Chapter 5

749 28 8
                                    

Bel sekolah sudah berdering 10 menit yang lalu. Kini gadis itu sedang duduk dengan santai dan manis karena ia sudah berhasil menyelesaikan soal fisika dari guru nya hanya dengan waktu 5 menit.

Jangan tanyakan mengapa. Renna memang salah satu siswa terpandai di Brave Internasional School nya itu. Kadang ia selalu dipanggil kepala sekolah nya untuk mewakili almamater nya itu dalam berbagai ajang yang sangat bergengsi.

Tidak seperti sahabatnya sekarang, Renna malah tersenyum sembari menggelengkan kepalanya dengan ringan karena sahabatnya itu masih saja belum bisa menjawab soal yang diberikan gurunya.

Eva sahabatnya itu, hanya unggul dalam bidang non akademik. Tidak seperti Renna yang unggul dalam bidang akademik maupun non akademik. Sudah berulang kali Renna menasehati sahabatnya itu untuk belajar, namun hasilnya selalu sama. Eva selalu susah kalau berkaitan dengan pelajaran. Baginya, pelajaran itu membuatnya pusing tidak seperti Basket yang sudah menyatu dengan darahnya yang mengalir dalam tubuhnya sehingga masuk ke dalam jantungnya. Pokonya, Basket adalah belahan jiwa Eva.

20 menit berlalu masih saja sahabatnya itu belum menyelesaikan soalnya dengan baik. Sama seperti teman-teman nya yang lain. Terkadang Bu Angel selaku guru fisika nya itu mengomel kepada semuanya terkecuali Renna, karena mereka masih saja belum bisa menyelesaikan soal itu.

"Renn, bantuin gue dong. Masa Lo udah tapi gue belum." ujar Eva dengan suara yang sangat kecil nyari hampir tidak terdengar karena takut ketahuan oleh Bu Angel.

"No! Gue gamau. Makanya Lo itu harus belajar Va. Udah mau kelas 2 masih aja kekgitu. Untung Lo naik kelas juga." sahut Renna dengan suara pelan juga.

"Iyaiya Gue bakalan belajar. Tapi bantuin dulu napa." ujar Eva lagi lagi dengan memasang wajah memelas andalannya.

"Janji ga nih?"

"Iya gue janji." jawab sahabatnya itu sembari tersenyum merekah.

Renna pun memutuskan untuk membantu Eva menjawabnya soalnya. Itu pun dilakukan Renna dengan sembunyi-sembunyi. Karena kalau saja sampai ketahuan oleh Bu Angel, nilai ia akan menjadi ancaman baginya.

5 menit berlalu, akhirnya soal Eva sudah terjawab dengan baik dan benar oleh Renna. Eva pun hendak berdiri dan berjalan ke depan kelas untuk mengumpulkan soalnya di meja Bu Angel.

Kringg....

Bel tanda istirahat pun sudah berdering. Dua insan manusia itu sedang merapikan buku - buku agar bisa dengan segera pergi menuju Kantin.

Nampaknya Renna sudah lapar sekali. Renna langsung menarik tangan Eva dengan terburu-buru. Tanpa ia sadari, bahwa sekarang ia melawan arus jalan.

Bug..

"Aduh, sorry-sorry gue buru-buru ke kantin soalnya. Lo gpp kan?" tanya Renna kepada orang yang tak sengaja ia tabrak.

"Gue gpp kok, Renn." ujar Cowo itu dengan tersenyum.

"Razefa? Wahhh... Maafin gue yaaa." ucap Renna lagi dengan kata 'maaf' nya itu.

"Santai aja kali, Renn." balas Raz dengan tenang.

"Renn itu siapa? Kok ganteng banget sih." bisik Eva di depan telinga Renna.

"Oke, gue kenalin. Raz, ini Eva sahabat gue. Dan Va, ini Razefa te..men baru gue." kata Renna kepada Razefa dan Eva.

"Hai, gue Eva." sahut Eva seraya menyodorkan tangannya untuk berjabatan dengan Razefa.

"Gue Razefa." ucap Razefa yang kemudian membalas jabatan tangan Eva.

"Yaudah kalau gitu gue sama Eva ke kantin dulu ya." kata Renna

"Oh iyaaa, jangan lupa makan." ujar Razefa sembari tersenyum mengingatkan Renna.

"Ay ay Captain." sahut Renna mengakhiri percakapannya, tetapi terlihat jelas di wajahnya bahwa sekarang dia sedang menahan sakit.

Benar saja baru beberapa langkah Renna mulai merasakan pusing, dan dalam hitungan detik penglihatannya menjadi buram. Sehingga kini dia sudah tergeletak di lantai. Kenapa? Virus penyakit Renna sudah mulai menjalar ke seluruh tubuhnya. Dengan paniknya, Eva langsung berteriak meminta pertolongan.

Dan suara Eva berhasil terdengar oleh Razefa. Dengan spontan Razefa berbalik kembali untuk menghampiri Renna dengan jalan yang tergesa-gesa. Razefa melemas, dia seperti kehilangan separuh jiwanya. Renna, wanita cinta pandangan pertamanya itu kini sedang tergeletak di atas lantai putih yang bersih itu. Bahkan yang membuat Razefa terkejut yaitu saat melihat cairan kental berwarna merah keluar dari tempat persembunyiannya melalui dua lubang hidung Renna.

Tanpa aba-aba, Razefa langsung mengangkat Renna dan menggendongnya untuk dibawa ke Rumah Sakit. Karena kebetulan sekali, UKS di sekolahnya sedang dalam masa renovasi. Eva membuntuti dua insan itu dibelakangnya. Eva menangis, dia tau sekali bahwa pasti virus penyakit itu akan menyebar ke seluruh tubuh sahabatnya.

Dalam hati, Eva tidak berhenti berdoa dan memohon pertolongan kepada Tuhan agar sahabatnya itu dapat tertolong. Dia sudah tidak bisa melihat sahabat yang paling dia sayangi harus merasakan sakit ini setiap detik, menit, jam, hari, bulan, bahkan setiap tahunnya.

-----------------------------------------------------------

Sekarang Eva sedang duduk manis dan menopang kepala Renna di atas pahanya di dalam mobil Razefa. Razefa langsung menyalakan mobil dan menancap gas untuk melaju ke Rumah Sakit yang terdekat dengan sekolahnya.

Tidak perlu memakan waktu lama mereka sudah tiba di rumah sakit Kartika Medical Center, untung saja hari ini jalanan sangat lenggang tidak macet seperti biasanya. Dengan kekhawatirannya yang begitu mendalam kepada Renna, mereka berdua langsung memanggil suster untuk membawa Renna ke Ruang ICU.
-----------------------------------------------------------

Hallooo, aku balik lagi nihh hehe. Maaf banget yaa lama ga lanjutin karena wktu itu lupa password akun ini:(( smga kalian ttp nunggu kelanjutan ceritanya. Oh iya sengaja pendek dlu nih, pgn tau respon kaliannya gmna hihi. Jangan lupa vote dan comment yaa💓

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 14, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kau dan AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang