Alba memandangi mawar merah di kamarnya bunga yang mengingatkan Alba akan kenangan 6 tahun silam. Kejadian yang merubah hidupnya dan dunianya. Bunga mawar merah yang bagi Alba melambangkan kesedihan mendalam. Semakin tenggelam di suatu kenangan menyedihkan hingga suara ketukan pintu menyadarkannya
"Nona Al, sarapannya sudah siap". Alba segera keluar dari kamar menuju ruang makan. Di rumah yang sebesar ini hanya ada Alba dan pengurus rumah. Ibu dan ayahnya jarang pulang kerumah karena urusan bisnis. Saat sedang asyik menikmati sarapan, Alba merasa ada aura yang aneh mendekat.
"Hai Al" sapa 2 orang laki-laki pemilik aura aneh tersebut.
"Numpang makan ya Al" kata Aga sambil langsung memakan sarapan. Alba merasa ada yang kurang, ternyata sahabatnya lagi satu tidak ikut datang. Alba pun bertanya "kemana Winda ?", "Tadi kami sudah kerumahnya, kata pembantunya dia sedang mandi. Mungkin dia akan nyusul kemari" Rio menjawab. Alba pun mengangguk tanda mengerti, dengan sinis aku menatap mereka berdua dan berkata "Hey kalian, ngapain kalian sarapan disini ? Kalian kira disini acara pembagian sarapan gratis". Rio dan Aga tidak menanggapi perkataan Alba, mungkin karena mereka sudah tahu sikapnya yang seperti itu.
Selesai sarapan mereka bergegas ke sekolah, Winda datang dengan mode kaki seribu. Mereka menatapnya dengan heran."Lo tu ya, mau ke sekolah tapi dandan lama banget kayak orang nikahan" cibir Aga sinis.
"Suka-suka gue dong, yang dandan kan gue" balas Winda tak kalah sinis.
"Sudah-sudah, cepat masuk ke mobil. Nanti kita terlambat" kata Alba menengahi keduanya. Jika menunggu mereka selesai bertengkar, sampai dunia kiamat juga gak akan selesai.
Mobil jazz RS hitam melaju dengan kecepatan standar, di dalam mobil 4 orang anak muda saling berbagi cerita. Mulai dari pr" yang menumpuk, guru-guru killer di sekolah sampai aksi" tokoh pembuat onar di kelas.
Winda mengalihkan topik pembicaraan, "Eh Rio, kata mama gue Roy akan pindah kesini lagi. Berita itu benar atau bohong ?".
"Iya benar, katanya dia pindah ke sekolah kita hari ini" kata Rio dengan pandangan fokus menyetir ke depan.
"Partner gue akhirnya kembali" Aga berseru ria.
"Partner apaan ? Partner pembuat onar maksud lo ?" tanya Winda.Aku pun berpikir sejenak dan bertanya "Siapa itu Roy ?". Suasana berubah hening saat aku menanyatakan hal itu.
"Apa ?! Lo gak tau Roy, Al ?" suara Winda memecah keheningan bagaikan petir di pagi yang cerah. "Kalau gue tau ngapain nanya" jawabku enteng.
"Roy itu saudara sepupu gue, dia tinggal di luar negeri. Dulu dia pernah tinggal disini. Karena ada urusan perusahaan dan sebentar lagi rapat besar perusahaan kita akan diadakan jadi dia dan keluarganya kemari. Akhirnya memutuskan untuk menetap" kata Rio. Alba hanya mengangguk mendengar ucapannya.
"Sumpah ya Al, Roy itu ganteng and cool banget. Sekali lo ngeliat dia pasti bakal setuju sama ucapan gue" kata Winda histeris. Alba menatapnya dengan wajah datar. Sifat Winda memang seperti ini, Alba sudah hafal sifatnya luar dalam karena mereka berteman dari bayi.
Tidak terasa mereka sudah sampai di bangunan yang bertuliskan 'SMA Nusantara'. SMA yang dikalangan masyarakat terkenal dengan prestasi dan tata tertibnya yang tinggi. Setelah memarkir kendaraan, kami pun menuju ke kelas X-4. Kebetulan mereka ber5 sekelas, itu karena keinginan orang tua kami. Orang tuanya ingin tau kegiatan mereka sehingga salah satu dari kami tidak bisa membohongi mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Like A Rose
Teen FictionAlba, seorang gadis yang dingin dan tertutup semenjak kehilangan orang yang dia sayangi. Menganggap bunga mawar adalah bagian dari dirinya. Bunga yang mewakili seluruh perasaannya, kebahagiaanya bahkan kesedihannya. Tapi semua berubah setelah bertem...