan kedua orang yang ada di hadapannya, meskipun telinganya masih jelas mendengar percakapan mereka.
"Hari Minggu besok aku mau naik gunung. Boleh?" tanya Mikha.
"Boleh lah, Mik." Ismi mengaduk-aduk susu vanilla yang telah dipesannya dengan sedotan. "Ngapain aku harus ngelarang?"
"Kamu gimana?"
"Aku?" Ismi mendongak, menatap Mikha. "Aku nggak pa-pa, kali. Lagian besok Minggu aku ada acara keluarga. Kamu berangkat aja. Tapi hati-hati."
Mikha tersenyum, meskipun ia masih merasa ragu.
Sementara Nayla mencuri-curi pandang ke arah Mikha. Ia tahu bagaimana Mikha bisa memahami perasaan Ismi. Matanya tak bisa berbohong. Giliran ia melirik Ismi yang membalas senyum Mikha, semuanya terlihat jelas. Nayla bisa mengerti.
Pelayan datang membawa makanan yang dipesan mereka. Ada roti bakar keju, roti bakar strawberry, dan kentang goreng.
"Semuanya lima puluh satu ribu, Mas." Sang pelayan memberikan sebuah bill.
Nayla merogoh saku celananya. "Punya gue berapa sih tadi, Is?"
"Duh, lupa gue."
"Ini, Mbak." Mikha membayar dengan selembar uang lima puluh ribu dan selembar uang sepuluh ribu. Pelayan ke kasir sebentar untuk mengambil kembalian. Nayla mengambil bill yang masih tergeletak di meja, melihat berapa yang harus ia bayar kepada Mikha.
"Ini, Mas, kembaliannya. Terima kasih."
"Nih, punya gue empat belas ribu, Mik," kata Nayla sambil memberikan uang pas kepada Mikha.
Mikha menyodorkan balik uang Nayla. "Nggak usah nggak pa-pa kali, Nay."
"Udah, jangan. Biar gue bayar sendiri. Lo bayarin pacar lo aja. Entar dikira gue manfaatin pacar orang lagi." Nayla melirik Ismi, sambil menyodorkan uangnya kembali ke arah Mikha.
Ismi tertawa. "Tau diri juga lo, Nay!"
"Iya lah, emang lo? Pasti lo nggak pernah dibayarin sama Ismi, kan? Lo terus yang bayarin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Baper Zone [END]✓
FanficWarning: Baper zone detected! Berbagai macam zona baper ada di sini. Random. Ada one shoot dan cerbung singkat. Tapi masih tentang The Overtunes, especially Mikha. HEHE. Semoga sukses membaperi kalian para pembaca. Happy reading xoxo