"Yang kaya gitu cuy yang namanya Mikha?" tanya Sinta yang duduk di belakang, nempel-nempelin Alda.
Modus nih anak anjir. Ga enak, gue udah punya.
"Iya cuy, ganteng banget kan? Dulu gak seganteng itu tau, sekarang tambah ganteng gilaaak!"
"Jelek."
"Ih, mending pacar lu gitu maksud lu?"
"Iyalah, mending Reuben ke mana-mana keles."
"Reuben pendek bantet gitu, mana gendut banget lagi. Sama gue paling tingginya sama," kata Alda sambil ngerem di lampu merah.
"Bangke tikus lu. Gitu-gitu dulu lu pernah bilang mau nikung Reuben, kan?"
"Sssst, Mikha di depan kita! Gausah banyak bacot!"
Lampu hijau menyala dan Mikha masih dengan posisi di depan Alda dan Sinta. Alda setia mengikuti Mikha, tidak mau mendahului cowok itu. Tiba-tiba Mikha menyalakan lampu sen kirinya, padahal belum sampai di tempat tujuan.
"Eh, kenapa tuh Mikha minggir-minggir?" tanya Alda bingung.
"Itu artinya lu disuruh duluan. Nggak peka banget lu," sahut Sinta.
Alda menyalip Mikha. Setelah berdiskusi dengan Sinta, akhirnya mereka memilih preksu yang berada di kiri jalan biar nggak nyebrang-nyebrang. Mereka memarkirkan motor mereka di depan rumah makan itu.
Setelah turun dari motor, Alda berjalan pelan ke arah Mikha. Begitupun juga Mikha berjalan ke arah Alda.
Aduh Mikh, gakuku. Jangan tatap gue kaya gitu! Anjir!!!
Alda melirik sekilas preksu yang setiap mejanya sudah penuh terisi orang. "Kayaknya penuh ya Mikh."
"Iya tuh. Gue bilang juga apa," kata Mikha.
"Sori ya. Gara-gara temen gue nih telat jemput."
Mikha tertawa dan menganggukan kepalanya. "Nggak papa kok, santai." Ditambah lagi dengan menaikkan sebelah alisnya. Ditambah lagi dia mengacak-acak rambut singanya.
Gue makan juga tuh rambut.
"Ya udah, nyebrang ke minimarket sono dulu yuk. Yang penting bisa batalin puasa dulu," kata Mikha.
"Oke. Yuk," jawab Alda.
Mereka berdua berjalan beriringan, diikuti Sinta di belakang mereka yang tiba-tiba menggenggam erat tangan Alda setelah sampai di tepi jalan. Dengan nekad, Mikha menerobos lalu lalang mobil dan motor yang tidak pernah ada sepinya. Tangannya seakan memberhentikan mobil yang hampir menabrak mereka bertiga.
Kalo gini mah mirip kaya tukang parkir yang bantuin pasangan LGBT nyebrang.
Mikha menaruh tasnya di meja yang berada tepat di sebelah kanan pintu masuk minimarket. Alda dan Sinta pun duduk di kursi yang mengelilingi meja itu.
"Lu jagain tempat bentar ya, gue ke sana dulu," pamit Mikha pada Alda.
Belum sempat Alda menjawab, Mikha ngacir ke meja pojok kanan yang kursinya diduduki oleh tiga cewek. Mata Alda terus mengikuti gerak-gerik Mikha. Sampai Alda melihat Mikha mengagetkan cewek berjaket oranye tersebut dengan tiba-tiba menyentuh bahu cewek itu dari belakang.
WATDEHEL!
Tuh kan cabe dari preksu nyasar ke sini tiga biji.
Apalagi yang oren tuh itu pasti paling cabe dah! Pas banget sama warna jaketnya hmm
Bener-bener si Mikha minta digeprek!!!
Alda memalingkan wajahnya menghadap Sinta. Jangan sampai ntar Mikha tau kalo dia dari tadi ngelihatin dengan tatapan balik-sini-atau-gue-geprek-sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baper Zone [END]✓
FanficWarning: Baper zone detected! Berbagai macam zona baper ada di sini. Random. Ada one shoot dan cerbung singkat. Tapi masih tentang The Overtunes, especially Mikha. HEHE. Semoga sukses membaperi kalian para pembaca. Happy reading xoxo