Gulungan 18: Di Mahameru

5.6K 466 108
                                    

Saya dedikasikan kepada gaachan yang selama ini mengajarkan saya banyak hal.

Ini adalah part terakhir yang kami bikin lewat BBM
semoga kalian menikmatinya, sebagaimana kami menikmati masa2 menulis.

.

.

.

.





Mahameru, Jonggring Saloko, lautan awan adalah saksi.

Honey moon. Bulan madu. Namanya begitu. Azayn dan suaminya sudah packing sejak semalam. Azayn tahu kalau mas Tim takut ketinggian, jadi Azayn awalnya ragu. Namun siapa sangka akhirnya suaminya itu ngotot ikut. Padahal Azayn bilang kalau dia bisa mewakili mas Tim untuk mendaki. Mendaki semeru lebih menyenangkan daripada mendaki absurd. Itu judul cerita yang dibuat oleh dua orang absurd. Nggak, Azayn maunya mendaki mas Tim dan mendaki gunung. Mas Rio, mas Zak, lalu mbak Dandel juga ikut dalam petualangan ini. Nggak peduli nanti mereka mau apa, yang jelas Azayn mau foto-foto yang banyak. Meski nggak bisa upload karena nggak ada sinyal, namun si mungil nggak mau mundur.

Segala macam perminyakan Mak siapkan di dalam tas carrier milik Tim. Mulai dari minyak angin, minyak telon, minyak tawon, minyak serimpi, minyak akar wangi, dan masih banyak lagi yang Tim nggak tahu namanya. Itu semua untuk menyiapkan supaya ia nggak mabuk pas mendaki gunung. Tim orangnya gitu, ketinggian ama Tim itu ibarat air dan minyak yang gak akan pernah bersatu. Jangankan naik gunung, naik ke atas genting untuk benahin genting pun Tim kudu bawa koyo, sama tas kresek, untuk jaga-jaga saat mabuk. Naik pohon jambu milik Bundanya Azayn pun Tim mabuk. Pokoknya Tim pasti mabuk ama yang namanya ketinggian.

Azayn melongo melihat tas mas Tim, lantas bertanya dengan mimik kaget pada mak. "Mas Tim di gunung mau buka toko minyak, ya mak?"

"Mantu Mak yang mungil, mas Tim-mu itu nggak bisa ama ketinggian. Dia pasti mabuk kalo mendaki yang tinggi-tinggi. Makanya Mak siapkan bangsa perminyakan buat jaga-jaga. Sup--" belum sempat Mak menyelesaikan omongannya, Tim udah muntah lagi. Dia mah gitu, baru juga bayangin puncak Semeru, eh udah mabuk aja. "Ya elah Tim udah kyak orang mau bunting aja lu. Kalo lu gak bisa jaga diri lu sendiri, gimana dengan suami lu? Lu mau lakiklu yang mini itu digrepe Rio?"

Itu namanya menjatuhkan bom di hati Tim. Jangan sampai suami mungilnya direpe cowo lain. Terlebih cowo motor gede. Tim gak redho dunia akhirat. Tim menatap Mak tajam. Kemudian melirik Azayn yang melongo. Mau protes, namun kelebatan kawah Semeru memualkan perutnya. Tim muntah lagi. Baru nyampe di Lumajang, Tim udah puluhan muntahnya. Memalukan.

Azayn sibuk memijat tengkuk mas Tim. Pokoknya mas Tim harus kuat. Sebentar lagi mereka sampai di ranu pane. Belum apa-apa. Kalau memang suaminya mau nyerah sekarang, Azayn nggak masalah sebenarnya. Tapi melihat semua yang sudah mas Tim korbankan, Azayn malah nggak ingin mundur.

"Pi, nanti kita jalan, pi. Kalau papi nggak kuat, atau papi mau mabok... mendingan kita berhenti. Apalagi di kumbolo dingin kata mas Rio."

Tim menegakkan tubuh. Mengedarkan pandangan. Banyak para pendaki yang berkeliaran di pos pertam tersebut. Tim melihat Rio ama Zak sedang ngobrol. Sementara Dan yang akhirnya ikutan mendaki lagi fangirlingan ama temen cewenya. Oh Dan sekarang jadi pendukung pasangan Tim nomer wahid sejak ia mendeklarasikan menjadi anggota baru fujosi asuhan Mak ama Bunda. Ketua gengnya Mbah.

"Papi nyesel udah datang ke sini?" Azayn berbisik pelan, memijat tengkuk mas Tim sesekali.

"Nggak, Mi. Papi tahu kalau Mami suka banget mendaki, makanya Papi mau mendaki. Papi emang nggak bisa romantis, Mi. Tapi Papi akan mulai menawarkan kebaHagiaan buat Mami dengan memulai hal-hal yang Mami suka."

Mendaki AbsurdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang