Langit gelap bertabur bintang menjadi pemandangan indah kala itu. Malam menjelang semua orang sibuk dengan kegiatan mereka. Mobil bebaris rapi disertai bunyi klakson menggema di seluruh penjuru jalan.
Roy POV
Hembusan angin malam membelai wajahku, dingin terasa menusuk tulang. Aku tetap bertahan pada posisiku menatap indahnya langit malam.
Rosa Alba Dirgantara, nama yang memenuhi pikiranku saat ini. Setelah sekian lama akhirnya aku menemukannya. Kutemukan cinta pertamaku yang hilang. Entah harus senang atau sedih, senang karena sudah menemukannya atau harus sedih karena dia tidak mengenaliku. Atau dia sudah melupakan aku ? Mata, bibir, wajahnya masih sama ketika pertama bertemu hanya saja tidak ada senyuman yang terpatri disana. Dibalik wajah manisnya ternyata dia adalah perempuan yang galak. Persis seperti mawar putih dan aku menyukainya.
Saat kita pertama kali bertemu sangat menarik. Ya, dia menangis karena segerombol pria mengerjainya. Aku membelanya walaupun dengan memar dan luka berakhir diseluruh tubuhku, kata ibuku sebagai seorang laki-laki aku harus selalu melindungi perempuan. Dia tetap menangis bahkan saat segerombol pria itu pergi. Aku memberinya setangkai bunga mawar putih ternyata itu sukses membuat tangisnya reda.
Mengingatnya membuatku senyum-senyum sendiri layaknya orang gila di gang dekat sekolah. Aku akan berusaha untuk mendapatkannya, mendapatkan cinta pertamaku.
"Aku pasti akan mendapatkan mu, Al" bisikku menatap satu bintang yang paling terang.
Alba POV
Roy
Roy
RoyKenapa nama itu selalu berputar dipikiranku ? Aku benci laki-laki itu, dari hari pertama dia pindah sekolah dia selalu menganggu. Tapi matanya mengingatkan pada seseorang, mata yang selalu aku kagumi. Mata yang memancarkan kelembutan didalamnya. Aku selalu ingat pemilik mata itu. Tidak mungkin dia, dia sungguh berbeda dengan Roy. Sifat mereka layaknya langit dan bumi.
Kulirik bunga mawar putih dan merah yang ada di dalam sebuah toples kaca, "Ana mungkinkah dia orangnya ?"
Author POV
Alba dan Roy masih berkutat dengan pikiran mereka. Saling memikirkan satu sama lain tanpa ada yang mengetahui.
Roy masih setia memandang langit malam di balkon kamarnya, ia memandang satu bintang paling terang malam itu. Notif pesan berbunyi dari handphone miliknya, setelah melihat siapa si pengirim pesan ia hanya bisa menghela nafas.
Reihan D : "Lagi sibuk ?"
Jarinya dengan lihai menekan keyword handphone.
"Gak, kenapa ?"
"Sini kerumah gue kita makan, lo belum makan kan ?"
"Oke" balasnya singkat. Ia lalu turun ke lantai bawah menuju rumah Reihan yang cukup dekat.Aura hitam, Reihan merasakan aura hitam mengguar dari meja makan ini. Tepatnya dari kedua orang di depannya.
"Apa lo lihat-lihat ?" desis Alba.
Roy mendengus "Gak, lagian terserah gue dong mau lihat apa. Lagian mata-mata gue."
"Tapi jangan lirik-lirik gue juga."
"Geer amat, ngapain juga gue ngelirik cewek wajah datar kayak jalan di depan." Roy mengejek Alba, ia mengibarkan bendera perang.
Alba mendelik, ia membalas ejekan Roy "Muka lo tu hitam kayak aspal." Reihan yang juga berada di meja makan hanya bisa menahan tawa mendengar setiap ejekan dari adiknya.
"Muka lo tu kayak cabai, pedas tau gak"
"Muka lo tu kayak durian dipenuhi duri tajam"
"Muka lo kayak langit malam, suram." balas Roy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Like A Rose
Teen FictionAlba, seorang gadis yang dingin dan tertutup semenjak kehilangan orang yang dia sayangi. Menganggap bunga mawar adalah bagian dari dirinya. Bunga yang mewakili seluruh perasaannya, kebahagiaanya bahkan kesedihannya. Tapi semua berubah setelah bertem...