Chapter 4

2.4K 98 20
                                    

Dengan sangat mudah kau datang dan masuk ke dalam hatiku bahkan merebut hatiku tanpa permisi terlebih dahulu. -dewinau

------------------------------------

Aku pernah bermimpi. Aku adalah princess yang sedang menanti pangeran berkuda ku.
Aku pernah bermimpi. Kelak nanti aku akan hidup bahagia dengan orang yang aku sayangi.
Aku pernah bermimpi. Tuhan akan menghadirkan cinta suci di dalam hatiku untuk pangeranku kelak.
Aku pernah bermimpi. Penyakit itu akan kalah oleh perjuanganku dan berakhir dengan aku yang hidup normal.
Aku pernah bermimpi. Bisa bertemu dengan orang tua kandungku sendiri.
Dan aku juga pernah bermimpi. Bisa pergi ke kota impianku, Paris.

Tapi apakah itu semua mungkin untukku? Untuk seorang gadis yang harus menjalani hari-hari nya yang ditemani dengan penyakit sialan itu? Untuk seorang gadis yang tidak mungkin memiliki kebahagiaan itu?

Aku hanya bermimpi. Dan sangat menginginkan mimpi itu menjadi kenyataan.

Renna Ayra

Jalanan yang macet dan padat ini membuat seorang gadis yang sedang mendengarkan alunan indahnya musik melalui earphone di dalam mobil milik kakaknya ini menjadi jengkel dan mengeluarkan umpatan yang tidak jelas.

Sudah hampir 20 menit, macet di Kota Bandung ini tidak bisa mereda juga. Dan itu menjadi malapetaka baginya. Karena dia akan telat masuk sekolah hanya karena macet yang sangat gila ini.

06.20 WIB.

Gadis ini berkali-kali melirik arloji yang ada di tangan nya dengan tampang yang sangat menjengkelkan. Bagaimana tidak membuatnya jengkel, bahwa 10 menit lagi bel di tempat dia menuntut ilmu itu akan berbunyi dengan nyaring seolah-olah menyuruh seluruh siswa-siswi untuk masuk dan memulai pelajaran yang pertama.

Suara klakson dari kendaraan yang lainnya membuat dia makin muak lama-lama menunggu macet yang tidak reda ini. Maklum, ini hari senin. Hari pertama orang-orang sibuk masuk kerja, kuliah, sekolah, dan aktifitas yang lainnya.

Sama seperti kakaknya. Berkali-kali kakaknya memukul stir sembari mengucap kata-kata yang menjengkelkan dan membunyikan klakson. Tapi untunglah kakaknya tidak ada jadwal kuliah pagi untuk hari ini. Namun tetap saja dia harus mengantarkan adik kesayangan nya menuju ke sekolah dengan tepat waktu dan tentunya dengan selamat.

Gadis itu tampaknya sudah tidak sabar lagi terlalu larut terjebak oleh macet. Akhirnya dia turun dari mobil berwarna putih itu dan akan menggunakan kakinya untuk menuju ke sekolah agar tidak terlambat dan tidak mendapatkan hukuman dari guru BK nya.

"Kak, Renna jalan kaki aja yaa. Macetnya belum reda juga." ucap gadis itu dengan wajah yang sedikit ditekuk seraya memajukan bibirnya ke depan karena jengkel oleh kemacetan ini.

"Ga, Renn. Kamu ga boleh jalan sendirian. Kakak gamau kamu kenapa-kenapa nantinya." timpal Kakak nya dengan penuh perhatian.

"Aku bisa jaga diri kok kak. Lagian kalau aku nunggu disini, nanti aku bisa telat dan dapet hukuman mengejutkan dari guru BK yang killer. Toh jarak ke sekolah aku sudah hampir sampai kok." jawab dia dengan suara yang jengkel.

"Yaudah kalo gitu, hati-hati dijalan nya. Inget kalau ada apa-apa langsung telpon kakak." ujar kakak nya mengingatkan dia dengan sikap protective nya.

"Okey, bye Kak. Renna pergi dulu. Assalamu'alaikum." pamit gadis itu setelah keluar jawaban dari kakaknya dan keluar dari mobil itu dengan langkah kaki yang amat sangat tergesa-gesa.

Kau dan AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang